5. 2 - Five-point-two.

95 12 4
                                    

Sore hari. Jung Kook baru saja tiba di rumah ketika Handphonenya berbunyi, tanda telepon masuk. Didapatinya bahwa Tae Hyung lah yang menghubunginya. Sedikit malas, dia menjawab panggilan itu.

"Jung ...," Suara berat khas Tae Hyung langsung terdengar di telinga Jung Kook. "O, ada apa, Kau merindukanku?" Jung Kook melontarkan candaan. Biasanya jika sudah begitu, Tae Hyung akan segera mengumpat, tapi kali ini tidak. Tae Hyung sama sekali tidak bersuara. "Hei, Tae Hyung. Ada apa?" Jung Kook merasa ganjil dengan diamnya laki-laki itu. "Aku membunuh seseorang ... bisakah Kau kesini?"

Sialan. Batin Jungkook. Setelah Tae Hyung memberitahukan di mana dia berada, Jung Kook segera pergi menyusul laki-laki itu.

"Dasar bodoh! Apa yang Kau lakukan?!"  teriak Jung Kook  ketika mendapati Tae Hyung duduk di tanah dengan seorang laki-laki terbujur kaku di sampingnya. "Dia mengesalkan, terus-terusan menggoda ibuku!" Tae Hyung berujar kesal. Jika saja Laki-laki itu lebih muda atau seumuran dengannya, Jung Kook bersumpah dia sudah memukul kepalanya dengan keras sedari tadi. "Sudahlah, bantu Aku untuk memindahkannya." Jungkook menuruti saja permintaan Tae Hyung itu. Mereka membawanya ke sebuah gang sempit.

"Hei, Jung Kook. Berpura-puralah seolah Kau yang membunuh laki-laki ini." Spontan Jung Kook langsung melepaskan kedua kaki laki-laki yang sudah tidak bernyawa itu dari gengamannya. Tae Hyung juga melepaskan kepala laki-laki itu dari tangannya lalu menyerahkan pisau berlumuran darah pada Jung Kook, tangannya juga bergerak untuk membasuh tangan Jung Kook dengan darah yang masiih mengalir dari luka tusuk mayat itu, tangan Jung Kook seketika dipenuhi darah.

"Kau gila," ucap Jung Kook pada Tae Hyung yang sedang mengusapkan kedua tangannya ke kaos yang dipakai Jung Kook, guna menghilangkan darah yang ada di tangan Tae Hyung. Tae Hyung terlihat baru saja akan membuka suaranya ketika mendapati sesosok gadis yang dikenalnya di belakang Jung Kook.

"Mayleen?" Jung Kook membalikan badannya dan mendapati Mayleen sedang berdiri dengan pandangan tidak percaya. "Pergi, cepat!" Tae Hyung berteriak dan sukses membuat Mayleen berbalik dan berlari meninggalkan mereka berdua.

"Oh, itu alasanmu memintaku menggantikanmu?" Jung Kook berucap pelan, tapi dapat dipastikan kalimatnya itu terdengar jelas oleh Tae Hyung. "Tae Hyung, jika aku menggantikanmu mungkin saja kau bisa terus bersama Mayleen. Tapi, apakah ada jaminan bahwa ini semua tidak akan terbongkar? Tidak ada, tidak ada jaminan." "Setidaknya biarkan aku bahagia bersama Mayleen sampai ini terbongkar—" "Dan bayangkan betapa kecewanya Mayleen saat itu terjadi." Tae Hyung diam "Kau harus menyerahkan diri  Tae Hyung, Kau harus mengakuinya jika—" "Aku tidak—" "KAU HARUS MELAKUKANNYA, HYUNG!" Diam. Mereka kembali terdiam. "Aku benar-benar—" "AKU TIDAK BISA, KOOK!" Tae Hyung berteriak

"Aku ingin bahagia, Kook."

Jung Kook tahu, Tae Hyung tidak pernah mendapatkan kebahagiaan di hidupnya. Ayah dan ibunya sama-sama gila kerja, tidak pernah ada waktu untuknya. Dan untuk pertama kalinya Tae Hyung mendapatkan kebahagiaan bersama Mayleen. "Mayleen tidak akan bahagia jika bersama dengan seorang pembunuh, Tae Hyung."

Tae Hyung menghela napas. Menengadah ke langit dengan air mata yang sudah mulai terkumpul di sudut mata. "Pergilah, Kook." Ucap Tae Hyung "Cepat pergi sebelum aku berubah pikiran!" Jung Kook segera berlari pergi setelah menjatuhkan pisau yang ada di gengamannya.

"Untuk bagian kabur lalu memulai hidup yang baru, Kau benar Mayleen." Jung Kook menghela napasnya.

Tepat setelah Jung Kook menyelesaikan kaliamatnya, Mayleen langsung bangkit dan bersiap melangkahkan kaki. Jung Kook langsung menahan lengannya dan memaksanya untuk kembali duduk. "Kau pembohong, brengsek! Tidak mungkin Tae Hyung membunuh seseorang!" Mayleen mulai menangis.

Jung Kook mengigit bibirnya, benar-benar bingung. Apa yang harus dilakukannya saat ini. "Untuk apa aku berbohong padamu?" Jung Kook bertanya sembari meraih tangan Mayleen, memaksa Mayleen untuk menatap matanya. "Kau hanya ingin menjelek-jelekkan Tae Hyung!" "Memangnya apa untungnya bagiku jika aku menjelek-jelakkannya di depanmu?" tanya Jung Kook sekali lagi. "Kau tidak ingin aku melaporkanmu kepada polisi!"

"Jika memang begitu, kenapa malam itu aku tidak mengejarmu dan membunuhmu juga?"

Mayleen menatap laki-laki itu lekat, berusaha mencari kebohongan di matanya. Nihil, tidak ada, laki-laki itu benar-benar jujur padanya. Mayleen diam. Diam beberapa saat. Tak lama tangisnya pecah. Jung Kook segera mengambil tempat untuk duduk di samping Mayleen, ia lalu memeluk gadis itu. Tidak ada perlawanan. Jung Kook mengerti, betapa sakitnya Mayleen saat ini. Jung Kook yakin dia sangat kecewa.

"Untuk apa Kau menceritakan ini?" Sebuah suara terdengar, berasal dari Mayleen. "Agar semuanya jelas, aku tak ingin Kau terus-terusan memikirkannya selama sisa hidupmu." Ucap Jung Kook sembari melepaskan pelukannya. "Kenapa tidak dari dulu?" tanya Mayleen lagi. "Aku terlalu takut, mungkin? Saat aku sudah siap untuk menceritakannya, Kau menghilang dan aku baru menemukanmu hari ini," Mereka kembali terdiam. Mayleen, gadis itu menunduk.

"Lalu, di mana Tae Hyung sekarang?" Sebuah suara terdengar, Mayleen mendongak, menatap tepat pada netra Jung Kook. Selama beberapa saat laki-laki itu menggigit bibirnya, tampak bimbang. "Tae Hyung ..."

Note,
Satu lagi!1!1!1!

SHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang