• BAB 7 : SENIN BURUK ATAU BAIK? •

66 31 31
                                    

Cowok tuh keliatan lebih manly 100% kalo dia lebih prioritasin orang lain daripada diri dia sendiri.
-El.

***

Senin.

Hari dimana memuakkan bagiku dan juga teman-teman sekelasku. Selain karena berakhirnya hari weekend, kami membencinya juga karena harus berbaris selama beberapa jam untuk mengikuti upacara di lapangan, lalu di lanjutkan dengan belajar mata pelajaran yang membuat otak kami seakan ingin meledak di dalam kepala.

Fisika, Matematika Peminatan lalu di akhiri dengan Matematika Wajib.

SIAPA YANG KUAT?!

Ini yang membuat jadwal pelajaran siapa, sih? Tega sekali astaga.

Mataku sekarang berair, padahal pelajaran Fisika baru berlangsung 1 jam, yang artinya masih tersisa 2 jam lagi. Ya ampun ... nasib amat sih. Ku tengok ke sebelah kiri dan mendapatkan pemandangan yang sama. Rona juga sama mengantuknya denganku. Memang kami adalah dua makhluk lemah dalam Fisika. Sebenarnya sih bukan hanya Fisika, tapi pelajaran jurusan IPA yang lainnya. Sampai kami bingung, bego Fisika, Kimia, Biologi, dan Matematika ... tapi memilih jurusan IPA. Maunya apa sih? Apa mau ngebunuh otak sendiri?

"Ron, ngantuk banget gue anjir," bisikku pada Rona yang sedang menguap lebar.

"Sama anjir," katanya sambil menampar kecil pipinya agar kesadarannya tidak hilang.

"Berapa jam lagi?" tanyaku kepadanya.

"Gak tau, gak penting," dengusnya sambil menyiram matanya dengan air minum. Rona memang makhluk aneh, jika hari biasanya air minumnya di gunakan untuk menghilangkan dahaga. Maka, berbeda dengan hari senin. Hari senin adalah hari dimana air minumnya beralih fungsi untuk menghilangkan rasa kantuk di matanya.

Dapet ide darimana sih tuh anak?

Tiba-tiba Bu Kinan—guru Fisika kami—yang sedang asik bermain ponsel, mendadak berdiri dari kursinya dan merapikan barang-barang yang dia bawa. "Anak-anak, Ibu dapat info untuk mengikuti rapat di ruang guru. Kalian Ibu tinggal dulu ya, jangan berisik! Kerjakan tugasnya."

"Yahh...." Seru teman-temanku kompak memasang ekspresi sedih. Padahal dalam hati bersorak riang. Sampai ingin joget yolo-yolo.

"Dasar kalian penuh drama," ucap Bu Kinan sambil mendelikkan matanya, "bilang aja seneng kalo Ibu tinggalin," kata Bu Kinan tepat sasaran. Kami memang sedang drama berpura-pura sedih, padahal bahagianya sampai tak terdefinisi.

Dasar guru menyebalkan yang cerdas, bisa aja dia tau keadaan yang sesungguhnya. Hahaha.

"HOREEEEE...." Teriak seisi kelas serempak sambil loncat-loncatan saat dia sudah keluar dari kelas. Tuh kan, benar pernyataan Bu Kinan barusan.

Mana ada sih murid yang tidak menyukai jam kosong? Apalagi saat itu adalah pelajaran yang paling tidak disukai. Wah, rasa senangnya seperti bertemu gebetan di saat masih sayang-sayangnya.

"Cah, kantin, yuk." Ajak rona dengan semangat sambil menyenggol lenganku. Hebat! Mata ngantuknya sudah tidak ada. Bukan sulap, bukan sihir padahal.

"Gak, ah. Kan kita di suruh ngerjain tugas. Lagian belom istirahat," ujarku menolak ajakannya. Sambil berusaha memecahkan tugas-tugas di hadapanku saat ini.

"Nih ya, gue tanya sekarang sama lo ... Emangnya lo ngerti?" tanyanya kepadaku. Pertanyaan yang lebih tepatnya seperti jebakan. Mana mungkin aku mengerti, memahami cara berpikirnya dia saja aku tidak mampu, apalagi memahami fisika. Heh, kok aku jadi bawa-bawa perasaan.

Hurt LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang