BAB EMPAT

32.7K 1.9K 12
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 

---

Maira meneguk jus jambu biji yang dipesannya. Matanya tetap fokus pada layar laptop yang menampilkan daftar nilai siswa. Mengalihkan sejenak pada kertas tugas anak-anak yang diajarinya kemudian dipindahkan nilainya ke dalam laptop tersebut.

Gadis yang kali ini mengenakan ghamis biru laut dengan jilbab yang berwarna biru dongker itu sedang berada dalam sebuah cafe. Cafe tempat dirinya dan kedua sahabatnya menongkrong. Bisa dibilang, cafe ini adalah basecamp mereka.

Maira memiliki janji dengan Riska untuk bertemu hari ini. Kebetulan cafe ini adalah milik keluarga Alfarez, jadi dirinya bebas kapan saja kemari.

Sudah tiga puluh menit gadis itu menunggu, namun tidak ada tanda-tanda Riska yang akan tiba. Mulai dari pekerjaannya yang menumpuk hingga hampir selesai, gadis itu belum juga muncul.

Maira menutup laptopnya, merapihkan kertas-kertas dan alat tulisnya kemudian memasukan semuanya ke dalam tas punggung yang dibawanya. Sambil menunggu, gadis itu memakan kentang goreng yang sudah mulai mendingin karena terlalu lama di diamkan.

Tak lama, seorang gadis yang mengenakan blouse berwarna putih dengan celana jeans dan pashmina yang membungkus kepalanya dengan rapih menghampiri Maira.

"Assalamu'alaikum, Mai. Maaf telat. Tadi banyak banget pelanggan di toko." Ucapnya setelah mendudukkan diri di kursi yang berhadapan dengan Maira.

Maira tersenyum manis. "Wa'alaikumussalam. Tidak apa-apa. Memang kalau orang sibuk mah beda ya."

Riska cemberut. "Ah, Mai jadi gak enak deh aku. Padahal lebih sibuk kamu. Kamu kan guru, sedangkan aku cuma pelayan tokonya Mama doang."

Maira terkekeh geli. "Alhamdulillah dong. Setidaknya kamu masih punya uang buat jajan dari toko Mama kamu."

Riska mengangguk menyetujui ucapan Maira. Riska baru lulus kuliah setahun yang lalu. Saat ini, dirinya masih menganggur. Sudah mencoba melamar kerja di beberapa perusahaan, namun belum satu pun dari perusahaan itu memanggilnya. Maka dari itu, untuk mengisi waktu luangnya, Riska menyempatkan diri membantu sang Mama untuk mengurus toko roti milik keluarganya.

"Jadi ada apa kamu ngajak ketemuan?" Riska mengambil kentang goreng milik Maira, kemudian melahapnya.

Maira meneguk jus jambu ya sebelum menjawab pertanyaan Riska.

"Aku dijodohin." Ujar Maira langsung pada titik pembahasan.

"Serius, Mai?"

"Ehm.. bukan dijodohin sih, lebih tepatnya ada yang melamar aku lagi. Cuma dia anak sahabatnya Abah. Jadi kalau Abah tolak, ga enak katanya. Dan sekarang, aku disuruh pertimbangkan lelaki itu."

Riska mengangguk paham. "Kalau menurut aku sih, Mai, benar kata Abah, lebih baik kamu pertimbangkan. Karena aku yakin, lelaki pilihan Abah itu gak pernah salah."

Maira tampak berpikir. Riska benar, Abah tidak mungkin sembarangan memilihkan jodoh untuknya. Buktinya, dari sekian banyak lelaki yang melamarnya, semua Abah tolak tanpa persetujuan Maira. Bukan karena Abah tidak sreg. Pasti ada alasan lain mengapa Abah menolaknya.

Assalamu'alaikum Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang