Akhir-akhir ini hujan mulai sering turun, mungkin karena mendekati musim dingin. Seperti yang terjadi pada hari ini, hujan turun dengan intensitas sedang. Tentu saja kebanyakan orang lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di dalam rumah, namun tidak begitu yang terlihat pada Doyoung.
"Ah... sebenarnya di mana toko itu berada? Padahal menurut lokasinya aku sudah sampai, tapi di sini hanya ada pepohonan. Apa hyung salah mengirimkan alamat? Apa aku minta ia untuk mengirimkannya ulang ya? Sial, tidak ada sinyal lagi," gerutu Doyoung sambil mengangkat ponselnya dan memutar-mutar posisinya untuk mendapatkan sinyal.
Ya, hari ini Doyoung diminta oleh Gong Myung untuk membeli kue di sebuah toko yang berada di sudut kota Seoul untuk ibu mereka sebelum pulang ke Guri nanti sore. Sebenarnya acara pulang ke Guri ini tidak direncanakan. Hanya karena jadwal Gong Myung dalam tiga hari ke depan kosong dan jadwal kelas Doyoung yang entah mengapa kebetulan juga kosong pada hari ini, mereka akhirnya memutuskan untuk mengunjungi kediaman orang tuanya itu. Meski sebenarnya Doyoung dapat membeli kue tersebut di siang hari, tapi karena bosan berdiam diri terus di apartemen, ia memilih untuk pergi pagi-pagi seperti ini. Lagipula ia belum pernah pergi mengunjungi toko kue yang direkomendasikan oleh Gong Myung ini sehingga akan memakan waktu yang lebih lama untuk mencarinya, begitu pikir Doyoung.
Sambil memegangi payung hitam dan ponsel yang terus diangkatnya berputar-putar untuk mencari sinyal, kedua bola mata Doyoung tiba-tiba menangkap kehadiran seseorang yang tidak asing baginya. Tepat di sebrang Doyoung yang berjarak kurang lebih lima meter berdirilah seorang gadis dengan payung kuningnya.
"Bukankah itu Kim Sejeong?" gumam Doyoung pada dirinya sendiri.
Entah kebetulan apa yang mempertemukan mereka di sini. Baru saja Doyoung kemarin menanyakan soal Sejeong kepada pelayan lain di café tempat Sejeong bekerja, sekarang ia benar-benar bertemu dengannya. Pada awalnya Doyoung ingin menyapa, namun Sejeong yang tadinya berhenti sejenak tak lama kemudian melanjutkan langkahnya. Tidak jauh dari tempat Sejeong melangkah, sebuah sepeda motor melaju dengan kencangnya sambil membunyikan klakson. Sontak hal tersebut membuat Sejeong terkejut hingga kakinya terperosok ke dalam kubangan dan terjatuh.
"Kim Sejeong!" Doyoung kemudian dengan cepat berlari ke arah Sejeong yang kini tampak kesakitan karena kaki kanannya yang terkilir akibat jatuh.
"Biar ku bantu," ucap Doyoung yang tanpa basa-basi segera membantu Sejeong untuk berdiri. Untung saja hujan sudah mereda walaupun masih terasa rintik-rintik kecilnya berjatuhan. Setidaknya Doyoung menjadi tidak kesulitan untuk membantu Sejeong.
"Do-Doyoung-ssi, bagaimana kau bisa ada di sini?" setelah mengetahui siapa yang menolongnya, Sejeong sedikit tidak menyangka.
"Ah, aku tidak sengaja lewat. Aku tadinya ingin membeli kue di toko yang berada di sekitar sini, tapi entah mengapa aku belum juga menemukannya," tutur Doyoung kepada Sejeong.
"Begitu ya? Kalau toko kue di sekitar sini yang kau maksud hanya ada satu. Tinggal berjalan lurus ke sana kemudian belok ke kanan, kurang dari sepuluh meter tokonya akan terlihat, catnya berwarna putih," jelas Sejeong sambil menunjukkan jalan tersebut dengan jarinya.
"Ok, I got it," respons Doyoung mengerti.
"Kalau begitu pergilah, toko itu sudah buka kok sepertinya"
Saat Sejeong berusaha melepaskan rangkulannya pada Doyoung dan beralih untuk berjalan sendiri, ia hampir saja jatuh untuk yang kedua kalinya. Untung saja Doyoung berhasil meraih tubuhnya, Sejeong menjadi malu sendiri.
"Kau tau? Aku melakukannya dengan sengaja agar kau dapat mengukur kemampuanmu sendiri. Kaki kananmu itu tampaknya terkilir parah, kau tidak bisa melanjutkan perjalananmu sendiri. Ditambah lagi tidak ada kendaraan umum yang melintas di sini. Sebenarnya kau mau kemana? Biar aku mengantarmu terlebih dahulu," ucap Doyoung sambil memerhatikan wajah Sejeong yang sedikit memerah sekaligus menahan sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeless : Doyoung X Sejeong FF (COMPLETED)
Fiksi PenggemarBagi seorang Kim Doyoung, memiliki seseorang untuk dikasihi bukanlah hal yang penting. Entah mengapa hal itu menjadi penting sejak ia bertemu dengan Kim Sejeong, pelayan café yang tak sengaja pingsan di pelukannya. Terlalu nyaman dengan diri dan dun...