Saat Hyunjin bangun dari tidurnya. Kepalanya terasa berputar, sesekali ia terjatuh saat berdiri. Dadanya sesak mengetahui jika Chan adalah orang brengsek yang selama ini ia jauhi. Ia tidak pernah menyangka jika Chan akan mempermainkan dirinya seperti itu. Air matanya mengalir deras dari pelupuknya, padahal Hyunjin hampir saja terjatuh pada pesona Chan.
"Hyunjin!" suara Minho menggema, memencet bel apartemen miliknya dengan ribut.
"K-kak, s-sakit.." Hyunjin merintih, tubuhnya bertumpu pada meja makan yang tinggi. Ia terduduk di lantai dingin. Samar-samar Minho dapat mendengar ucapan Hyunjin, isakannya bahkan terdengar.
"Aku masuk!" Minho mendial password Hyunjin. Masuk dengan kasar, mengedarkan pandangannya mencari kekasihnya yang merintih kesakitan.
"Hyunjin!" Minho berteriak panik, ia berjalan mendekati Hyunjin. Menggendong tubuh rapuh itu kembali ke dalam kamarnya. Menidurkan dengan sangat hati-hati tubuh kekasihnya. "Kamu kenapa, ya Tuhan." Minho mengusap wajahnya kasar. Kekasihnya masih menangis, sesenggukan hingga dadanya terasa sangat sesak.
"K-kak.." Hyunjin berujar lirih. Matanya sembab, hidungnya memerah. Minho menghela napas, tangannya terulur mengusap sayang surai milik Hyunjin.
"Kenapa sayang?"
"Aku sakit." Hyunjin melingkarkan tangannya pada leher Minho, menginginkan kekasihnya untuk mendekat kearah dirinya yang sedang rapuh.
"Kakak disini, sayang." Minho mengecup sayang pangkal hidung Hyunjin. Ia memejamkan mata, saat ciumannya turun pada bibir Hyunjin.
"Kamu kenapa? Mau cerita sama kakak?" Hyunjin menimang, ia tidak merespon. Hanya saja, perutnya yang berteriak minta di isi justru menjawab pertanyaan Minho. Membuat kekasih tampannya itu terkekeh, ia mengusap sayang surai Hyunjin.
"Laper? mau makan apa, sayang?"
"Burger, cola, chicken sama ayam panggang, boleh?"
"Bayar di awal, dulu dong sayang." Minho menunjuk bibirnya sendiri. Menyuruh Hyunjin untuk menciumnya. Ia mengangguk, mengalungkan tangannya pada leher Minho, meraup bibirnya dengan rakus. Minho melesakkan lidahnya pada rongga hangat Hyunjin, mengabsen giginya. Menyesap saliva milik Hyunjin dengan gemas.
"Udah, kak! Aku laper." Hyunjin mengerucut lucu. Minho tersenyum, lalu ia memesan makanan yang Hyunjin inginkan. Menyebutkan semua pesanannya. Hyunjin melirik takut-takut kearah kekasihnya, mengamati bagian lehernya yang kembali terdapat beberapa ruam kemerahan. Hyunjin menjerit tertahan, ia ingin memaki. Tapi ia tidak bisa melakukannya sekarang.
"Kak?"
"Iya, cantik?"
"Boleh tanya?" Minho tersenyum lembut. Ia mengusap sayang surai kekasih cantiknya. Ah, demi Tuhan, ia sangat mencintai Hyunjin.
"Apa, sayang?"
"Eum," Hyunjin mengamati leher kekasihnya. Bekas cakaran pada lehernya juga tercetak jelas disana. Hyunjin tidak bodoh, ia jelas tahu bekas cakaran yang berada di lehernya. "Selain denganku, kakak bercinta dengan siapa?" Minho diam, ia menatap Hyunjin dalam.
"T-tidak ada, sayang." Minho mati-matian menutupi kegugupannya. Tapi, Hyunjin terlalu pandai untuk menangkap keanehan yang Minho sembunyikan. Tangan Hyunjin terulur, ia mengusap sayang punggung tangan kekasihnya.
"Aku nggak marah kak, sumpah. Kalau kakak jujur aku nggak bakal marah ke kakak." Hyunjin tersenyum miris, ia memang tidak akan marah, ia terlalu cinta dengan kekasihnya.
Minho menghela napas, ia menunduk dalam. Menunjukkan rasa penyesalan yang amat dalam di balik manik indahnya. "Aku kelepasan, Hyunjin. Dengan wanita lain di club malam." kebohongan Minho tercipta, ia tidak mungkin mengatakan jika dirinya bercinta dengan Jisung. Minho tahu persis, Hyunjin dekat dengan Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Crazy In love {ChanJin}
Fanfiction"Let me be every part in your life. Cause the best gift for me is you." 🚨 WARNING: ✔️ Will be contain RATE M ✔️ Don't judge if don't like, just leave this book ✔ Crack Pair of ChanJin