• BAB 16 : ROTI DAN SUSU •

40 7 38
                                    

Karena gue seneng mikirin lo, gue siap mikirin lo.
–Fajar Surya–

***

Bel istirahat berbunyi. Ratusan pelajar saling berlomba untuk lebih dulu tiba di kantin. Dorong sana, geser sini bukan lagi hal yang baru. Berdesak-desakan untuk mendapatkan antrean paling depan adalah situasi lumrah, karena perut sudah mulai sulit untuk diajak berkompromi.

Jika ratusan murid saling berlomba berada di barisan paling depan untuk lebih dulu tiba di kantin dan menikmati semangkok soto, sebungkus siomay, sepiring nasi, dan banyak makanan lainnya dari kantin sekolah, tetapi berbeda dengan Fajar Surya yang malah melenceng menjauhi area kantin.

"Cah, ada siapa tuh," Rona menyenggol lenganku saat aku sedang merapikan alat tulis ke dalam tas. Gak tau kenapa, itu adalah kegiatanku yang sudah biasa ku lakukan sejak dulu, karena kalau tidak langsung dimasukkan ke dalam tas, maka dalam sekejap mata alat tulisku akan hilang dari penglihatan. Selalu begitu, walaupun bukan sulap dan bukan sihir.

Melihat mata Rona yang mengerling menatapku, alih-alih bertanya ada apa, aku langsung mengalihkan pandangan ke pintu kelas. Ternyata ada Fajar Surya yang sedang tersenyum dan menatap ke arahku.

Aku langsung menghampiri dirinya ke depan pintu, tak sadar beberapa dari teman sekelasku masih berada di dalam kelas dan duduk di bangkunya masing-masing tanpa ada niatan untuk pergi ke kantin. Mereka curi-curi pandang ke arahku dan Fajar. Mulai menebak-nebak apa yang terjadi. Mungkin sebentar lagi aku akan menjadi bahan gosip untuk mereka. Biarlah, hitung-hitung menambah pahala.

"Ada apa Jar?"

"Kangen aja."

"Kangen gak cukup kali buat ngilangin laper."

"Nah, tuh tau. Kalo gitu, yuk ke kantin."

"Lancar banget ya kaya jalan tol," Aku menyindir ucapannya yang gamblang itu.

"Gak mau macet-macet ah kalo bisa lancar mah," tuturnya lagi sembari menarik pergelangan tanganku. "Ayo ah jangan kebanyakan mikir, itu kantin keburu pindah planet."

Belum sempat berpamitan dengan Rona yang masih setia di tempatnya, diriku sudah keburu diseret oleh Fajar lucknut ini. Hmmm, mana sempat. Keburu telat.

***

Kantin penuh.

Sebenarnya bukan hal yang mengejutkan lagi, meskipun waktu istirahat hanya tersisa 10 menit lagi. Orang-orang masih ramai memesan sana-sini. Ada yang benar menjadi pembeli, ada juga yang melakukan sampingan sebagai jasa titip jajanan dengan iming-iming 'lo gue beliin deh'.

Aku menghentikan langkah kakiku. Fajar otomatis berhenti berjalan. Lewat tatapan matanya dia seolah bingung mengapa aku tanggung sekali berjalan, padahal kantin tinggal beberapa langkah lagi sudah di depan mata.

"Jar lo aja deh yang makan, gue enggak," Aku menyampaikan kalimat penolakanku. Melihat kantin yang ramai, nafsu makanku jadi tidak muncul lagi.

"Yah kok gitu sih? Padahal gue mau traktir lo nih."

Raut mukanya menandakan kecewa, sebenarnya aku gak tega sih. Pasti dia penuh perjuangan banget buat ngajak aku ke kantin. Mulai dari gak gabung bersama teman-temannya, telat menyantap makan siangnya, dan malah menerima tolakanku yang mendadak gak mood makan ini. Kenapa sih aku jadi cewek moodyan banget? Sebel deh.

"Gak tau, masa tiba-tiba gue gak kepengen makan. Tapi tenang aja, gue bakalan temenin lo makan kok."

"Ah, gue juga males makan, kalo lo gak makan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hurt LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang