Lembar 16

1.6K 217 34
                                    

Hyunjin itu sangat indah,

Bukan apa, hanya saja Hyunjin lebih cantik dari benda-benda menakjubkan lainnya. Lengkungan senyumnya bak bulan sabit, bersinar diantara gelapnya malam. Parasnya menawan, elok saat ia merengut lucu dengan bibir penuhnya yang menggemaskan. Tak elak, jika kekasihnya Minho akan sulit meninggalkan Hyunjin.

Pun Minho, ia sangat mencintai Hyunjin, tapi di satu sisi, Han Jisung juga prioritasnya. Katakan jika Minho adalah laki-laki brengsek yang hanya mampu meniduri mereka. Tapi, satu yang tak pernah Minho abaikan, waktunya ia bagi dengan apik kepada keduanya. Sayangnya, Hyunjin yang terlalu lugu tidak tahu siapa sosok pria yang ia pertahankan selama ini.

"Kakak mau kemana? Ini kan masih jam tujuh." Hyunjin mengerjap pelan, selimut yang membungkus tubuh polosnya ia singkap. Berjalan mendekat kearah kekasihnya yang sudah wangi dengan pakain lengkap kasualnya. Hyunjin melingkarkan tangannya pada perut Minho, penciumannya menghirup dalam aroma tubuh Minho yang menjadi candu bagi Hyunjin.

"Kakak ada urusan sayang." Minho mengusak surai Hyunjin pelan, ia mencium bahu telanjang kekasihnya. Menggigit kecil, membuat tanda baru disana. Hyunjin melenguh tertahan. Ciuman Minho turun pada lengan mulus Hyunjin, mencicipi setiap inchinya, hingga berhenti pada telapak tangan kekasihnya. "Mau mandi, babe? Aku akan menunggumu selesai mandi." Hyunjin mengangguk lucu. Kedua tangan Minho iseng meremas kecil bokong sintal kekasihnya. "Kamu tahu? Badanmu masih bau spermaku." Hyunjin melotot, detik berikutnya ia masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan tubuhnya menggunakan sabun beraroma buah miliknya.

Ponsel Minho bergetar, ia memutar bola matanya malas saat melihat nama yang tertera disana.

"Iya! Aku bakal kesana! Habis Hyunjin mandi, aku bakal kesana! Bisa nggak sih kamu nggak usah manja kayak anak kecil gini?" Minho memijit pelipisnya. Jisung benar-benar membuat dirinya menahan pening yang menderanya, tingkahnya kekanak-kanakan jika sudah menyangkut dengan Minho.

"Tapi.. Aku kan kangen sama kamu." suara Jisung memudar dari ujung telepon.

"Iya! Kamu nggak denger ya kalo aku bakal— "

"Siapa kak?" Hyunjin muncul dari dalam kamar mandi. Rambutnya yang basah membuat Minho mematikan teleponnya. Tersenyum hangat kearah kekasih cantiknya.

"Bukan siapa-siapa, cantik." Hyunjin mengangguk paham, lantas berjalan mendekati kekasihnya. Mendudukkan tubuhnya di pangkuan Minho. Hyunjin dengan rambut basah, aroma tubuhnya yang memabukkan, juga bertelanjang dada membuat Minho  melingkarkan tangannya pada pinggang ramping kekasihnya. Mengusap hangat punggung Hyunjin.

"Jangan tinggalin aku, kak." Hyunjin takut kehilangan kekasihnya, sungguh ia tak tahu harus hidup seperti apa jika Minho tidak berada di sampingnya. Hyunjin memejamkan matanya, menyambar bibir tipis kekasihnya. Melumatnya dalam ciuman dalam, Minho diam, membiarkan Hyunjin taking control  melesakkan lidahnya pada rongga hangat kekasihnya, melilit lidahnya disana.

"Nggak akan, kakak nggak akan ninggalin kamu, cantik." Hyunjin tersenyum tipis, ia ingin mencium kekasihnya lagi, tapi dering ponsel Minho yang meraung mengurungkan niatnya.

"Angkat aja, kak." Minho menggeleng, Hyunjin berdiri dari pangkuan kekasihnya. Berjalan kearah almarinya dan mengambil pakaian rumahan miliknya.

"Kakak berangkat, cantik." kedua tangan Minho menangkup pipi Hyunjin, lalu mengecup keningnya lama.

"Hati-hati, kak!" Hyunjin melambaikan tangan kearah pria-nya.

Itu alibi, tentu saja Hyunjin tidak bisa percaya dengan kekasihnya, lagi. Ia ingin tahu dengan siapa Minho bercinta. Maka, saat itu juga, Hyunjin mengikuti kekasihnya. Dengan taksi yang ia hentikan, Hyunjin menatap tajam kearah Minho. Mobilnya berhenti tepat di sebuah apartemen mewah di kompleks elite. Hyunjin tahu persis, saat seorang pria membukakan pintu untuk Minho.

[3] Crazy In love {ChanJin} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang