BAB 2 - Deklarasi Raja

54 3 0
                                    

Bagian 1  

Di tengah-tengah tanah yang terbakar, pandangan yang sangat kabur, tubuh yang tidak bisa lagi di gerakan, kesadaran yang terasa akan segera menghilang. Pascal berbaring lemah di tanah, melihat sosok pemuda yang terbakar oleh api di hadapannya.

Melihat sosok di hadapannya, Pascal merasa hatinya sangat tenang, tidak ada kemarahan ataupun kebencian. Pascal tahu kalau hidupnya sebentar lagi akan berakhir, tapi ia senang dan tidak memikirkan itu. Apa yang di pikirkannya saat ini adalah 'akhirnya aku mampu menolongnya'.

".. Engkau adalah prajurit pertama yang membunuh simbol kemenangan! Aku yang selalu berdoa untuk diberikan kekalahan tidak pernah mendapatkannya sekalipun... Namun saat ini, Engkau telah mengabulkan permintaanku. Ha ha ha jadi seperti inikah perasaan setelah dikalahkan... Rasa malu dan memuakkan atas kekalahan ini, benar-benar yang pertama kalinya untukku-,"

Pascal tidak bisa mendengar semua yang dikatakan orang itu, tapi ia dapat mendengar suara teriakan lantang pemuda itu, ia mencoba menyambungkan kata perkata yang dikatakan oleh pemuda di hadapannya. Meski tidak mengetahui keseluruhan, Pascal sudah tahu kalau pemuda ini akan mengatakan sesuatu dengan kebanggannya yang tinggi – Ah, dia itu, sampai saat terakhir, cara bicaranya tidak berubah sedikitpun- .

Kalau saat ini Pascal dapat bergerak, ia akan memberika balasan untuk mengejek pemuda yang selalu mengoceh di depannya ini.

Tidak ada yang bisa di lakukannya saat ini, sambil terus mempertahankan kesadarannya, Pascal mengucapkan dua kalimat sebelum kesadarannya menghilang. Dia terus mendengarkan pemuda, seakan sedang mendengarkan sebuah aktor yang akan segera meninggalkan panggungnya.

"- Karena itu, aku tidak akan pernah lagi merasakan rasa malu ini! Wahai prajurit perampas otoritas kemenangan, menanglah terus sepanjang perjalananmu sebagai prajurit! Jangan pernah kalah, sampai saat kita bertemu lagi, Aku akan mengambil mengambil kemenanganku kembali! Aku memberikan berkat kemenangan padamu, wahai prajurit pilihanku!"

Apa yang dikatakannya itu—Pascal ingin sekali membantahnya, ia tidak butuh berkat kemenangan dari orang yang telah dikalahkan. Perlahan Pascal merasa kesadarannya mulai terbang, ia bahkan tidak bisa mendengar suara api yang terbakar atau teriakan pemuda, pandangannya mulai gelap dan kesadarannya menghilang tapi secara bersamaan tubuhnya yang telah kehilangan efektifasnya tiba-tiba merasakan sesuatu yang berat menimpa tubuhnya.

Sesuatu yang berat terus menenkan-nekan perutnya dan pipinya terasa sangat perih.

" ...al-Nii! Cal-nii!.. Pascal-nii!" Suara perempuan yang sangat familiar terus terdengar oleh telinganya. Pascal membuka matanya perlahan, meskipun terasa sakit karena melihat cahaya yang terang, Pascal menggunakan tangannya untuk menghalangi cahaya matahari sampai matanya terbiasa.

Saat ini seorang gadis dengan rambut hitam panjang dan memakai seragam pelaut sedang duduk di perutnya, meski ia sudah membuka matanya perlahan dan menunjukan reaksi kalau dirinya sudah bangun, gadis yang sedang duduk di badannya terus menampar pipinya berulang kali.

"Ugh.. Berhenti menamparku! Apa kau tidak bisa membangunkanku dengan lebih baik?" (Pascal)

"Apa? Aku sudah melakukan ini dan itu, tapi kau tidak menunjukan respon sedikitpun! " (Mana)

Dalam sesaat Mana menjadi marah, Pascal yang kesadarannya belum pulih mengerutkan keningnya. Ia merasa kalau adiknya ini gampang sekali marah akhir-akhir ini.

"Apanya ini dan itu? Hey kenapa kamu marah seperti itu.. Ada apa denganmu tiba-tiba?" (Pascal)

"Aku tidak mempunyai alasan untuk menjelaskannya. Pascal-nii, sudah waktunya kau harus belajar memikirkan orang-orang sekelilingmu." (Mana)

Gottmörder 2 - Panggung Pertama Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang