One Day Left

5K 671 26
                                    

Gue terbangun dalam keadaan bingung, ini jelas bukan kamar tidur untuk tamu begitu gue melihat warna selimut dan ukuran tempat tidur yang sangat besar dan nyaman ini. Oh shit, acara syukuran karena akhirnya masalah keuangan perusahaan ayah Ken yang kami adakan berdua dengan sebotol champangne dan sekarang kepala gue masih sedikit berdenyut.

"Ah . . ." Erang gue, dan kembali membenamkan wajah gue ke bantal. Sialan, ini kali pertama seumur hidup gue merasakan kepala pusing yang gue ciptakan sendiri.

"Pusing?" Tanya sebuah suara yang setelah gue cari tahu asal sumbernya ternyata dari Ken yang duduk di sebuah single sofa menghadap ke gue. Dia tampak sudah rapih dan dia bahkan sedang memegang tablet di tangannya.

"Oh . . ." Gue terbangun dengan perasaan malu. "Sorry . . ." Nggak tahu lagi harus ngomong apa, dan gue lihat dia bangkit berdiri dan berjalan ke arah ranjang, spontan gue menarik selimut setinggi dada, dan dia tampak tersenyum melihat kelakuan gue. Dia duduk di sisi ranjang dan menatap lekat ke arah gue.

"What?" Gue menlelan ludah.

"What?" Tanyanya balik.

"Kenapa ngelihatin saya seperti itu?" Tanya gue.

"I'dont know. I just can't take my eyes of you." Dia menyentuh bibir gue dengan ibu jarinya, dan sekujur tubuh gue meremang.

"Thank you." Imbuhnya.

"Untuk apa?" Bisik gue lemah.

"Saya tahu kamu bertemu dengan Amie, karena semalam dia menghubungi saya." Katanya, dan gue teringat, ditengah obrolan kami dan kemabukan yang sudah mulai menjadi pada diri gue, gue masih cukup sadar dan ingat bahwa Ken meminta ijin untuk menerima panggilan. Cukup lama, bahkan bisa di bilang sangat lama. Saat itulah gue menenggak dua gelas champagne karena sedikit kesal, di moment seindaih malam tadi Ken masih sibuk bekerja pikir gue. Gue bahkan tidak berpikir bahwa itu Amie.

"Maaf saya lancang." Gue tertunduk dan dia segera menegakkan dagu gue dengan telunjuknya.

"Saya selalu kagum dengan kamu yang spontan, kamu yang naif. Kamu tahu betapa besar resiko dari tindakan kamu itu?" Tanyanya dan gue menggeleng.

"Kamu bisa saja nggak pernah kembali setelah pertemuan itu." Jawab Ken dengan wajah serius.

"Dilenyapkan?" Pekik gue.

"Dilenyapkan." Angguk Ken dan gue melongo, tapi kemudian dia tersenyum. "Look at you, what a cute you are."

Dia tampak menghela nafas, mencondongkan wajahnya dan berbisik tepat di hadapan gue "Be mine."

sebelum akhirnya membuka sedikit bibirnya dan bersiap mencium gue, tapi dengan kecepatan cahaya gue segera menutup mulut dengan kedua telapak tangan.

"What?" Dia terkejut.

"Saya belum sikat gigi." Ucap gue dengan mulut yang tertutup dua telapak tangan.

Dia mendengus kesal, "Ok, just take a shower then. I'll be in my room."

"I'll see you there."

"Ok."

Gue nggak pernah mimpi bisa ngicipin hidup ala-ala borjuis seprti ini, bagun dengan setengah mabuk dengan seroang pria kaya raya, muda, dan begitu mempesona. Menghabiskan malam dengan minuman mahal, tidur di ranjang besar yang super nyaman, oh God, ini benar-benar rasanya seperti mimpi.

***

"Hei . . ." Gue berjalan masuk setelah dia menyadari keberadaan gue sejak beberapa detik lalu di hadapan pintu menatapnya sibuk bekerja di ruang kerjanya.

My New Boss #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang