19th (Let's Go Home!)

1.5K 160 26
                                    

"Jisoo-ya...."

Mino datang bersama Joohyun. Pemuda itu datang bukan karena keinginannya sendiri, melainkan atas dasar paksaan Joohyun. Well, Joohyun bukannya rela jika suaminya direbut oleh wanita lain. Ia hanya tidak tega melihat Jisoo dalam kondisi terpuruk seperti ini. Yah, anggap saja bahwa ini merupakan bentuk terima kasih Joohyun kepada Jisoo yang sudah mendampingi Mino selama Joohyun tidak menyadari keberadaan Mino di masa lalu.

"Oppa. Jinyoung Oppa.....Jinyoung Oppa sudah pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya...."

Jisoo kembali histeris, membuat baik Joohyun mau pun Mino merasa iba.

Berdasarkan penuturan Mino, Park Jinyoung merupakan sosok pemuda yang sudah lama memendam rasa kepada Jisoo. Pemuda itu ada ketika Jisoo merasakan patah hati untuk pertama kalinya kala Mino lebih memilih untuk memperjuangkan perasaannya pada Joohyun. Jinyoung menerima Jisoo apa adanya. Ia bahkan tahu bahwa Jisoo tidak pernah benar-benar mencintai dirinya. Well, Jisoo mencintai dan menghormati Jinyoung sebagai suaminya. Hanya saja, ada sebagian dari diri Jisoo yang masih sering merindukan keberadaan Mino.

"Bagaimana aku dapat menjalani hidupku ketika Jinyoung Oppa sudah tidak ada lagi? Kepada siapa aku akan berkeluh kesah? Siapa yang akan memelukku ketika aku sedang menangis? Oppa, mengapa Tuhan merebut Jinyoung Oppa dariku????"

Jisoo memberondong Mino dengan beragam pertanyaan. Jemari wanita itu sudah meremas kemeja Mino. Bulir bening tidak juga berhenti turun dari kedua mata indahnya.

"Kim Jisoo, aku turut berduka cita..." Joohyun memberanikan dirinya untuk menepuk bahu Jisoo pelan.

Jisoo melirik pada Joohyun, melemparkan tatapan tajamnya pada Joohyun.

"Bae Joohyun, bisa kah kamu membiarkan aku bicara dengan suamimu? Ada hal yang harus aku ceritakan pada suamimu sebelum aku menyesal karena memilih untuk menyimpannya sendirian. Sebagai seorang wanita, kamu mengerti perasaanku kan?"

Joohyun menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Membiarkan Mino berdua saja dengan Jisoo? Ah, rasanya Joohyun tidak rela. Jahat kah Joohyun jika dirinya memiliki perasaan takut akan niat Jisoo yang sesungguhnya? Joohyun tidak ingin jika Mino-nya direbut oleh orang lain. Tapi, bukankah yang dikatakan oleh Jisoo benar adanya? Sebagai seorang wanita, seharusnya Joohyun mengerti perasaan Jisoo. Lagipula, pantas kah Joohyun merasa cemburu ketika Jisoo sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi sebagai tempatnya bertumpu?

"Jangan. Jangan pergi. Di sini saja."

Mino meraih jemari Joohyun dan menggenggamnya dengan kuat.

Joohyun kini bimbang. Ia memandangi Mino dan Jisoo secara bergantian.

"Kumohon...." desis Jisoo pelan pada Joohyun.

Joohyun tersenyum getir. Ia tidak punya pilihan lain bukan?

Ia memeluk suaminya sekilas sebelum kemudian melepaskan jemarinya dari genggaman tangan Mino.

"Lima menit. Aku hanya akan memberimu waktu lima menit untuk bicara dengan suamiku. Hanya bicara, tidak lebih dari itu."

Penuh rasa sesak yang membuncah di dalam dadanya, Joohyun melangkah pergi meninggalkan Jisoo dan Mino.

Ah, sesungguhnya Joohyun tidak benar-benar pergi. Ia masih mengamati Jisoo dan Mino dari kejauhan. Gemuruh di dalam dadanya tidak juga reda. Iya. Dia cemburu. Dia sangat cemburu. Payah kah dia? Suaminya bahkan tidak memeluk Jisoo. Suaminya bahkan tidak melakukan hal apa pun selain mengangguk dan mendengarkan penuturan Jisoo. Tapi, rasanya Joohyun sudah sangat ingin marah. Mengapa perasaannya pada Mino membuat dirinya ingin sekali memonopoli sang suami?

Baby Baby (MinRene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang