Fajar tuh GGS, Ganteng-Ganteng Sialan!
-Cahaya Senja***
A long chapter, slowly ya bacanya. Happy reading! 💙
Setelah menempuh perjalanan kurang dari sejam akhirnya kami sampai di sebuah mall yang terkenal di kalangan anak muda. Katanya sih tempatnya asik buat santai bersama teman, pacar, teman tapi mesra, mesra tapi gak ada hubungan, ataupun sama yang dekat tapi gak jadian. Aku sih bodoamat dengan tempat ini cocoknya untuk apa, yang penting aku mau menjalankan misi untuk Fajar.
Setelah menyerahkan helm kepada Fajar, aku langsung meregangkan seluruh otot tubuhku yang terasa sangat pegal. Kayaknya kalau aku sudah sampai rumah nanti, pinggangku butuh koyo deh. Badanku rasanya mau rontok semua karena motor Fajar yang sok keren ini.
"Kenapa lo, Cah? Mau olahraga?" tanyanya kepadaku ketika melihatku menggerakkan pinggangku ke kanan dan ke kiri seperti gerakan pemanasan.
"Ya kali gue olahraga make baju ginian, terus di parkiran motor kaya gini ... gila kali lo, ya?" jawabku dengan mendelikkan mata lalu melenggang pergi masuk ke dalam mall, meninggalkan dia yang sekarang sedang berlari kecil untuk menyamakan langkahnya denganku.
"Ohh lo pegel-pegel ya naik motor gue?" Astaga, kenapa dia pakai tanya segala kalau tau jawabannya, belum aja motornya aku bawa ke dealer untuk digadaikan.
"Iya, Fajar. Haduh motor lo nyusahin gue tau gak, udah naiknya susah, terus pas duduk bikin nahan pinggang mulu," ocehku panjang kali lebar, tapi tiba-tiba aku sadar ... lho kok aku jadi kaya emak-emak kalau bawel begini?
"Ya udah maaf, ya. Besok-besok kalau gue ngajak lo pergi kita naik mobil," ucapnya kepadaku memberikan aku pilihan baru yang menurut dia bisa mengatasi kesulitanku menaiki motor sport-nya. Tapi dengan dia memberikan opsi seperti itu, sama aja dong membuatku terlihat seperti cewek matre yang gak suka panas-panasan naik motor? Haduh kok dia kaya salah tanggap gitu, ya? "Lagian, Cah. Kalo lo naik motornya susah, kan lo bisa megang pundak gue, lagian juga ngapain nahan pinggang? Gue kan gak coba-coba rem mendadak. Tenang, gue mah anti modus." Fajar menjelaskan dengan detail sambil berjalan di sampingku, astaga aku terlihat seperti kurcaci di sebelahnya.
"Iya, Fajar. Iya lo cowok baik kok. Udah jangan coba-coba ya bawa mobil, gue gak selemah itu kok." Aku berusaha memperingati dia. "Btw, lo kurang kerjaan banget sih ngajak gue jalan? Emang gak ada orang lain apa yang bisa diajak jalan selain gue?" tanyaku penasaran tentang alasannya memilih aku.
"Yang lain mah banyak, malahan ngantre. LINE gue juga penuh PC ngajak jalan, main, dan lain-lain. Tapi gue gak mau aja."
"Kenapa?"
"Prinsip gue tuh cowok serba pertama harusnya, masa cewek ngajak duluan, kaya gimana gitu. Gak suka gue."
Oh gitu, ternyata Fajar penganut cewek tuh nunggu dan cowok yang mengunjungi. Mantap juga pemikirannya.
"Terus kalo tadinya gue nolak buat diajak sama lo gimana?" tanyaku hanya sekadar iseng.
"Buktinya lo gak nolak, 'kan?"
Astaga! Iya juga, ya? Ah nyesel nanya jadinya.
"Ya itu kan, karena kebetulan gue lagi gak ada rencana lain untuk keluar aja." Aku menjawab, lebih ke arah mengarang sih, biarlah agar Fajar tidak langsung narsis.
"Hahaha, sejauh ini sih belom ada yang bisa nolak ajakan gue."
Tuh, kan! Pedenya mode on.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Love
Teen FictionLahir di saat kaki langit sedang disinggahi senja ke tempat yang bernama planet bumi ini, membuatku amat menyukai senja di sepanjang hidup. Senja itu hangat dan menentramkan, aku ingin hidupku sesederhana saat aku menyaksikan senja yang datang lalu...