6. 1 - Six-point-one.

153 14 5
                                    

Mayleen Alexandra Lee. 28 Tahun. Status : Bahagia.

Mayleen duduk di sebuah taman. Tampak menunggu sesuatu. Sesekali menggosok-gosokan kedua tangan, meskipun sudah hampir kepala tiga, dia masih Mayleen yang membenci udara dingin, apalagi pada awal musim dingin begini, sudah dingin, tidak ada salju pula. Meskipun begitu, tidak sekalipun dia melontarkan keluhan apalagi umpatan. Jelas saja, dia sedang menunggu dua orang yang paling disayanginya, mana mungkin mengumpat.

"Mayleen?" Mayleen menengok, mendapati sesosok laki-laki yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya. Mayleen diam saja, tidak berniat membalas sapaan laki-laki itu. "Ah, maaf. Aku salah orang sepertinya," Laki-laki itu hampir saja berlalu pergi jika Mayleen tidak menyebut namanya, "Jimin." Laki-laki itu langsung berbalik dan tanpa ragu duduk di samping Mayleen.

"Ini benar Kau?" Jimin menatap Mayleen takjub, tampak tidak percaya. "Kenapa? Penampilanku berubah?" tanya Maylen sambil tertawa. Jimin mengangguk sembari terus memperhatikan rambut pirang Mayleen yang kini telah berubah menjadi hitam. "Terjadi sesuatu pada matamu?" Perhatian Jimin teralihkan pada iris Mayleen yang berwarna hitam. "Ani, ini soft lens," Mayleen kembali tertawa.

"Penampilanmu benar-benar berubah," ucap Jimin jujur. "Banyak yang terjadi setelah Kau pergi Jim," ucap Mayleen "membuatku berjuang mati-matian untuk melupakan masa lalu" lanjutnya. Mereka sama-sama terdiam.

"Jim, terima kasih sudah memperingatkanku saat itu." Mayleen benar-benar tulus saat mengeluarkan kalimat itu, Jimin tersenyum. "Aku mengabaikan peringatanmu dan aku benar-benar hancur setelahnya," Mayleen tetawa, menertawakan kebodohannya saat itu "Tapi sekarang aku sudah bahagia, Jim. Terima kasih karena sudah pernah menjadi bagian dalam hidupku," lanjutnya.

Mayleen bangkit dan melangkahkan kakinya. Beberapa langkah ia berjalan, Jimin memanggilnya. Mayleen menoleh "Bagaimana jika kita memulai semuanya dari awal?" Jimin berdiri, bersiap melangkahkan kakinya kearah Mayleen. "Sebagai teman?" tanya Mayleen saat laki-laki itu tiba dihadapannya. "Bisa saja. Mungkin pelan-pelan kita bisa lebih dari teman." Mayleen tertawa ketika mendengar ucapan Jimin. Dia mengangkat tangan kanannya, menunjukan jari manisnya yang telah dihiasi oleh sebuah cincin "Kau terlambat, Jim. Jadi teman sajalah." ucapnya.

"Eomma!"

Seorang anak gadis berumur sekitar empat atau lima tahun berlari ke arah Mayleen. "Sayang, perkenalkan dirimu kepada Ahjussi ini." Anak itu diam saja saat Mayleen menyuruhnya memperkenalkan diri. "Dia siapa, Eomma?" Rupanya sifat selalu ingin tahu milik Mayleen menurun pada putrinya "Jangan banyak tanya!"ucap Mayleen gemas. "Anyeong Haseyo, Ahjussi. Jeon Jung Lin imnidaaa~" Jimin terdiam, memikirkan marga Jeon di depan nama anak ini. Tidak mungkin, banyak orang dengan marga Jeon di dunia ini, pikirnya.

"Noona!" Jimin kembali terkejut ketika mendapati sesosok pria yang dikenalnya tiba-tiba muncul.

"Oh, Park Jimin kan? Aku Jeon Jung Kook. Suami Mayleen," Jung Kook menekankan kata 'suami' pada kalimatnya lalu merangkul pundak Mayleen. Jimin tertawa "Kukira Tae Hyung yang menjadi suamimu, Leen." ucapnya. "Kau terkejut, Jim? Aku pun sama terkejutnya, apalagi saat dia mulai bersikap manis dan memanggilku Noona enam tahun lalu," Jung Kook tersipu, seketika melepaskan rangkulannya. "Kim Tae Hyung ... kemana laki-laki itu sekarang?" Jung Kook dan Mayleen hanya saling melempar tatapan mereka lalu tersenyum. Perhatian Jimin beralih ke pakaian serba hitam yang mereka bertiga gunakan. "Kalian mau kemana?" tanyanya "Kami ingin ke Rumah Abu, mengunjungi Paman Tae Hyung!" ucap si kecil Jung Lin dengan semangat.

"Di mana Tae Hyung sekarang?"

"Tae Hyung ... sudah pergi setahun yang lalu," Mayleen kembali di buat terkejut dengan fakta yang di dengarnya "Dia gantung diri di dalam sel tahanan,"

---FIN---

Note,
Yeay!! selesai.
Thanks yg udah baca,
Luv u,

SHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang