• BAB 5 : OJEK KIRIMAN? •

126 40 61
                                    

Ya emangnya salah kalo gue pengen mastiin lo sampai di rumah dengan selamat?
-FS

***

Hari ini cuaca sangat panas, sang raja siang dengan ganas menyengat permukaan kulitku. Aku yang kegerahan pun mendadak kesal akan banyak hal. Mulai dari tidak ada yang menjemput selepas pulang sekolah, lalu menunggu angkutan umum di pinggir halte yang sejak setengah jam yang lalu tidak ada yang lewat. Uang pun sudah tiris, di tambah lagi di rumah home alone. Mamahku pergi ke rumah tanteku, katanya ada urusan penting. How pity i am.

Aku merogoh saku, lalu mengambil ponsel, "Ya ampun, ini baterai handphone kenapa sisa 15% sih?" Rutukku pada diri sendiri.

Triple kill.

Jika tau seperti ini, aku tak akan menolak tawaran Rona untuk pulang bareng. Emang ya penyesalan datangnya selalu di akhir. Hiks. Abangku juga kurang ajar, kenapa dia mendadak banget sih harus latihan basket buat turnamen. Aku kan jadi terlantar.

Tiba-tiba aku melihat motor besar berwarna merah yang mendadak berhenti di depan halte menggunakan seragam sekolah persis seperti yang sedang aku gunakan. "Haduh semoga nih orang gak berhenti lama-lama dan gak ngajak gue ngobrol." Batinku dalam hati, gak tau kenapa aku adalah tipe orang yang malas sekali di ajak berbicara pada orang yang tidak aku kenal, apalagi itu lawan jenis. Sejenis risi dan gak nyaman.

Tanpa kuduga, dia membuka kaca helmnya, dan yang ada di depanku adalah COWO YANG TADI SIANG GOMBALIN AKU!!! Kalau gak salah sih namanya Jafar, Farja, Japra atau siapalah itu—aku lupa. Masalahnya, NGAPAIN DIA BERHENTI DI DEPANKU? MAU NGAJAK GELUT ATAU GIMANA?!

"Sendirian aja?" Tanyanya kepadaku, yang aku abaikan. Pura-pura gak dengar. "Woi jawab dong!" tambahnya sambil melambaikan sebelah tangannya.

"Lo ngomong sama gue?" Tanyaku pura-pura gak tau sambil menunjuk diri sendiri.

"Ya iyalah, sama siapa lagi emangnya? Kan gak ada orang di halte ini kecuali elo," jelasnya padaku, dan baru kusadari bahwa aku sendirian setelah melihat ke kanan dan ke kiri. Ya ampun nasib gini amat ya, di tempat umum pun tetap menjomblo.

Setelah celingak-celinguk akhirnya aku menjawab. "Oh, gitu."

"Kok belom pulang? Balik sama gue aja yuk, daripada sendirian disini, nanti di godain abang-abang lho, ih serem." Kurang ajar, barusan dia mencoba untuk menakut-nakuti diriku gak sih? Kok aku jadi tambah takut ya? Syaiton emang.

"Ogah." Ya ampun, harus teguh banget sama prinsip diri sendiri : gak boleh kelihatan murahan. Yang baru di ajak langsung mau-mau aja.

Lalu dia menyalakan mesin motornya dan tersenyum meledek kepadaku. "Ya udah, selamat menunggu ya. Awas lho nanti ada—"

"ADA APA?! PERGI SANA CEPETAN!"

Please dong jangan pergi, tunggu angkot dateng dulu.

Cewek mah gitu, hati sama mulutnya selalu bertolak belakang.

"Ya udah, bye."

Tapi ya gitu, kenyataannya cowok emang susah peka.

YA AMPUN ITU ORANG BENERAN PERGI? TEGA BENER SIH. LINDUNGI CAHAYA YA LORD.

Sekarang, sisa aku sendirian di halte ini. Karena cowok yang sok asik itu sudah pergi meninggalkan ku sendirian bersama motor kerennya. Langit sudah mulai gelap, petir memunculkan kilat yang bergerumuh. pertanda hujan akan turun, membuat diriku makin panik gak karuan. Haduh, ini angkot pada kemana sih? Udah kaya semua atau gimana makanya gak ada satu pun yang lewat?

Hurt LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang