18th (Just When I Thought It's Over...)

1.5K 174 31
                                    

"Sayang, kemeja yang kemarin baru kamu belikan padaku mana ya?"

"Cari saja, Song Mino. Kan sudah aku taruh sesuai pada tempatnya. Aku sedang memasak untuk sarapan nih."

"Sayang, kok begitu sih? Suaminya baru saja pulang dari Rumah Sakit loh."

Joohyun menghela napas. Ia segera mematikan kompor di depannya sebelum kemudian berjalan menghampiri kamar Mino yang kini sudah menjadi kamarnya juga. Ia mendapati Mino yang sedang duduk manis di atas ranjang.

Joohyun berkacak pinggang. "Tuh kan. Kamu mah memang tidak mencari kemejamu. Kamu sengaja kan agar aku yang mencarikannya untukmu?"

Melihat istrinya yang sedang mengomel, Mino memamerkan cengirannya. Ia menepuk space kosong di sebelahnya.

"Sini dong. Duduk di sebelahku," pinta Mino pada Joohyun.

Joohyun menatap suaminya sebentar. Ia memutuskan untuk menurut pada Mino dan mendudukkan dirinya di samping Mino.

Joohyun nyaris berteriak kala lengan Mino tiba-tiba saja memeluk pinggang wanita itu dan menyandarkan kepalanya pada tengkuk Joohyun.

"Ada apa?" Saat ini, Joohyun mati-matian menahan debar jantung yang terasa seperti bom waktu yang hendak meledak.

Mino mengeratkan pelukannya. Pemuda itu menciumi tengkuk istrinya dengan lembut, mengabaikan rona merah muda yang sudah terlukis jelas pada kedua pipi istrinya. “Tidak apa-apa. Aku hanya sedang mengumpulkan tenagaku saja.”

“Song Mino, ih. Ini kan masih pagi,” rengek Joohyun pada suaminya.

Mino terkekeh pelan. “Aku tahu kok kalau ini masih pagi. Memangnya aku meminta yang aneh-aneh padamu? Aku kan hanya ingin bermanja pada istriku saja. Kapan lagi kan istriku dalam mode jinak begini?” goda Mino pada Joohyun.

Sejak keluar dari Rumah Sakit, Mino memang bertambah manja pada Joohyun. Pemuda itu sering meminta sesuatu pada Joohyun dengan nada bicaranya yang mengandung unsur aegyo. Mengenai ingatan Mino, pemuda itu perlahan mulai mengenali sosok Joohyun. Iya. Perlahan, ingatan Mino mulai kembali. Mino kini masih sedang dalam masa pemulihan. Tapi, yang jelas pemuda itu sudah jauh lebih baik-baik saja dibanding kondisi dirinya yang sebelumnya.

“Sudah memutuskan untuk mencari pekerjaan lagi?” tanya Mino pada Joohyun.

Joohyun memang sudah mengundurkan diri dari perusahaan lamanya. Ia memutuskan untuk fokus kepada fase pemulihan Mino. Joohyun benar-benar ingin berada di samping suaminya, menghabiskan waktunya bersama sang suami.

Mencari pekerjaan baru merupakan perkara mudah bagi Joohyun. Well, perusahaan mana sih yang sanggup menolak wanita cerdas seperti Joohyun?

Joohyun menggeleng pelan. “Aku kan sudah bilang padamu bahwa aku ingin merawat dirimu terlebih dahulu. Aku akan menunggu hingga kamu benar-benar sembuh. Setelah itu, aku akan mencari pekerjaan baru.”

Mino meringis. “Maaf ya karena sudah merepotkan kamu dan membatasi ruang gerakmu.”

Song Mino mungkin protektif terhadap Bae Joohyun. Akan tetapi, Song Mino tetap lah sosok pemuda idaman. Ia tidak pernah mengekang Joohyun seperti seekor burung yang terkungkung di dalam sangkarnya, tidak dapat terbang bebas kemana pun.

Song Mino memberikan dukungan penuh kepada Joohyun yang memang senang bekerja dengan syarat bahwa pekerjaan Joohyun tidak terlalu diforsir agar Joohyun tidak terlalu lelah yang dapat membuat wanita itu jatuh sakit.

Song Mino juga tidak melarang Joohyun untuk bergaul dengan Jaewon meski Mino tahu betul mengenai masa lalu Joohyun dan Jaewon. Meski begitu, Mino memberikan batasan yang jelas pada hubungan keduanya. Tidak ada lagi nostalgia pada masa lalu. Begitu yang Mino tegaskan pada Joohyun.

Baby Baby (MinRene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang