BAB 3 - Putri Kuil

36 2 0
                                    


Bagian 1

Pertengahan musim panas sudah lewat beberapa hari yang lalu, namun ramalan cuaca di televisi mengatakan suhu hari ini akan mencapai tiga puluh tujuh derajat celcius dan mengingatkan bagi siapapun yang akan beraktifitas untuk terus menjaga cairan tubuh mereka agar tidak terkena serangan panas.

Di Tokyo, kota yang sangat padat ini membuat musim panas tidak jauh berbeda dengan pulau-pulau selatan, meski begitu, tidak seluruh daerah Tokyo berisi dengan gedung-gedung pencakar langit atau rumah-rumah yang berdekatan.

... Dan tidak seluruh tempat di kota Tokyo terkena panas yang sangat menyengat, di sela-sela kota yang penuh dengan bangunan batu dan beton, masih terdapat beberapa wilayah yang memiliki daerah yang rindang.

Berterima kasihlah pada para pejabat dan petugas tata kota yang telah menyisihkan beberapa wilayah dari setiap distrik sebagai lahan taman dan penyerapan.

Tidak jauh dari Kyu Shiba Rikyu Gardens dan Menara Tokyo, bersebelahan dengan restoran bintang lima dan dikelilingi oleh sekolah, stasiun televisi, sebuah menara penyiaran dan kedutaan, ada sebuah area yang merupakan sebuah kuil disana. Salah satu distrik yang memiliki banyak jalan kecil.

Ada sebuah jalan kecil di distrik ini yang akan membingungkan seseorang yang baru pertama kali berjalan melewatinya, namun bagi siapapun yang terus menyusuri jalan kecil ini, mereka akan berakhir di depan sebuah susunan tangga batu dengan torii besar sebagai pintu masuk.

Tangga-tangga ini berjumlah sekitar dua ratus anak tangga. Bagi orang modern yang kurang berolahraga, rintangan ini adalah hal yang akan mengganggu untuk mereka, namun kalau kalian berhasil melewati rintangan yang melelahkan ini, kalian akan melihat Nanao Shrine di puncak rintangan ini. Meskipun berada di tengah kota metropolitan, area sekitar kuil dipenuhi oleh cagar alam yang alami, vegetasi hijau yang membuat tempat ini memancarkan rasa tenang dan nyaman.

Di dalam area kuil terdapat sebuah pondok yang digunakan sebagai tempat tinggal khusus untuk pekerja kuil, mereka akan dapat menggunakan bangunan tersebut untuk mengganti pakaian, mandi atau istirahat. Bangunan tersebut saat ini dihuni oleh seorang gadis yang bertugas sebagai miko.

Seorang gadis yang mengenakan kosode dibawah furisode dan hakama merah, sedang menghadap cermin sambil menata rambutnya dengan sisir kayu. Dia memiliki rambut yang berwarna kecoklatan dibanding dengan warna hitam. Warna coklat rambutnya adalah warna alami yang didapatkannya sejak lahir, karena rambutnya berbeda dari teman-temannya, Shina selalu khawatir dan menjadi tidak percaya diri. Dia berpikir selama rambutnya tertata dengan baik, itu akan baik-baik saja.

Mariya Shina, dia merupakan seorang yang memancarkan perasaan lembut di sekitarnya, setiap gerakan tangannya yang sedang menyisir rambut terlihat sangat halus. Perlahan ia merapikan rambut panjangnya, Shina sedang bersiap-siap untuk memulai pekerjaan paruh waktunya sebagai hime-miko.

Dalam beberapa waktu, salah satu gigi pada sisir kayu yang digunakannya untuk menata rambutnya tiba-tiba patah. Shina selalu hati-hati dalam melakukan sesuatu, namun ia tidak menyangka kali ini ia mematahkan sisir kesayangannya. Memperhatikan patahan sisirnya, Shina mendapat perasaan yang sedikit mengganggu di hatinya, firasat yang membuatnya resah, namun apa itu? Ia tidak mendapatkan gambaran yang jelas dari perasaan yang dirasakannya.

".. Aku harap tidak ada hal buruk yang terjadi-" (Shina)

Shina menggumamkan harapannya dan mengabaikan firasat buruk yang ia rasakan.

Disaat Shina memikirkan perasaan tidak enak tersebut, seorang imam mengetuk pintu ruangnya, dia mengatakan kalau ada seseorang yang ingin menemuinya.

Gottmörder 2 - Panggung Pertama Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang