Lembar 4

2.2K 355 41
                                    

"Jisung, kenapa ya akhir-akhir ini kak Minho jarang banget dateng ke apartku?" Jisung, tersedak makanannya saat ia mendengar lontaran pertanyaan dari Hyunjin, temannya. Dua pemuda itu sedang duduk berada di bangku tengah kantin. Ditemani dengan semangkuk bakso dan lemon tea. Hyunjin menghembuskan napasnya pasrah, ia sama sekali tidak bernafsu dengan makanan di depannya. Padahal, jika ditelisik lebih dalam, pria cantik dengan bibir indahnya itu selalu melahap berbagai makanan yang disajikan untuk dirinya.

"Mungkin, kak Minho baru ada tugas." Jisung lebih terlihat gugup saat ia menjawab pertanyaan Hyunjin, pasalnya, pria itu justru tergesa menyeruput lemon teanya.

"Jisung kenapa? Kok buru-buru? Ada tugas yang belum dikerjain ya?" Hyunjin menyelidik. Sekali lagi Jisung mengangguk dengan tergesa. Lantas, ia berdiri dari sana.

"Ada satu hal yang masih harus aku urus, Hyunjin. Kamu nggak apa kan aku tinggal sendirian?" Hyunjin menganggukkan kepalanya. Membiarkan Jisung pergi dari sana.

Hyunjin menggerutu kecil, mata kuliahnya telah usai pada pukul dua siang, ia ingin pulang saja jika tidak ada kegiatan di kampusnya. Lagipula, rapat anggota BEM juga tidak terlalu penting untuknya. Hyunjin akan menyumbangkan jasanya ketika ada event-event yang membuatnya semakin dikenal. Selain itu, Hyunjin tidak akan pernah meluangkan waktunya untuk menampakkan wujudnya pada anggota BEM yang lain. Tidak berguna, katanya. Toh mereka pun tetap mengenali Hyunjin.

"Cantik?" Hyunjin menghentikan langkahnya. Suara yang kerap menyambangi pendengarannya akhir-akhir ini kerap kali muncul untuk mengganggu atau sekedar menyapanya. Hyunjin memutar bola matanya malas, ia tak menghiraukan panggilan itu. Langkahnya tetap terayun ke depan. Mencari transportasi yang akan mengantarkannya ke apartemen. "butuh tumpangan?" kali itu Hyunjin menghentikan langkahnya. Senyumannya tersemat pada bibir indahnya. Ia berbalik, menatap sosok Chan yang tersenyum lembut kearahnya.

"Bolehkah?" Chan mengangguk antusias, ia berjalan mendekati Hyunjin yang berdiri di depannya.

"Tentu saja! Ada yang ingin kubicarakan denganmu, cantik. Ini penting. Hal mendesak." tangan Chan mulai menggenggam tangan Hyunjin, mengaitkan jemari mereka. Mengayunkannya sembari mendekati mobil milik Chan.

"Apa? Penting? Oke, aku akan mendengarkanmu kali ini." rasanya ia tidak peduli jika dulu Chan sering Hyunjin sumpahi. Ia mengesampingkan rasa gengsinya yang tinggi. Lagi pula, jika Hyunjin gengsi, ia tidak akan bisa mendapatkan tumpangan gratis. Lumayan untuk menghemat uang sakunya.

"Tapi aku akan membawamu ke kedai ice cream terlebih dahulu. Kamu laper kan? Mau makan ice cream?" Hyunjin masih mengangguk dengan semangat. Chan terkekeh geli saat mendapat respon menggemaskan dari Hyunjin.

Hyunjin-nya sama sekali tidak berubah. Masih sama seperti dulu, menggemaskan dan penurut.

Bang Chan melajukan mobilnya menuju kedai ice cream langganannya. Tak ada percakapan diantara mereka, hanya ada suara desingan kendaraan yang menemani perjalanan, canggung sekali rasanya, bahkan hanya sekedar untuk mengawali percakapan.

Hingga tak terasa Chan menghentikan mobilnya di salah satu kedai icy flavour favorit mereka. Iya, mereka, Chan dan Hyunjin.

"Chan, aku rasa kedai ini terlihat nggak asing, tapi kapan ya aku pernah kesini?" pertanyaan polos Hyunjin ditanggapi kekehan oleh Chan.

"Ayo keluar, manis. Kita udah sampai. Kamu akan ingat secara perlahan dengan tempat-tempat yang pernah kamu lupakan." Hyunjin mengernyitkan dahinya bingung, memangnya ia melupakan apa?
Mengapa Chan seakan tahu mengenai dirinya?

"Chan, apa yang kamu tahu tentangku?"

"Aku tahu segalanya tentangmu, manis. Kamu mau ice cream kan? Aku akan membelikannya untukmu." untuk kali ini Hyunjin menyerah, ia mengikuti ucapan Chan yang mulai turun dari mobil dan berjalan menuju salah satu meja kosong disana. Ramai sekali kedai itu, walaupun tergolong minimalis, tapi membuat mereka betah untuk menghabiskan waktunya disana.

"Banana split kan?" Hyunjin tersentak saat mendengar penuturan Chan, bagaimana ia bisa tahu kesukaan ice cream Hyunjin?
Tapi, akhirnya Hyunjin hanya mengangguk. Dan memilih tempat duduk di dekat jendela.

Chan kembali dengan satu banana split dan waffle cokelat di tangannya.

"Makasih, Chan, aku ngerepotin kamu." Hyunjin menerima banana split miliknya. Chan tersenyum simpul.

"Aku suka menjadi tempat untuk direpotkan olehmu." Hyunjin menggeleng.

"Ini beneran ngerepotin kamu, mengingat kalau aku sama kamu belum sedekat ini." Hyunjin menyuapkan banana split-nya.

"Aku mau kok deket sama kamu. Biar kamu bisa lebih sering lagi minta bantuan ke aku." Hyunjin merona. Malu sekali rasanya.

"Ih! Dikira aku badan amal yang suka minta bantuan apa?!" Chan tertawa saat melihat wajah kesal Hyunjin.

"Maaf deh, I am so sorry sweet heart," ujar Chan dengan memasang tampang melasnya. Hyunjin ingin sekali memukul telak kepalanya, tapi ia cukup tahu diri jika Hyunjin hanya menumpang, untuk saat ini.

"Aku mau ngomong serius nih ke kamu." wajah Hyunjin berubah pucat, ia menghentikan suapannya. Dan beralih kepada Chan yang mulai sibuk mengeluarkan lembaran kertas dari sakunya. "Kemarin, aku nggak sengaja lihat Minho sama cowok lain." rahang Hyunjin seakan terlepas. Dua lembar foto yang menampakkan Minho dan seorang pria yang tidak ia kenali berada dalam genggamannya. Ia merangkul mesra pria itu dari belakang, dan satu foto lagi mengecup pucuk kepalanya. Hyunjin tidak menyangka jika kekasihnya bermain dengan pria lain. Matanya bahkan sudah mengembun, sebentar lagi akan ada banjir tak diundang dari pelupuknya. Hasil dari rasa kekecewaan yang merasuk pada hatinya. Sangat menyakitkan. []

Aku tuh.. Aku tuh.. Nggak pede sama tulisan dan book ini :(
Jadi aku nggak berharap banyak.
Makasih..


Dapet salam dari anak pertama aku, kali aja lupa sama komuknya kan, :(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dapet salam dari anak pertama aku, kali aja lupa sama komuknya kan, :(

-RION-

[3] Crazy In love {ChanJin} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang