4. 1 - Four-point-one.

84 13 5
                                    

"May, bagaimana jika segelas kopi?"

Sebuah suara memecah keheningan ruang kantor. Mayleen yang merasa namanya disebut pun segera berdiri "Oke Seonbae-nim, segelas kopi akan segera tersedia!" Dia hampir saja melangkahkan kakinya ketika tiga manusia lainnya di dalam ruangan itu merengek minta dibelikan kopi juga.

"Mayleen, Kau hanya membelikan kopi untuk Nam Joon Seonbae-nim? Kau tidak ingin membelikan kopi untukku?" itu suara Seok Jin, manusia menyebalkan yang suara tawanya persis suara pembersih kaca. "Hei, Jin. Membelikan kopi itu hanya salah satu bentuk modus Mayleen kepada Nam Joon," Suara itu berasal dari Woo Ji, Mayleen hampir saja melepas sepatunya dan melemparannya ke kepala laki-laki itu, dia tau laki-laki itu menyimpan dendam padanya karena Mayleen lebih tinggi dari dia.

Hei, itu bukan salah Mayleen, apa yang bisa dilakukannya dengan gen yang diberikan oleh ibunya, lagipula seratus tujuhpuluh lima belum terlalu tinggi bagi Mayleen, laki-laki itu hanya belum bertemu dengan Kakek Mayleen.. "Oh iya, Mayleen menyukai Nam Joon Seonbae-nim kan?" Kali ini Baek Hyun yang bersuara. Tiga laki-laki itu sukses membuat Mayleen kesal. "Ani! Apa-apaan kalian ini!"

Sepanjang jalan menuju kedai kopi, Mayleen terus-terusan menggerutu. Sesekali menyibakkan poninya ke belakang. Sampai di kedai kopi, dia segera memesan empat gelas kopi untuk semua orang di ruang kerja.

Sembari menunggu, Mayleen merenung. Teringat betapa hancurnya ia lima tahun lalu. Tahun terakhirnya di SMA menjadi tahun paling berat. Dua bulan menjadi kekasih Tae Hyung, sebuah kejadian terjadi, laki-laki itu hilang dari peredaran. Mayleen hampir gila karena itu, nilainya benar-benar hancur membuatnya sulit untuk kuliah satu tahun berselang ia baru bisa kuliah. Saat mulai menjadi mahasiswa, ia benar-benar mengubah penampilannya. Mencat rambut menjadi hitam, memotongnya, membuat rambutnya jadi curly, selalu memakai soft lens berwarna hitam. Mayleen benar-benar ingin melupakan masa lalu.

Mayleen selesai dengan pesanan kopinya, dia langsung melangkah meninggalkan kedai kopi itu. Mayleen berjalan pelan, menikmati angin semilir di musim semi.

"Mayleen!"

Mayleen langsung menoleh, mendapati sosok seseorang yang benar-benar tidak ingin dilihatnya lagi. Maylen hampir saja mengambil langkah seribu saat laki-laki itu menahan tangannya. Mayleen berontak, berusaha melepaskan diri. Percuma, orang itu terlalu kuat "Lepaskan aku!" teriak Mayleen. Laki-laki itu tak acuh, ia semakin erat menggenggam pergelangan tangannya lalu menarik Mayleen ke halte.

"Jeon Jung Kook, apa yang Kau lakukan!" Mayleen benar-benar marah, dia menampar pipi laki-laki yang lebih muda setahun darinya itu, menyisakan bekas kemerahan di sana. "Mayleen, aku ingin menjelaskan sesuatu." Masih sama seperti beberapa tahun lalu, pria itu begitu dingin. "Aku tidak perlu penjelasanmu sialan! Sudah jelas Kau adalah pembunuh!" Laki-laki itu langsung menutup mulut Mayleen menggunakan telapak tangannya. Matanya bergerak-gerak panik.

Note,
Semangat, semangat!

SHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang