"Aku sukaa sekali sama pohon, karena dia seperti om. Kuat dan tidak rapuh."
"Aku tidak suka."
"Hmm, kenapa?"
"Dia kesepian dan lelah karena selalu ditinggal sendiri. Diluarnya saja terlihat kuat dan tidak rapuh. Tetapi aslinya tidak. Buktinya seberapa kuat pohon itu, jika sering tersapu oleh angin, air atau apapun itu. Mereka akan tumbang dengan sendirinya."
"Ahh begitu."
"Aku lebih suka tanah. Karena tanah selalu siap menerima pohon saat tumbang. Dalam keadaan apapun."
"Ish tapi tanah menyedihkan juga ya om. Sudah menopang pohon untuk tetap berdiri tapi dia tetap menerima pohon saat pohon itu terjatuh."
"Hmm. Seperti kita. Aku menyukai tanah, dan kamu menyukai pohon. Aku pohon yang tidak tau diri itu, dan kamu tanah yang selalu kusukai."
...
"OM MINHYUNNNN!"
Minhyun terjengat kaget dan langsung membuka matanya yang sedang terpejam menikmati hembusan angin.
Yeah, saat ini merea berdua sedang berada di sebuah taman kecil. Sehabis berkunjung di makam ayah Zana tadi, Zana mengajak Minhyun berjalan-jalan dan entah kenapa mereka bisa jalan sejauh ini.
Minhyun menatap Zana yang memasang wajah panik dengan memegang sebuah permen kapas ditangannya. Kening Minhyun mengerut.
"Hmm?"
"Ituhh tadi Zana itu nganu-"
"Ada apa?" Minhyun reflek berdiri saat melihat wajah Zana yang seperti ingin menangis.
Jujur, Minhyun takut jika terjadi apa-apa karena sedari tadi Zana berkeliaran kemana-mana tanpa sepengetahuan Minhyun.
"Itu ishhh aduh huhu ituuu."
"IYA KENAPA." Minhyun mendekat kearah Zana dan sedikit menaikkan suaranya membuat Zana agak terkejut.
"Itu ada kucing nyangkut di pagar. Zana mau nolongin tapi Zana kan takut kucing. Om Minhyun bantuin kucingnya tolong. Zana gak berani tapi Zana kasian."
Minhyun menghela napas. Dia kira apa yang membuat gadis ini menangis hingga seperti ini.
"Hmm ayoo." Minhyun menarik pelan tangan Zana membuat tubuh Zana menegang seketika.
---
"Om Minhyun beliin Zana boneka pinguin yaa. Zana tadi lihat boneka pinguin lucuu banget. Zana kepingin."
Zana dan Minhyun masih duduk di taman. Sesuai rengekan Zana, Minhyun mengalah dan mengikuti keinginan gadis itu.
"Hmmm."
"Beneran?"
"Hmm."
"Beliin 20 boleh?"
Minhyun menoleh dan memandang Zana dengan tatapan tajam.
"Gaboleh ya?"
Zana mengerucutkan bibirnya.
"Padahal Zana mau kasihin ke temen-temen Zana. Mau pamer soalnya dibeliin boneka pinguin sama om Minhyun."
Minhyun menggelengkan kepalanya. Tidak mengerti apa yang ada dikepala gadis itu.
"Kalau Zana minta buatin kolam lele di belakang rumah boleh gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Perfect Husband ❌ HMH
Fanfiction[Private] Gimana rasanya kalau dijodohin sama om-om yang katanya perfect padahal perfuck?