14th (His First and Last)

1.1K 167 76
                                    

“Jisoo-ya, kenapa baru datang sekarang? Kenapa tidak segera menjengukku? Tidakkah kamu mengkhawatirkan diriku?”

“Tentu saja aku khawatir. Maaf ya karena aku baru menjengukmu. Ada banyak hal yang harus kuurus.”

“Tunggu.”

Mino mengulurkan tangannya, membiarkan jemarinya menyentuh wajah Jisoo. Sementara Jisoo tanpa sadar sudah menahan napasnya.

“Aku merasa…ada yang berbeda dengan dirimu. Kamu tampak sedikit lebih dewasa,” komentar Mino pada Jisoo.

Jisoo menelan ludahnya kasar. Tentu saja ia tampak lebih dewasa. Ini merupakan Kim Jisoo di usia dua puluhan, bukan belasan.

“A…aku mencoba untuk berdandan. Aku ingin terlihat cantik di depanmu. Tidak boleh ya?”

Mino tersenyum tipis. “Tentu saja boleh. Terima kasih karena sudah berusaha tampil cantik di depanku. Tapi, bagaimana pun dirimu…aku akan tetap menyukaimu. Kamu cantik, Jisoo-ya. Sangat cantik.”

Pujian yang dilontarkan oleh Mino sukses membuat semburat merah muda tercetak dengan jelas pada kedua pipi Jisoo.

Mino terkekeh pelan. “Hey, kenapa pipimu merah begini? Kamu malu ya?” Pemuda itu mencubit pipi Jisoo dengan gemas. “Hari ini, kamu sedikit pendiam. Biasanya kamu senang sekali bicara sembari melakukan hal-hal konyol. Apa yang terjadi dengan Jisoo-ku?”

Jisoo mendongak membalas tatapan Mino dengan sorot matanya yang tidak bisa diartikan. Wanita itu seolah ingin menyampaikan sesuatu pada Mino. Namun, ia segera mengurungkan niatnya. Ia tidak mungkin menambah beban pikiran Mino yang sedang menderita amnesia partial.

“Halo. Kami datang membawakan makanan untuk kalian berdua karena kami tahu bahwa makanan di Rumah Sakit sama sekali tidak enak rasanya.”

Jaewon datang dari balik pintu bersama Joohyun yang membuntuti pemuda itu.

“Untukmu.” Joohyun memberikan sebungkus makanan pada Mino.

Mino membulatkan kedua matanya. “Darimana Sunbaenim tahu makanan favoritku?”

Joohyun menggigit bibir bawahnya. “A…aku hanya menebak saja. Kebetulan, kedai yang menjual makanan itu tidak memiliki banyak antrian.”

Mino mengangguk singkat sebelum kemudian beralih kembali pada ‘kekasihnya.’

“Jisoo-ya, mau menyuapiku tidak?” pintanya pada Jisoo dengan nada bicaranya yang memberikan kesan manja.

Jisoo melirik Joohyun dengan gelisah. Sepertinya, wanita itu takut jika permintaan yang dilontarkan oleh Mino menyinggung perasaan Joohyun. Namun, Joohyun hanya memasang tampang datar.

“Suapi aku ya. Aku ingin dimanja oleh kekasihku sendiri.” Mino kembali merengek pada Jisoo.

Jisoo mulai membuka bungkus makanan milik Mino, menuangkan isinya pada mangkok sebelum kemudian mulai menyuapi Mino.

“Sunbaenim.”

“Hmm?” Joohyun sedikit terkesiap ketika Mino memanggil namanya.

“Terima kasih ya. Sunbaenim benar-benar baik karena masih mau membantuku. Padahal, kita bahkan tidak mengenal satu sama lain. Sunbaenim benar-benar tipikal gadis yang baik luar dan dalam. Aku harap, akan ada pemuda yang memperlakukan Sunbaenim dengan baik layaknya seorang ratu.”

Mino tersenyum begitu ramah. Seharusnya, Joohyun membalas senyuman Mino. Akan tetapi, bibir wanita itu terasa begitu kaku.

Rasa nyeri itu kembali merambati ulu hati Joohyun. Kalimat Mino bagaikan sebuah sindiran yang menampar Joohyun, menyadarkan wanita itu pada sebuah kenyataan pahit.

Baby Baby (MinRene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang