BAB 3 - Bagian 3

41 2 0
                                    

Pascal berjalan dengan acuh ditengah distrik perbelanjaan. Dia mengabaikan tatapan-tatapan bingung dari orang-orang sekitar, tidak hanya berupa tatapan ada beberapa orang juga yang menyapa, namun kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu rumah tangga yang sedang berbelanja.

Alasan banyak orang menatapnya dengan bingung, itu karena saat ini sudah bukan jam dimana seorang yang mengenakan seragam akan berjalan-jalan dengan santai di jalanan. Waktu jam masuk sekolah sudah lewat dua jam yang lalu, dan normal bila beberapa orang berpikir kalau siswa ini sedang membolos.

Dia memang tidak terlalu memusingkan tatapan orang-orang, ia lebih mengkhawatirkan alasan yang harus ia katakan pada wali kelasnya.

Sebagai anak kelas satu, Pascal sudah memiliki banyak sekali absensi di semester ini, dapat dikatakan kalau absensinya sudah mencapai titik mendekati merah. Ketika absensi mencapai batas dari yang ditentukan, akan ada dua kemungkinan yang akan dilakukan pihak sekolah : Pertama dipanggilnya orang tua, kedua mengulang kelas.

Kedua orang tuanya sangat toleran akan kehidupan anak-anaknya, namun tetap saja, hati nurani Pascal tidak ingin membuat masalah kepada orang tuanya.

Sesampainya disekolah, Pascal segera menuju ke ruang guru terlebih dahulu. Walaupun seluruh guru sedang berada di kelas, tetapi masih ada bagian office dan guru konseling.

Perlahan Pascal membuka pintu ruang guru, ia mengintip dari celah pintu yang terbuka perlahan dan setelah terbuka sepenuhnya, Pascal dihadapkan dengan seorang pria tampan dengan rambut yang dikuncir kebelakang, dia adalah orang yang tidak ingin Pascal temui dalam kondisi saat ini, ditambah Pascal tidak pernah berpikir akan bertemu orang ini.

" "Ah—" " Pascal dan Pria tersebut mengucap hal yang sama.

Di belakang pria tersebut terdapat seorang gadis dengan rambut pirang alaminya, dia memakai setelan bisnis dan memakai kacamata. Daripada menggunakan rok, gadis tersebut memakai celana panjang seperti pria, dia memancarkan udara seorang sekretaris handal. Dan Pascal mengenal mereka berdua dengan baik.

Mereka adalah kepala sekolah beserta asisten sekaligus sekretarisnya : Kashiwazaki Hayato dan Stella.

"Ah – Ehm, lama tidak bertemu Pascal-kun.. Apa kamu ingin mengantar – Oh?" Kepala sekolah menghentikan kalimatnya saat melihat Pascal secara keseluruhan.

Satu-satunya alasan resmi siswa datang ke ruang guru untuk mengantar berkas atau mengambil, namun yang terakhir sangat jarang terjadi.

"... Apa kamu baru saja datang Pascal-kun?" (Kashiwazaki)

Menghadapi pertanyaan kepala sekolah, Pascal hanya menundukan kepalanya, ia tidak bisa mengatakan apapun. Sebagian besar alasan dirinya tidak bisa menjawab, itu karena perasaan bersalah.

Pada awal musim panas Pascal telah menyebabkan masalah pada kepala sekolah, meskipun kepala sekolah mengklaim itu hanya sebuah kebetulan untuk mendorongnya memutuskan sesuatu.. Tetapi tetap, Pascal tidak bisa menganggapnya seperti itu dengan mudah, bagaimanapun kepala sekolah sudah sangat baik terhadapnya dan itu karena hubungan antara kepala sekolah dengan ayahnya sangat baik. Pascal tidak ingin dirinya mempengaruhi hubungan ayahnya dengan kepala sekolah.

"Hmm kamu tidak boleh seperti ini Pascal-kun." Kepala sekolah menghela nafas lembut. "— Kamu harus datang tepat waktu untuk ke sekolah. Tidak sepertiku dan Savas yang cukup toleran dengan kenakalan anak-anak seumuran kalian, banyak sensei disini yang cukup keras kepala dengan pola pikirnya dan memaksakannya pada anak muda. Kamu harus bisa menyesuaikan diri Pascal-kun, ini benar-benar penting untukmu kedepannya." (Kashiwazaki)

Saat ini kepala sekolah bersikap layaknya seorang ayah yang sedang menasehati anaknya. Dia juga pernah mengatakan kalau dirinya sudah menganggap Pascal seperti anaknya sendiri.

Gottmörder 2 - Panggung Pertama Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang