• BAB 14 : DIA KEMBALI •

40 14 12
                                    

Aku punya rasa kangen beribu kali lipat dari rasa kangen kamu ke aku.
—SJ

***

Waktu berjalan di setiap detik, bulan dan bintang bersamaan bersinar di sela-sela malam mengintip, matahari di setiap pagi malu-malu siap untuk terbit. Tak dipungkiri waktu cepat sekali berotasi, tapi hati resah tetap tak bisa teratasi.

Aku insomnia. Memikirkan banyak hal, apa saja yang meresahkan satu persatu mulai menggelayut di kepala. Membuatku terjaga lebih lama dari biasanya. Bahkan alunan musik klasik yang sengaja ku putar, sama sekali tak berguna untuk mengusir mata yang masih segar di waktu yang tidak wajar. Oh ayolah, ini sudah dini hari, untuk apa mataku masih sesegar ini. Biasanya musik dengan alunan yang menenangkan ini, sangat ampuh untuk membuatku mengantuk. Tapi kali ini? Nothing.

Lusa aku akan tiba di Jakarta. 48 jam lagi, dan aku merasa waktu terlalu lamban dalam berputar. Can't wait to see you again, Aya.

I'm still miss you.

Tadi sore ponselku bergetar, menampilkan pesan dari seseorang. Pesan itu sekarang membuat perasaanku gamang. Kenapa ... harus sekarang?

Sepertinya karena pesannya, mataku jadi enggan terpejam. Ahhh menyebalkan sekali, dasar pengacau!

***

24 Jam.

Sudah terlewat 24 jam. Dan sisa waktu yang ada tinggal 24 jam lagi. Aku dengan mata panda akhirnya turun ke bawah untuk sarapan.

"Pagi, Sayang," sapa Mamah kepadaku, kali ini dengan menyiapkan nasi goreng andalannya di atas meja. "Kok mata kamu panda banget? Semalem gak tidur, ya?" tanya Mamah tepat pada sasaran.

Baru juga aku ingin menjawab, tapi  tiba-tiba Abangku langsung menyela angkat suara dan menjawab, "Halah, palingan begadang tuh Mah streaming  Oppa-oppa Koreanya."

"Sok tau banget sih, lo."

"Biasanya juga gitu. Gak mungkin kan lo telponan, orang pacar aja gak punya."

Ini nih yang begini, tanpa berkaca dia meledekku tentang hal pacar, sorry  ya, dia juga gak punya padahal. Lagian, aku itu gak punya pacar karena keinginan sendiri, padahal mah yang mengantre banyak. Hahaha mantap jiwa, aku meniru slogan Abangku.

Ngomong-ngomong iya juga sih, biasanya aku memang begadang untuk men-streaming drama Korea, atau apapun itu untuk asupan jiwa bucin. Tapi ... khusus yang tadi malam kan berbeda kasus.

"Udah ah, baru ketemu berapa menit udah adu mulut aja kalian,  pusing tujuh keliling Mamah tuh dengernya." Mamah berhiperbola sambil memegang kepalanya, memeragakan orang yang sedang sakit kepala. Gak tau aja dia, kalau aku lebih sakit kepala karena belum siap untuk bertemu orang itu lagi dalam hitungan jam.

Ya Gusti, tolong cecan dong untuk kali ini.

***

Setelah sarapan—yang tidak lupa dilengkapi adu mulut dengan Abang—selesai, akhirnya aku bersiap-siap untuk pergi keluar tanpa tujuan, tidak tau ingin kemana. Intinya ingin pergi sendiri mencari udara segar, berharap stres bisa berkurang atau bahkan hilang.

Tiba-tiba saja kaki ini—alih-alih melalui perantara Abang ojol—menuntunku untuk datang ke toko buku kesukaanku. Selain besar dan koleksinya lengkap, toko buku ini memiliki tema yang unik. Sangat aesthetic. Surga dunia, aku datang!

Hurt LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang