Part (20)

1.9K 286 119
                                    

"Kamu memimpikan cinta yang baru, Aku memimpikan cinta yang abadi. Hal yang kita lihat sangat berbeda, kamu dan aku."

(Younha - The real reason why we broke up)

#Jungkook pov.

Dua minggu kemudian...

Perlahan kubuka kedua mataku dan pandanganku untuk pertama kali menangkap langit-langit ruangan berwarna putih, setelah itu pandanganku turun hingga mendapati tirai putih di sisi ranjang dan menyadari saat ini aku tengah berada di rumah sakit.

"J-jungkook, kau sudah bangun nak?"

Aku mendengar suara eomma bergetar memanggilku dengan bahagia, ia memelukku dengan berurai airmata. "Jangan menangis eomma! Aku baik-baik saja."

"Eomma panggilkan dokter untuk memeriksamu lagi ya?" ucapnya lalu menekan bel untuk memanggil dokter juga perawat.

Tak lama mereka datang dan memeriksaku, kulihat mereka tersenyum kepadaku lalu mulai berbicara dengan eomma. Mereka berbicara sedikit jauh dariku sehingga aku tak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.

Setelah itu eomma kembali padaku, dia terus menggenggam tanganku dan tak mau lepas. Seperti aku akan pergi jauh darinya.

"Aku tidak akan pergi kemana-mana, eomma." ucapku menenangkannya namun eomma tetap saja enggan untuk melepaskanku sedikitpun. Mungkin dia begitu khawatir kepadaku.

Eomma mengelus puncak kepalaku dengan lembut. "Kau tidak sadarkan diri selama dua minggu, eomma benar-benar takut kehilanganmu." ungkapnya dengan airmata yang kembali berlinang.

"Buktinya aku kembali pada eomma, aku tidak akan pergi sebelum membuat eomma bahagia." timpalku membuatnya kembali tersenyum, aku mencium punggung tangannya dengan lembut.

Tak lama seseorang muncul, aku tersenyum melihat Mingyu baik-baik saja. Aku tak tau apa yang terjadi padanya sesaat setelah aku tertusuk.

"Akhirnya kau bangun, Jungkook. Kau benar-benar membuatku khawatir." ucapnya sembari memberiku pukulan kecil di bahu.

Aku meringis, lebih tepatnya berpura-pura sakit agar dia merasa bersalah. "Kau tega sekali memukulku, aku kan sedang sakit."

"Ah mianhe, aku hanya refleks barusan. Terima kasih karena kau sudah kembali." ucapnya dengan tatapan sedih, dia terlihat tidak manly sekali.

Aku tersenyum padanya. "Aku yang seharusnya berterima kasih dan minta maaf padamu, karena aku telah membawa-bawamu." timpalku namun Mingyu justru menggeleng tidak merasa keberatan.

Eomma meninggalkan kami berdua untuk mengobrol beberapa saat, meskipun aku baru sadar dari komaku, rasanya aku sudah merasa sangat baik sekarang.

"Eum, Mingyu-ya. Kau tidak bercerita pada siapapun soal ini kan?" tanyaku pada Mingyu karena takutnya ancaman yang pernah Eunwoo lontarkan akan benar-benar namja itu lakukan.

Dia menggelengkan kepalanya. "Aku tak mau menanggung resiko jika harus membocorkan siapa dalang di balik ini semua, orang suruhan Eunwoo yang memukuliku juga mengancamku waktu itu."

Aku benar-benar tak habis pikir, Eunwoo benar-benar mengusik kehidupan semua orang-orang yang berada di dekatku karena rasa irinya kepadaku. Dia iri karena ayahnya pernah sangat menyayangiku.

Bahkan aku tidak tau kalau paman Cha adalah ayahnya.

Tak lama setelah Mingyu berpamitan pulang, eomma masuk bersama dengan namja yang anaknya telah menusukku waktu itu. Mengapa eomma harus membawa dia kemari? Aku benar-benar membencinya.

Hopeless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang