BAB 2 - Bagian 3

63 2 0
                                    


Suara mendengung mesin yang terus terdengar, perasaan seperti mengambang di udara sudah menjadi biasa setelah beberapa jam, tapi sebagai gantinya, tubuh terasa sangat lelah dan ingin berbaring di kasur yang empuk dan nyaman.

Akhir-akhir ini Pascal selalu merasakan hal seperti ini, rasa lelah dan pening pada kepala, jetlag.

Pascal merasa kalau jetlag seperti sudah menjadi bagian dalam rutinitasnya, beberapa minggu yang lalu ia juga merasakan hal yang sama dan kali ini ia juga merasakan hal yang sama dan dua hari kedepan ia juga akan merasakan hal yang sama – Kapan rutinitas ini akan berakhir?

"Kenapa aku berada di sini?" Mengeluh dengan nada yang malas, Pascal menyenderkan kepalanya kearah jendela di sampingnya.

Lempengan besi besar yang bergetar karena tekanan angin, awan putih yang tidak menyimbolkan bentuk apapun dan cahaya matahari yang menyilaukan.

Pemandangan yang sama selama dua belas jam, Pascal sudah melihat pemandangan ini selama delapan jam dan masih ada empat jam lagi ia akan menyaksikan pemandangan panorama pulau awan. Ketika dalam keadaan di pesawat, hanya tidur yang bisa ia lakukan, meskipun sulit untuk memejamkan mata.

Kembali pada hari ke empat setelah berakhirnya liburan musim panas.

Saat ini Pascal sedang berlari sekuat tenaga di distrik perbelanjaan Nezu, hari ke empat setelah berakhirnya liburan musim panas, ia telat berangkat sekolah. Kalau ada yang bertanya kenapa? Itu karena alarm alami miliknya, Mana dan Kotori.

Keduanya adalah alarm alami milik Pascal, alarmnya akan terus berbunyi tidak peduli apapun yang terjadi, alarm akan berhenti kalau Pascal sudah bangun dan mau berdiri dari kasur. Tapi kali ini, kedua alarmnya harus pergi pagi sekali, meninggalkan kewajiban mereka.

Sebagai hasil dari ketidakhadiran sang alarm, seorang siswa laki-laki dengan seragam musim panas yang tidak terpakai dengan benar berlari-lari di distrik perbelanjaan.

Sejujurnya akan sangat efisien kalau ia menggunakan [Raptor], tapi apa yang akan orang-orang di dunia katakan, jika berangkat sekolah Pascal harus menggunakan inkaranasi dewa perang agar tidak terlambat karena khawatir point kepribadian baiknya akan di kurangi.

Dengan mengandalkan kekuatan kakinya, Pascal tiba di Akademi Jounan dalam waktu kurang dari lima menit.

Pascal sudah dapat melihat gerbang sekolahnya, ia juga memastikan kalau Kazuki, guru olahraga tidak menjaga gerbang untuk anak-anak yang telat.

Berhenti sejenak, Pascal menarik nafas setelah melihat situasi. Dia mulai memasuki gerbang sekolah dengan langkah seribu tenang, jangan tergesa-gesa – kalau saat ini ia berlari, maka keberadaannya akan mencolok dan mengundang perhatian orang lain, satu-satunya cara adalah berjalan dengan alami sambil mempercepat ritme langkahnya akan terlihat lebih alami, pikirnya.

Setelah berhasil memasuki gedung, Pascal segera mencari loker miliknya. Ketika ia membuka loker, ada sebuah surat di atas sepatu miliknya.

"Surat? Hola-" sejenak Pascal mengerutkan dahinya, tulisan pada amplop surat tidak menggunakan kanji dan tidak ada perangko yang melekat pada surat.

"Hei kamu (kimi)-" (Gadis)

Ketika Pascal ingin membuka surat, suara seseorang menghentikan gerakannya. Ia mencari sumber suara, dan menemukan seorang gadis, dia memiliki rambut hitam panjang, memiliki tubuh yang ramping dan tidak terlalu tinggi, standar siswi SMA dan dia mengarahkan jari telunjuk padanya.

"Erhm .. Aku?" (Pascal)

Entah siapa yang di panggil oleh gadis itu, Pascal merasa bingung tapi saat ini tidak ada orang lain selain dirinya yang sedang berada di loker sepatu.

Gottmörder 2 - Panggung Pertama Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang