Anyyeong readers! Seneng gak aku comeback nih hehehe. Maaf kalo aku baru muncul lagi sekarang karena kesibukan aku menuntut ilmu.
Karena sekarang lagi libur panjang, good news-nya adalah aku bakal aktif update lagi nih.
Oiya, aku juga udah revisi semua chapter sebelumnya (kesalahan nama, typografi, eyd) jadi bisa lebih enak dibaca (semoga). Aku juga coba ganti cover nih, tapi maaf kalo kurang maksimal karena aku bukan editor pro :((
Kalo kalian udah agak ilang feel-nya sama cerita ini, bisa di-rewind aja chapter sebelumnya ya hehe mainhae, saranghae. Well, let the story begins! (again) 😆
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.***
04.00 PM KST
Hari ini, tepat di pertengahan bulan Februari, musim dingin mencapai puncaknya. Tumpukan salju yang tebal menutupi jalan di sana-sini, menandakan betapa dinginnya suhu udara di luar. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi café milik Nayoung, karena kini banyak pelanggan yang berdatangan untuk menghangatkan diri. Meski merasa senang karena kini café-nya tersebut tidak pernah sepi pengunjung, ada satu hal yang mengganjal hatinya. Dan sesuatu yang mengganjal itu datang dari sikap Sejeong saat ini. Ya, bisa dikatakan bahwa Sejeong telah sembuh sepenuhnya dari lupa ingatan parsialnya, ia juga sudah dapat berinteraksi lagi dengan Nayoung ataupun mungkin Daniel seperti sedia kala. Akan tetapi, keadaannya tampak buruk ketika ia terus menatapi pintu masuk café seperti sekarang.
"Seje, kau sedang menantikan siapa sebenarnya? Apa Daniel bilang akan berkunjung kemari makanya kau tampak gelisah seperti itu?" tanya Nayoung yang membuat Sejeong menghentikan kegiatannya menatapi pintu masuk café.
"Aniyo. Aku tidak menantikan siapa-siapa, Daniel juga tidak mengatakan akan datang kemari. Aku hanya... sedang menatapi salju yang turun di luar sana," ucap Sejeong sambil menunjuk ke arah jendela café yang memang sedang memperlihatkan keadaan tersebut.
"Hm-hm, arasseo. Tapi jangan terlalu terhipnotis ya, bisa-bisa pelanggan kabur nanti karena tidak dilayani," olok Nayoung kepada Sejeong.
"Ne..." seru Sejeong sambil membungkuk dan melemparkan senyuman terbaiknya pada Nayoung. Hal tersebut pun sukses membuat Nayoung tertawa kecil.
Ketika Nayoung sudah berbalik, beralih meninggalkan Sejeong, sejujurnya ia masih tidak percaya dengan jawaban yang dilontarkan oleh sahabatnya itu padanya tadi.
"Aku tau kau sedang berbohong, Seje," lirih Nayoung setelah beberapa meter menjauh.
Sejeong memang tengah berbohong. Sejujurnya ia menantikan kehadiran seseorang, seseorang yang entah mengapa seolah hilang ditelan bumi beberapa waktu ini, dan orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah seorang Kim Doyoung. Sejak kejadian di Namsan Tower, pria itu tidak pernah muncul lagi di hadapannya. Bahkan saat mencoba menghubunginya saja, operator mengatakan bahwa nomornya tidak terdaftar. Apa sebenarnya yang terjadi padanya?
Hampir setiap saat di café setelah hari itu Sejeong menantikan kedatangan Doyoung, namun hal yang diharapkannya tidak kunjung terjadi. Hingga akhirnya, sebuah senyuman mengembang di wajah Sejeong kini. Tepat di luar sana, Doyoung tengah membelakangi café dan tampak akan segera masuk. Jauh sebelum hal itu terjadi, Sejeong segera menghambur keluar, masa bodoh dengan suhu yang sangat dingin dan tubuhnya yang tiada berbalut mantel hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeless : Doyoung X Sejeong FF (COMPLETED)
FanfictionBagi seorang Kim Doyoung, memiliki seseorang untuk dikasihi bukanlah hal yang penting. Entah mengapa hal itu menjadi penting sejak ia bertemu dengan Kim Sejeong, pelayan café yang tak sengaja pingsan di pelukannya. Terlalu nyaman dengan diri dan dun...