BAB DUA

39.8K 2.2K 14
                                    

Azzam termenung. Matanya menatap lurus ke depan. Tangannya ia jadikan sanggahan untuk dagunya. Pikirannya berkelana. Mengabaikan laptop yang menyala dan menampilkan grafik penghasilan tahunan perusahaan yang dimilikinya. Beberapa email masuk dari kantor cabang dibeberapa negara. Namun enggan untuk melirik bahkan menyentuhnya.

Pikirannya hanya berpusat pada satu titik. Gadis berkhimar lebar dengan mata bulatnya yang tidak sengaja bertemu tatap dengannya.

Pasca insiden saling tatap itu, beberapa menit setelah hujan reda, seorang lelaki menghampiri gadis itu. Gadis yang belum ia ketahui namanya itu tersenyum dengan manis menyambut kedatangan lelaki itu. Begitu pun lelaki dengan seragam yang Azzam ketahui adalah seragam pilot itu tersenyum dengan amat sangat sumringah.

Beberapa menit mereka mengobrol di sana. Setelahnya lelaki itu membawa gadis itu pergi. Membuat Azzam memicingkan matanya tak suka. Karena setelah gadis itu pergi, ada kekosongan yang ia rasakan. Niatnya untuk makan siang di cafe itupun menghilang. Ia sudah tidak berniat untuk mengisi perutnya yang sedari pagi belum terisi.

Azzam meninggalkan tempatnya. Menghampiri mobil yang terparkir dengan rapih di antara mobil-mobil lainnya. Jika dibandingkan, mobil Azzam lah yang paling menarik perhatian. Bagaimana tidak, semua orang tahu bahwa mobil yang dinaiki Azzam adalah mobil dengan harga miliaran rupiah.

Bahkan dari dalam mobilnya, Azzam masih bisa melihat gadis berkhimar itu dan lelaki berseragam pilotnya. Mereka terlihat berbincang sejenak sebelum akhirnya lelaki itu membukakan pintu mobil untuk gadis itu. Dan tak lama, mobil mereka jalan.

Entah pikiran dari mana, Azzam langsung menyuruh sopir pribadinya untuk mengikuti laju mobil yang dikendarai oleh lelaki berseragam pilot itu.

Semalaman penuh pikiran Azzam tersita oleh gadis berkhimar lebarnya. Berusaha untuk mengalihkan kepada setumpuk pekerjaannya dan berakhir dengan percuma. Kerjaannya hancur sebab dirinya yang tidak fokus karena seluruh otaknya berisi tentang gadis itu.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Azzam. Seorang lelaki dengan kemeja berwarna biru masuk dengan tubuh yang sedikit menunduk, tanda hormat kepada Azzam.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Tanya lelaki bertag name Adam Sanjaya itu dengan sopan.

Adam adalah tangan kanan Azzam. Lelaki berusia 24 tahun itu sudah bekerja hampir lima tahun di perusahaan milik Azzam. Berawal dari tenaga kerja kontrak dan berhasil meraih jabatan manajer utama karena kegigihan serta keuletannya.

Jika Azzam membutuhkan sesuatu, dengan sigap Adam selalu melakukan apa yang Azzam perintahkan. Dan hasil kerjanya cukup membuat Azzam kagum dan merasa terpuaskan. Namun tidak sedikit pun Azzam memuji hasil kerja lelaki muda itu karena Azzam tidak mau Adam menjadi tinggi hati dan melupakan kewajibannya sebagai pegawai terpercayanya.

Azzam menyerahkan selembar kertas. Adam menyambutnya dan tertera sederet tulisan yang belum ia mengerti maksud tujuannya. Pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu kembali menyerahkan selembar kertas, namun kali ini berisikan foto seseorang. Dan Adam cukup mengerti maksud tujuannya atasannya itu.

"Cari tahu tentangnya."

Tiga kata yang Azzam lontarkan cukup membuat Adam mengerti. Lelaki itu mengangguk lantas pamit undur diri untuk segera melaksanakan titah atasannya.

***

"Abah, Ummi, Mai pamit dulu ya."  Maira meneguk susu yang tinggal setengah itu hingga tandas sebelum ia menyalami tangan kedua orangtuanya.

"Kalau sudah selesai langsung pulang ya, Mai." Ujar Abah seraya mengusap lembut puncak kepala anak gadisnya itu. Begitu pun dengan Ummi.

Maira tersenyum seraya mengangguk. Mengecup singkat pipi kedua orangtuanya.

Assalamu'alaikum Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang