Lembar 3

2.5K 382 14
                                    


"Sampe kapan kamu mau kayak gini, Chan?" Seungmin mendaratkan tubuhnya tepat di samping temannya. Ia membawakan berkas-berkas pekerjaan yang diperintahkan oleh Chan. Seungmin merupakan sekretaris pribadi Chan, teman lamanya yang saat itu sedang kesulitan mencari pekerjaan. Mereka terlalu dekat, hingga Chan memperbolehkan pemuda itu memanggil namanya begitu saja, lalu rumor mengenai Chan yang mempunyai perusahaan itu memang benar adanya.

"Aku terlalu takut jika membuka luka lama Hyunjin." Chan menghela napas lelah. Ia mengabaikan semua berkas yang Seungmin bawa. Niatannya untuk mengerjakan proposal pengajuan sebagai pembangunan panti asuhan di bawah naungan perusahaannya rasanya merupakan beban terberat. Itu karena Chan lebih memilih untuk memikirkan Hyunjin daripada pekerjaannya.

"Terus kamu rela kalau Hyunjin lebih cinta sama pacarnya daripada kamu?" Chan terkekeh ketika mendengar pertanyaan Seungmin.

"Aku bukan siapa-siapanya lagi, astaga. Aku hanya masa lalunya, kamu juga tahu kan kalau obsesiku ke Hyunjin nggak pernah ilang, sama sekali. Aku bakal lebih mencintainya, akan ada waktunya untuk memilikinya. Perlahan, aku akan memulihkan ingatannya." Seungmin mengedikkan bahunya acuh.

"Terserah deh, terserah. Aku nggak bakal ikut campur lagi." Seungmin menggeleng pelan menanggapi ucapan Chan, mungkin karena dirinya juga sudah sangat jengah untuk memberikan saran yang selalu diabaikan oleh Chan. Seungmin kembali menata berkas yang diminta oleh atasannya. "Oh, sudah jam dua belas Chan, kamu nggak ngasih Hyunjin makanan?"

"Tentu! Aku bakal anter makanan buat dia. Gimana? Aku udah kayak kurir rahasianya yang suka ngasih makanan mewah kan?" setelah itu mereka tertawa bersama.

"Tapi ingat Chan, jangan sampe melewati batas." Chan mengangguk, ia mengangkat dua jempolnya. Lalu, berdiri dari tempat duduknya dan menyambar jaket miliknya.

<Crazy In Love>

"Hyunjin, aku membawakan makanan kesukaanmu. Ayam bakar lada hitam."

Hyunjin meremat sticky note yang berada di genggamannya. Tidak ada yang tahu makanan kesukaan Hyunjin selain Minho dan kedua orang tuanya. Siapa sosok yang mengiriminya makanan ini?
Apakah pria itu benar-benar menguntit kamar Hyunjin hingga ia tahu makanan kesukaannya?

Hyunjin mendorong kasar pintu apartemen miliknya. Meletakkan bingkisan berisi ayam bakar lada hitam dari seseorang yang misterius diatas meja. Hari itu, Hyunjin baru saja akan memasakkan sesuatu untuk kekasihnya, Minho. Dia pulang dari supermarket, membeli beberapa bahan makanan yang diperlukan.

Desahan napas frustasi mendominasi ruangan miliknya. Tangannya sibuk menekan kontak dengan nama 'Ma hubbi 💕' disana. Berharap jika kekasihnya itu segera mengangkat panggilannya. Tapi sepertinya Minho sangat sibuk, hingga ia tidak bisa mengangkat panggilan Hyunjin.

Hyunjin melempar ponselnya asal, ia memijat pelipisnya. Akhir-akhir ini Hyunjin sering pusing. Ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. Masih samar, ia bahkan tidak dapat mengingat dengan jelas memori seperti apa yang berusaha melesak kembali dalam pikirannya.

Tak lama, bel apartemen berbunyi. Hyunjin yang awalnya malas, membuka tanpa melihat dari intercom siapa yang datang mengunjunginya.

Saat Hyunjin membuka pintu, ia terkejut dengan pria di depannya. Chan dengan kemeja biru juga lengan yang digulung hingga siku membuat Hyunjin sedikit terperanjat melihat penampilannya.

"C-chan? K-kamu ngapain kesini?" Hyunjin merutuki mulut biadabnya yang tergagap seperti orang bodoh jika di hadapan Chan.

"Aku cuma mau mastiin kalau kamu baik-baik aja." Hyunjin melongo, otaknya memproses lama ucapan Chan, yang membuat Chan tertawa samar. "Hyunjin."

"Y-ya?" suara rendah milik Chan kembali menarik pikiran Hyunjin.

"Aku nggak suka kalau kamu berhubungan sama Minho." apa-apaan pria itu? Ia bahkan tidak mengatakan basa-basi dan langsung melontarkan pernyataan menyebalkan seperti itu. Hyunjin murka, tentu saja. Apa hak dia untuk melarang Hyunjin mempunyai hubungan dengan kekasihnya?
Hyunjin telah mengenal lama kekasihnya.

"Aku lebih nggak suka kalau kamu naruh perhatian ke aku, dan mulai nuduh kak Minho! Kamu nggak tahu apa-apa Chan!" bukannya marah, Chan justru terkekeh gemas.

"Gapapa kalau kamu belum percaya ke aku. Bahkan, aku siap kapan pun buat dijadiin pelarian kalau kamu udah nggak kuat sama kekasihmu." Chan menjeda kalimatnya. Langkahnya mendekati Hyunjin yang masih mematung di tempatnya. "Aku pergi, jaga dirimu baik-baik sweety." Chan bahkan dengan kurang ajarnya mengecup lama dahi Hyunjin. "Hubungi aku jika ada sesuatu yang mencurigakan." Chan menyerahkan secarik kertas berisi nomor pribadi miliknya pada telapak tangan Hyunjin. "Kunci apartemenmu, sweety. Akhir-akhir ini banyak terjadi pencurian." setelah itu Chan benar-benar pergi dari hadapan Hyunjin.

Sungguh, Hyunjin masih mematung. Ia terlalu bodoh untuk tidak menampar pria brengsek yang dengan kurang ajarnya mengecup keningnya.

Lancang sekali.

"Argh! Sialan! Bang brengsek sialan!" Hyunjin menendang pintu dengan brutal. Menumpahkan kekesalannya yang terlambat datang setelah Chan mengecup keningnya.

-RION-

[3] Crazy In love {ChanJin} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang