0.1 - Zero-point-one.

454 30 10
                                    

Bulan Maret, awal musim semi, hari pertama bagi seorang Mayleen Lee bersekolah di Sekolah Tinggi idamannya. Dengan penuh semangat, gadis manis dengan rambut pirang itu menghabiskan sarapannya. Setelah selesai dengan makanannya, ia segera mengambil sepatu kets hitam-putihnya, dengan semangat ia mengabarkan kepergiannya kepada ibunya "Mom, aku pergi!" teriaknya.

Matahari tidak bersinar terik, membuat Mayleen betah berlama-lama berada di jalan setapak menuju halte bus. "Leen!" Sebuah suara menyebut nama gadis itu, mau tidak mau ia segera memperhatikan sekitar, mencari sumber suara. Didapatinya sesosok laki-laki sedang melambaikan tangan padanya, senyum segera terpatri di bibirnya. Jimin, batinnya.

Tak perlu menunggu lama, laki-laki itu langsung menghampiri Mayleen. "Hei, Leen. Tampaknya Kau begitu bersemangat." Laki-laki itu berjalan mengiringi Mayleen, sesekali ia memperhatikan rambut pirang Mayleen yang diikat menjadi satu kebelakang. "Hmm ... ini hari pertamaku, tentu saja aku sangat bersemangat, Jim." Senyum manis itu masih belum hilang dari bibir Mayleen, Jimin ikut tersenyum melihat Mayleen.

Jimin dan Mayleen seumuran, tapi karena Jimin lahir di bulan Januari sedangkan Mayleen lahir di bulan Desember, maka saat Jimin sudah berada di bangku kelas dua SMA, Mayleen justru baru saja masuk SMA.

Setelah menumpangi bus dan berjalan selama beberapa menit dari halte, akhirnya mereka sampai di sekolah. Jimin baru saja akan melangkahkan kakinya melewati gerbang saat Mayleen tiba-tiba menarik lengannya, mereka tiba-tiba saja ada di posisi yang sangat dekat. Jantung Jimin langsung memompa darah lebih cepat ketika kedua mata sipit mereka bertemu, wajahnya terasa panas.

"Hei, Jim. Apa aku terlihat cantik?" Mayleen melontarkan pertanyaan, nada suaranya terdengar seperti ia sedang mengharapkan sesuatu dari Jimin, ia berharap Jimin memberikan jawaban yang ia inginkan. "Kau memang selalu terlihat cantik, Leen." Sempurna! Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Mayleen segera memasuki area sekolah. Meninggalkan Jimin yang masih terpaku, dengan debaran jantung yang tidak dapat dikendalikan lagi.

"Sejak kapan ya, aku mulai menyukainya?" tanya Jimin pada dirinya sendiri.

Note ,

Happy reading! Ehehehe...

SHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang