Kesepakatan

4.6K 676 47
                                    

Hari ini gue harus kembali menemani ibu mertua gue di acara penggalangan dana untuk penderita cancer. Satu hal yang bikin gue salut adalah ibu mertua gue ini benar-benar memiliki jiwa sosial yang tinggi dan peduli pada orang lain yang membutuhkan. Dia bahkan memiliki yayasan yang menangani anak-anak penderita Hydrocephalus.

Aula tempat diadakan acara penggalangan dana ini sudah mulai ramai dan beberapa penampil bahkan sudah tampil dengan sangat baik. Kami duduk di meja bundar Bersama wanita-wanita seusia ibu mertua gue yang hampir semua style nya sama. Tiba-tiba perhatian nyokap beralih pada wanita muda yang datang dengan penampilan sangat memukau, dan saat dia membuka kacamata hitam yang dia kenakan, gue baru menyadari bahwa dia adalah wanita yang kami temui di outlet penjual tas mewah itu.

Ibu mertua gue berdiri dari tempatnya dan mendekati wanita itu, lalu berbicara sambil sesekali melirik ke arah gue. Merasa aneh, tentu saja. Yang gue tangkap dari ekspresi kedua wanita itu adalah, ibu mertua gue terlihat panik, tidak senang, sementara wanita itu bersikap masa bodoh. Setelah berbicara beberapa lama, ibu mertua gue kembali ke meja kami dan dilihat dari ekpresinya dia sangat tidak nyaman berada di ruangan ini.

"Are you ok mom?" Tanya gue, dan dia tersenyum sekilas.

"Kita bisa pergi dari tempat ini sekarang kalau anda mau." Kataku selanjutnya dan dia setuju akhirnya. Kami berpamitan dengan beberapa wanita kaya yang duduk di meja kami kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Ibu mertua gue sengaja membawa gue ke sebuah restaurant khas jepang yang menyediakan menu teh hijau dengan ruangan yang sangat privat. Dia mengajari gue cara minum teh ala orang jepang atau disebut Chanoyu. Kami bahkan harus berganti dengan pakaian Kimono yang mereka sewakan.

"Ini adalah tradisi Chanoyu, atau tradisi minum teh di Jepang." Katanya sambil mengajari cara duduk yang benar. Kami harus duduk dengan tegap dan kaki di lipat ke belakang. Seorang ahli Chanoyu sedang menyeduh teh untuk kami, dan saat teh sudah siap dia menyodorkan masing-masing cangkir bermotif bunga. Gue celingukan, apakah ini harus segera di minum dalam keadaan panas atau bisa menunggu dingin.

Ibu mertua gue tidak mengatakan apapun, tapi gue melihat dia meletakan cangkir di telapak tangan kiri dan tangan kanan nya memutar cangkir serratus delapan puluh derajat dalam tiga putaran baru kemudian menempelkan cangkir ke bibir dan menyesap teh itu. Gue berusaha mengikuti apa yang dia lakukan sesempurna mungkin dan setelah gue menyesap teh hijau tanpa rasa itu dia tersenyum.

Ibu mertua gue meminta alhi Chanoyo meninggalkan kami berdua dan dia meletakan cangkirnya, lalu memutar duduknya menghadap gue, dan gue melakukan hal yang sama meski sejujurnya duduk bersimpuh dengan kimono ini sangat tidak nyaman buat gue.

"Wanita yang aku temui tadi adalah Camilia." Terangnya.

"Camilia?" Alis gue bertaut, ini kali pertama gue mendengar nama itu.

"Ken pernah menjalin hubungan dengan wanita itu."

Kalimat ibu mertua gue seperti anak panah yang melesat dengan kecepatan sinkansen dan tepat menghujam jantung gue.

"Dia adalah pendonor ginjal untuk Ken."

Lagi-lagi berita itu seperti anak panah kedua yang menyusul anak panah pertama dan tidak menyisakan apapun karena gue hancur berkeping-keping di buatnya. Wanita yang pernah menjalin hubungan dengan Ken dan bahkan satu ginjalnya saat ini ada didalam tubuh suami gue. Apa lagi yang tersisa untuk gue selain perasaan yang hancur.

"Aku membencinya." Ibu mertua gue mengucapkan kalimat itu dengan sorot mata kebencian yang membara. "Dia adalah iblis yang menginginkan puteraku."

What?

Apa ini?

"Dia sudah pergi bertahun-tahun lalu, dan berjanji tidak akan pernah muncul lagi dihadapan puteraku. Tapi dia mengingkari janjinya, sekarang dia datang dan bersiap untuk menghancurkan puteraku."

My New Boss #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang