Ada 2 kemungkinan saat seseorang kembali, entah untuk menetap ataupun singgah sebentar, kemudian pergi lagi.
-Cahaya Senja-***
Note : Sebelum kalian baca part ini, aku minta tolong sama kalian untuk baca part sebelumnya (Bab 14). Karena aku udah lama banget gak update, pasti kalian udah agak lupa sama isi ceritanya. Jadi baca ulang dulu ya, biar nyambung dan enak dibaca. Thank you and happy Reading! ❤️
Akhirnya Samudraku kembali.
Entah untuk menetap atau pergi lagi.
"Aya, selama aku gak tinggal di Indonesia... di sini gak ada yang berubah, ya?" tanya cowok tinggi di sebelahku yang sedang menggulung lengan jaket denimnya sambil berjalan bersisian di sampingku.
Aya.
Aya adalah nama panggilanku darinya. Dulu pas ku tanya mengapa 3 huruf itu yang dia gunakan, dia menjawab dengan mudah, 'Biar beda dari yang lain dan biar kamu tahu terus kalau itu panggilan dari aku'. Oke, gak masalah. Selagi bukan kata 'sayang' yang dia gunakan untuk memanggilku. Hehe, dulu aku menanggapinya dengan kalimat itu. Karena kalau baper kan bahaya pemirsa.
Aku memerhatikan sekeliling dengan saksama, meneliti perubahan apa saja yang signifikan di daerah sini. "Gak ah, banyak tuh yang berubah. Sekarang gedung-gedung pencakar langit makin menjamur, dan rumah-rumah kosong di perumahan udah 80% dihuni semua. Udah rame, dulu mah sepi." ucapku menjelaskan secara detil mengenai perkembangan pesat yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Terutama yang tertangkap secara langsung di indra penglihatanku.
Terlihat senyum yang terpampang di wajahnya, entah apa yang salah dari perkataanku barusan, sampai-sampai respons darinya sekarang adalah senyum... yang amat menentramkan? Entahlah.
"Yang gak berubah tuh kamu. Selalu aja jadi orang yang serius." Aku jadi tambah bingung, apa salahnya menjawab pertanyaan dengan serius? Kemudian dia berdehem, memecahkan fokus pada pikiranku sendiri. "Padahal tadinya aku mau gombal lho."
Ini lagi orang ada-ada aja, mau gombal aja segala bilang-bilang.
"Maaf, gak menerima gombalan recehmu itu."
"Oh, paham deh. Sekarang mau nya diseriusin, ya?"
Blush.
Kalimatnya sedikit. Tapi pas di hati.
Sial. Kenapa kata-katanya berhasil membuat pipiku panas, sih? Aku yakin seratus persen, pasti pipiku sudah berubah warna seperti tomat merah. Tolong anakmu ini, Mak. Aku udah pura-pura kuat, tapi tetep aja ambyar.
"Hahaha, lucu banget sih wajahmu kalo lagi malu gitu." Lagi dan lagi dia tersenyum karena tingkahku. "Jadi makin sayang."
Ahhh... sudahlah.
Dirinya masih sama seperti dulu. Khas dengan lesung pipinya yang demi apapun sangat manis, matanya yang menyipit kecil saat tertawa kecil, dan deretan giginya yang putih bersih selalu terpampang saat dia berhasil menggodaku. Yang berbeda hanyalah garis wajahnya yang semakin tegas-tampak dewasa-semakin menunjukkan pahatan wajahnya yang ... OH MAN, HE IS TOTALLY PERFECT!
Haduh tolong, calon jodoh siapa sih ini? Sisain satu kek buat aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Love
Teen FictionLahir di saat kaki langit sedang disinggahi senja ke tempat yang bernama planet bumi ini, membuatku amat menyukai senja di sepanjang hidup. Senja itu hangat dan menentramkan, aku ingin hidupku sesederhana saat aku menyaksikan senja yang datang lalu...