13th (How Can I Say)

1K 162 27
                                    

Song Mino tidak berbohong mau pun bercanda. Pemuda itu bersikeras menyatakan bahwa dirinya sudah memiliki seorang kekasih.

“Kim Jisoo. Nama kekasihku adalah Kim Jisoo. Dia merupakan adik kelasku. Gadis cantik yang selalu tersenyum manis pada diriku.”

Begitu cara Mino mendeskripsikan kekasihnya. Dari sorot mata pemuda itu, tersirat rasa bahagia yang membuncah.

Joohyun hanya dapat terdiam mendengar penuturan suaminya mengenai gadis yang berhasil mengambil alih atensi suaminya.

Jadi, begini ya rasanya ketika pasanganmu membicarakan sosok lain di depan dirimu?

Begini ya yang Mino rasakan pada saat itu?

Joohyun menggenggam jemarinya sendiri hingga buku-buku jarinya memutih. Ia menelan pil pahit yang membuat dadanya terasa sesak.

Jangan marah. Jangan emosi. Jangan menangis.

Berkali-kali, Joohyun melontarkan kata-kata tersebut pada dirinya sendiri. Joohyun harus maklum karena Song Mino yang berada di hadapannya saat ini merupakan Song Mino dengan ingatannya yang tertumpu pada masa ketika pemuda itu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

“Sunbaenim, apakah tadi kekasihku juga datang menjengukku?”

“Aku saja tidak tahu bagaimana wajah kekasihmu.” Sebisa mungkin, Joohyun menjaga agar nada bicaranya tidak terdengar ketus.

“Yah, pokoknya yang paling cantik deh. Habisnya dia primadona sekolahku sih hehehe….” Mino memamerkan cengiran khasnya.

Dulu, Joohyun menyukai cengiran itu. Membuat dirinya ikut tersenyum. Namun, sekarang kondisinya berbeda. Joohyun bahkan sampai menggertakkan gerahamnya karena malas melihat raut wajah Mino yang tampak begitu bahagia dan konyol di waktu yang sama.

“Enak ya. Masih sekolah jadi bebas menyukai teman sekolahmu. Kalau sudah kuliah sih, urusan hidupmu akan lebih dari sekedar cinta-cintaan. Lagipula, apa pentingnya sih pacaran? Kalau sudah putus, rasa cinta itu akan berubah menjadi rasa benci.”

Mino menggeleng pelan. “Tidak mungkin. Aku dan Jisoo akan tetap menjalin hubungan pertemanan yang baik jika saja takdir tidak menghendaki kami berdua untuk bersama. Jisoo itu gadis yang baik. Ia tidak pernah menaruh dendam pada siapa pun. Ia bahkan dengan mudahnya memaafkan orang yang menyakiti hatinya. Sunbaenim, aku benar-benar bersyukur karena sudah mengenal Jisoo.”

“Hmm…” Joohyun menggumam tidak jelas. Ia membalikkan tubuhnya memunggungi Mino.

“Mau aku kupaskan apel untukmu?” Joohyun sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

“Boleh kah? Kalau begitu, terima kasih. Sunbaenim baik sekali.”

“Aaa..” Joohyun bermaksud hendak menyuapkan potongan apel pada Mino. Namun, Mino justru memandangi Joohyun dengan keraguan pada raut wajahnya.

“Ada apa?”

“Hmm. Sunbaenim, maaf. Tidak seharusnya Sunbaenim melakukan hal yang seperti ini. Aku tidak enak pada kekasihku. Tapi, aku benar-benar menghargai niat baik Sunbaenim.”

Joohyun terhenyak di tempatnya. Selama masa pernikahan mereka, Mino tidak pernah sekali pun menolak dirinya. Tidak peduli seberapa jahat kalimat yang dilontarkan oleh Joohyun, Mino selalu mengalah dan membiarkan Joohyun mengambil alih kuasa.

Tapi, yang tadi itu apa?

Mino baru saja menolaknya?

Ini benar-benar menyedihkan.

“Baiklah.” Joohyun memaksakan dirinya untuk tersenyum meski air mukanya terlihat sedikit muram. Wanita itu menyerahkan mangkok berisi potongan apel kepada Mino. “Kamu bisa memakannya sendiri. Maaf karena sudah membuat dirimu merasa tidak nyaman.”

Baby Baby (MinRene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang