THE VILLA

5.4K 657 17
                                    

Vila ini sepi, sumpah. Bahkan ketika gue berharap ada suara nyamuk atau jangkrik, there's no one. Gue sendiri yang "krik-krik" di tempat seluas ini tanpa tahu si bos gue ada di sudut mana. Untung aja tadi pas meeting sempet ada acara makan malemnya, kalau enggak gue bakalan kelaperan.

Gue turun ke lantai satu dan mencoba berkeliling untuk menemukan keberadaan makhluk itu, at least gue tahu bahwa ada manusia lain di dalam rumah ini, dan dia nggak ninggalin gue sendiri. Di dekat sebuah ruangan luas di sebelah kiri tangga naik ada pintu dan gue nggak tahu apakah ada ruangan lain di balik pintu itu.

"Ok, mungkin dia di dalem." Bisik gue dalam hati, dan perlahan gue tarik gagang pintu dan setelah terbuka hanya menyisakan ruangan gelap. Ini satu-satunya ruangan yang dindingnya tidak transparan di lantai satu vila ini. Perlahan tapi pasti gue melangkah masuk dalam kegelapan, dan saat gue baru sampai di langkah ke lima tiba-tiba lampu menyala dan gue hamper terlonjak sangking kagetnya. Saat gue menoleh dia sudah berdiri di ambang pintu.

"Kenapa gelap-gelapan?" Tanyanya, dan gue hanya bias menelan ludah, menyeret langkah gue mundur. Ini, kejadian seperti ini gue asosiasikan dengan adegan pertama pada novel thriller yang ujungnya adalah pembunuhan. Sumpah gue deg-degan setengah mati.

Mr. Ken malah masuk mendahului gue dan menatap gue dengan tatapan aneh.

"Kenapa ngeliatin saya begitu?" Tanyanya dan gue juga bertanya hal yang sama di saat yang sama pula.

"Kamu aneh." Jawabnya.

"Kok aneh?" Protes gue.

"Karena kamu ngelihatin saya seperti kamu ngelihat penjahat yang mau bunuh kamu." Jawabnya.

"Anda tiba-tiba menyalakan lampu di belakang saya, itu aneh."

"Anehan mana sama kamu yang ngendap-ngendap di ruangan gelap?"

Gue nggak bisa berdebat lagi, karena memang pada dasarnya gue yang aneh sih.

"Ini home theatre, kamu bias duduk dan nonton di dalem, ngapain berdiri di situ?" Dia melemparkan dirinya di sofa berwarna gelap lengkap dengan remote di tangannya dan segera menyalakan layar plasma super besar, dan yang ajaib adalah ketika layar itu menyala, lampu secara otomatis mati.

Gilak, super gilak, ini parah banget.

"Masih mau berdiri di situ?" Tanyanya dan gue merambat dalam kegelapan hanya melihat siluet dirinya yang terkena cahaya dari layar plasma. Gue memilih duduk di sofa, bagian sisi berlawanan dengan dirinya.

"I'm not that kind of guy . . . oh come on." Dia menghela nafas dalam "Saya nggak ngerti kenapa wanita asia selalu berpikir bahwa pria itu selalu punya pikiran kotor di dalam kepalanya?"

"Maksud anda?" Tanya gue.

"Coba perhatikan cara kamu duduk, mengambil posisi sangat jauh dari saya, dengan gesture seperti sedang takut diterkam macan, kamu pikir saya akan punya niat untuk tiba-tiba nerkam kamu gitu?" Si bos mematikan layar plasma dan lampu kembali menyala.

"Look at me." Katanya "Saya tahu, menjaga adat ketimuran karena kamu adalah wanita Asia, dan sayapun demikian, saya juga lahir dari orang tua berdarah Asia, dan kata orang kita tidak boleh menigngalkan kebudayaan kita, It's totally true." Katanya panjang lebar.

"Tapi kita juga harus belajar open minded, dari orang-orang barat. Because when they attracted with other they will act like a gentleman." Dia menatap ke arah gue "Paham kan maksud saya?"

Gue tidak berekspresi, hanya menatapnya.

"Saya nggak akan main nyosor, kalau saya suka saya akan bilang suka. Jadi stop bertingkah seolah saya macan kelaperan dan kamu adalah mangsa saya yang nggak berdaya. "

My New Boss #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang