1.1 - One-point-one.

137 22 8
                                    

Park Jimin sial.

Entah sudah berapa kali Mayleen mengumpati Jimin dalam hati. Laki-laki itu adalah laki-laki yang paling tidak konsisten yang pernah Mayleen kenal. Laki-laki itu yang meminta untuk tidak menjauh, tapi sudah beberapa hari ini dia mengabaikan Mayleen. Mayleen kesal bukan kepalang.

Lihat saja sekarang, Mayleen sudah sangat berbaik hati dengan menyapa pria sial itu duluan, tapi lihat apa yang dilakukannya?! Dia mengabaikan Mayleen dan langsung melanjutkan pembicaraannya dengan teman wanitanya. Mayleen mati-matian menahan tangannya agar tidak menampar Park sialan itu.

Jika dia mengabaikanku, maka aku tidak akan menganggap dia ada. Putus Mayleen, dia segera melanjutkan langkahnya menuju kolam renang sekolah, berusaha mengabaikan kelakuan bodoh Park Jimin. Kolam renang itu ada di dalam gedung yang terletak di halaman belakang sekolah—benar-benar paling belakang. Gedung itu tidak terurus, membuat gedung itu jadi terkesan angker, tidak ada warga sekolah yang berminat untuk masuk ke gedung itu apalagi berenang di kolamnya. Tapi berbeda dengan Mayleen. Gadis itu sering sekali mengunjungi gedung itu. Alasannya? Karena tempat itu sangat tenang, sangat cocok untuk membaca novel ataupun sekedar tidur siang. Karena gedung itu dilengkapi tribun, Mayleen seringkali tidur di tribun itu.

Mayleen memperlambat langkahnya saat melihat seorang pemuda keluar dari gedung itu. Pemuda itu tinggi, hidungnya terlihat kokoh dan tegas, untuk beberapa saat Mayleen benar-benar terpaku pada hidung—yang diangapnya—sangat indah itu. Saat pemuda itu hilang dibalik pohon, ia langsung melanjutkan langkahnya menuju gedung tidak terpakai itu. Langkahnya terhenti saat mendengar suara sesuatu yang mengahantam air dari dalam sana, ia tiba-tiba ragu untuk membuka pintu itu. Sayup-sayup tedengar suara meminta tolong dari dalam sana, membuat ia memantapkan hatinya untuk masuk.

Ia menghitung dalam hati, saat hitungan ketiga dia akhirnya memasuki gedung itu. Betapa terkejutnya Mayleen saat sesosok laki-laki terlihat kepayahan di tengah kolam yang tidak terurus itu, tangannya menggapai-gapai, jelas dia tidak bisa berenang. Tanpa pikir panjang, Mayleen langsung menceburkan diri ke dalam kolam, berenang ke tengah untuk menolong laki-laki itu.

Saat ia berhasil meraih kemeja laki-laki itu, ia sudah tidak bergerak, tampaknya sudah kehilangan kesadarannya. Secepat kilat Mayleen langsung bergerak ke tepian. Setelah berhasil membawa tubuhnya dan laki-laki asing itu keluar dari kolam, Mayleen segera saja menepuk-nepuk pipi si laki-laki agar ia tersadar. Syukurlah usahanya membuahkan hasil, laki-laki itu perlahan membuka matanya dan terbatuk. Mayleen merasa sangat bersyukur.

Siapa laki-laki ini? Aku tidak pernah melihatnya di sekolah.

Note,

Hei ... hei ... siapa dia???

SHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang