27 Februari 2013
Sudah hampir sebulan aku belajar di Sekolah Menengah Atas. Di sini rasanya tidak seburuk yang aku pikirkan. Meskipun sebenarnya aku masih bisa merasakan tatapan-tatapan itu, tatapan yang sama seperti orang-orang yang merendahkanku dahulu. Aku takut untuk memulai, aku masih ingin menutup diriku. Setidaknya aku merasa nyaman hanya dengan diriku sendiri, semuanya pasti akan baik-baik saja.
Daripada itu, sebenarnya aku sedang merasa senang hari ini. Ya, akhirnya uang yang sudah ku tabung sejak berada di tingkat akhir Sekolah Menengah Pertama kini cukup untuk membawa pulang novel itu, 'Sun & Moon'. Ralat, sebenarnya itu bukan novel, tapi kumpulan puisi yang dibukukan. Bisa dikatakan aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama sejak aku membacanya di sebuah toko buku kecil yang kebetulan letaknya tidak jauh dari sekolahku kini.
Oh ya, sebelum itu aku ingin membeli gyeranppang dulu. Cuaca yang dingin di tengah salju seperti ini rasanya tepat untuk mengisi kalori dengan sesuatu yang hangat. Entah mengapa aku merasa gyeranppang yang dijual di sekitar sini adalah yang terbaik. Manis, gurih, semuanya pas. Selain itu harganya juga cukup terjangkau. Pantas saja gerobak ini sealalu dikerubungi. Aku sampai menanyakan resep rahasia apa yang diberikan ahjussi penjual gyeranppang ini, tapi dia malah hanya tertawa menanggapinya.
Puas memanjakan perutku dengan gyeranppang, aku akhirnya malah harus kecewa seperti ini. Penjaga toko buku yang aku tuju itu mengatakan bahwa 'Sun & Moon' terakhir dicetak tahun kemarin dan ia tidak tahu kapan lagi buku itu akan dicetak. Hah... sia-sia sudah, mungkin aku memang tidak ditakdirkan untuk memilikinya atau uang yang sudah ku kumpulkan ini harus berakhir digunakan untuk hal yang lain. Aku tidak tahu.
***
Liburan tahun baru dan musim dingin sudah tiba. Kurang lebih sebulan Doyoung akan puas berlibur hingga semuanya berakhir di awal bulan Februari. Seperti yang sudah Doyoung katakan, ia ingin menghabiskan waktu berliburnya ini bersama Sejeong. Kedengarannya memang aneh untuk mereka yang sebenarnya tidak memiliki hubungan apapun. Lagipula keputusan Doyoung untuk menghabiskan liburannya dengan Sejeong bukan untuk bersenang-senang, tapi membantu gadis itu pulih dari lupa ingatannya. Doyoung pikir untuk mulai mengingatkan Sejeong pada hal-hal kecil terlebih dahulu. Jika ia sudah mengingat banyak meski hanya beberapa, seluruh ingatannya pasti akan kembali.
Salju tampak sudah menutupi bahu-bahu jalan. Sesekali ia juga turun namun tidak begitu intens, ini belum puncaknya. Semua itu cukup jelas bagi Sejeong yang kini tengah berada di dalam sebuah mobil bersama Doyoung yang menyetir. Mobil ini bukan milik Doyoung, ini milik Gong Myung. Karena kakaknya itu masih belum pulang dari Hokkaido, jadilah Doyoung dapat dengan bebas menggunakan mobilnya.
"Ah, itu SMA-ku!" ujar Sejeong sambil menunjuk sebuah bangunan di sebrang jalan yang kini tengah ia dan Doyoung lalui.
"Kau bersekolah di situ? Sudah pasti kau ini murid yang pintar," respons Doyoung setelah ikut memerhatikan bangunan tersebut sekilas.
"Entahlah, aku tidak begitu mengingatnya," ucap Sejeong yang kemudian berubah menjadi sendu.
Apa yang baru saja diucapkan oleh Doyoung membuat ia berpikir. Sejeong mengingat di mana ia belajar saat menginjak sekolah menengah atas, tapi ia tidak begitu mengingat apa saja yang sudah ia lewati di sana. Apapun itu, sebisa mungkin Doyoung membuat segalanya tampak natural di hadapan Sejeong. Ia tidak ingin semuanya berakhir seperti yang pernah dikatakan oleh Nayoung ketika Sejeong berusaha keras mengingat sesuatu.
Doyoung menghentikan mobil di pinggir jalan yang memang diperbolehkan untuk berhenti. Ia kemudian membukakan pintu mobil untuk Sejeong lalu menguncinya. Sejeong sempat bertanya-tanya kemana Doyoung akan membawanya. Doyoung sendiri tidak terlalu menjawab banyak dan tanpa ragu ia meraih tangan Sejeong, mengajaknya menyebrang menuju ke sebuah jalan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeless : Doyoung X Sejeong FF (COMPLETED)
FanficBagi seorang Kim Doyoung, memiliki seseorang untuk dikasihi bukanlah hal yang penting. Entah mengapa hal itu menjadi penting sejak ia bertemu dengan Kim Sejeong, pelayan café yang tak sengaja pingsan di pelukannya. Terlalu nyaman dengan diri dan dun...