4. Stigma

3.5K 270 6
                                    

"Deeper, deeper, the wound just gets deeper. Like pieces of broken glass that I can’t reverse."

***

[Taehyung]

Cepat sekali ya, sekarang sudah hari Jumat saja. Tadinya hubungan antara Yoongi-hyung dan Jin-hyung tidak membaik. Sekarang ditambah Jimin. Dan sekarang Jimin juga tambah menjadi lebih diam. Aku tidak mau ikut campur urusan ini, mungkin nanti mereka akan baikkan lagi.

Dan hari ini juga aku masuk sekolah. Sungguh aku sangat malas sekali sekolah. Eh, siapa dia? Cantik sekali dia. Aku langsung bangkit dari kursi ini kemudian menghampirinya. "Hey cantik. Siapa namamu?" Tanyaku canggung.

Dia hanya diam kemudian duduk di tempatnya. Sepertinya anak baru. Tingkah dia ini sombong sekali ya. Ingin sekali dia bermain denganku. "Hey siapa namamu? Apa kau ini tuli?"

BUGH

Wow. Aku dipukul. Dipukul olehnya. Berani sekali dia ini ya. Padahal aku ini hanya mau kenalan dengannya. "Aku hanya ingin berkenalan denganmu. Kau ini cukup berani nde." Aku memajukan wajahku mendekati wajahnya kemudian,

CUPHH

"Hah! Taehyung! Astaga apa yang kau lakukan!?"

"Taehyung!"

"D-Dia!?"

"Taehyung! Omo !"

Aku pun mengangkat wajahku. Astaga, apa yang aku lakukan? Semua orang menatap ke arahku sekarang. "APA YANG KAU LAKUKAN!? KAU BRENGSEK! APA YANG KAU LAKUKAN KEPADAKU!!?" Aku pun terdiam. Aku melakukan sesuatu yang tak pernah kulakukan sebelumnya.

"KAU MENJIJIKAN! KAU MENCIUMKU! K-KAU- EUNG!" Aku menciumnya. Aku reflek melakukan itu. Tapi, apa yang aku pikirkan saat ini. Rasanya seperti ada yang mengendalikan semua ini. Kurasa aku ingin berbuat sesuatu.


HOME

Sore sudah menjemput Seoul. Tujuanku adalah suatu tempat. Tentu bukan rumah. Entah mengapa aku ingin sekali melakukan semua ini. Aku pun mencari seseorang yang sangat ingin ku temui sekarang.

Ketemu! Aku perlahan jalan di belakang nya mengikuti arah ia pergi. Perlahan saja sampai kami menemukan tempat yang pas.

[A/N: Oke, Taehyung gila. Warning everyone!]

Sepertinya sudah ketemu. Aku langsung menarik lengannya dan mendorongnya hingga menabrak dinding. "Hey. Aku hanya ingin tau namamu. Mengapa kau tak memberi tauku, heum?" Kulihat wajah orang ini terkejut dan takut.

"Apa yang kau lakukan!? Biarkan aku pulang! Jangan melakukan apapun padaku!"

"Aku hanya ingin kita kenalan." Perlahan aku memegang tangannya dan menempelkan di dinding. Sungguh disini hanyalah tempat sepi. Tempat tanpa siapapun. Hanya ada aku dan dia. " Aku memajukan wajahku hingga saling berdekat sekitar 2 cm. Tadi sangat- Apa yang kulakukan?

Ia menangis. Apa yang aku lakukan? Mengapa aku bersikap seperti ini? Apa yang sebenarnya aku pikirkan? Aku melepaskannya. Ia terjatuh dan menangis. Ia menangis dan memeluk lututnya seperti orang yang habis-

"M-Mianhae.. Aku tak bermaksud- M-Maafkan aku- A-"

"Aku benci padamu! Akan aku laporkan kau ke appa-ku! Lihat saja nanti! Hiks.. Kau hampir menodaiku! Hiks.. Hiks.."

Ia langsung lari meninggalkanku sendirian disini. Aku pun tak tau apa yang aku pikirkan sekarang. Rasanya duniaku sudah berubah.

Taehyung, kamu tidak boleh melakukan hal tercela. Itu akan menimbulkan noda dalam dirimu.

"E-Eomma.. Apa yang aku lakukan?"

HOME


[Jimin]

"Astaga, Taehyung mana? Jungkook tunggu sebentar ya. Kita cari Taehyung terlebih dahulu." Aku pun menggenggam tangan Juggie dan masuk ke sekolah lagi untuk pergi mencari Taehyung. Tujuan pertamaku adalah ke kelasnya.

"Jimin? Ada apa?"

"Kau piket hari ini?"

"Iya."

"Taehyung kemana? Apakah ia sudah keluar?"

"Ia sudah pulang daritadi."

Aku pun terkejut sekaligus bingung. Bagaiman Taehyung bisa langsung pulang tanpa menunggu kami. Percuma saja kami menunggu kalau ia sudah pulang duluan. Juggie sudah sangat lapar. "Juggie kita pulang saja. Tae sudah pulang."

"Kookie tak kuat hyung. Kookie sudah sangat lapar." Aku pun bingung. Aku sudah tak punya makanan lagi. Oh iya! Aku membuka tas ranselku kemudian memberikan sesuatu kepadanya.

"Roti cokelat? Ini roti kesukaanmu, hyung."

"Buat Juggie saja. Hyung bisa beli lagi nanti."

"Gomawo, hyung !"

Kami berdua segera pulang kerumah. Hari sudah semakin sore lebih baik kami buru-buru saja.

.
.
.

Beberapa menit kemudian kami sampai di gerbang rumah. Entah mengapa kami mendengar suara dari dalam. Seperti suara bentakan. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana? Aku dan Juggie buru-buru membuka pintu gerbang dan segera masuk ke dalam.

CKLEK

"Hyung kami pu-"

"TAEHYUNG! APA HYUNG TIDAK CUKUP MENGAJARIMU!? APA HYUNG KURANG MENGAJARIMU!? APA EO-"

"JANGAN SEBUT-SEBUT NAMA EOMMA ! AKU BENCI EOMMA !"

Aku dan Juggie langsung terkejut. Tak mau Juggie melihat pertengkaran, aku langsung mwmbawanya ke kamar. Sehabis dari kamarnya aku langsung kembali lagi. "Tae kau tadi kemana!?"

"JANGAN IKUT CAMPUR JIMIN!"


HOME


[Author]

Jimin langsung terdiam. Suasana juga menjadi hening. Bentakkan Seokjin menbuat semua menjadi hening. "M-Mianhae." Lirih Jimin memecah keheningan. "Tadi Sunmi-noona kemari mencarimu. Aku bilang saja tidak ada yang namanya Jimin. Lain kali jangan ke kantor orang dan memberi tau identidikasi diri." Sepertinya sekarang keluarganya mulai di teror oleh Sunmi.

"Aku ke kamar!" Teriak Taehyung. Kelakukan Taehyung membuat Jimin mengejarnya. "Tae tunggu!"

"Jimin bisakah kau meninggalkanku dulu? Aku ingin sendiri sekarang!"

Langkah Jimin pun terhenti. Ia berpikir semua ini adalah kesalahannya. Keluarganya perlahan retak dan juga akan hancur oleh dirinya. Jimin harus melakukan sesuatu esok.

Stigma; Noda, Perbuatan tercela








HOME | BTS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang