Sebelum Hyuuga Hinata sempat memakai sepatu sekolahnya, burung-burung sudah berkicau ribut terlebih dahulu. Temaram lampu di malam hari sudah berganti dengan cahaya matahari pagi yang menyilaukan. Esok pagi menyongsong keluarga Hyuuga untuk memulai segala aktivitas mereka. Wajah Hyuuga Hiashi menyiratkan nuansa kebahagiaan seperti biasa, walaupun hati bak menjerit karena pengeluaran kehidupan mereka yang meningkat bagai melilit leher. Sementara Hikari sang ibu rumah tangga lebih banyak diam dan mendengarkan dengan syahdu iringan musik instrumental di pagi hari demi menemani acara masak paginya. Si bungsu, Hyuuga Hanabi sedang mempersiapkan meja makan dengan cekatan sementara Hinata sudah duduk dengan tenang.
Setelah selesai Hanabi duduk tepat di sebelah kakak perempuannya. Ia mendesah dengan berat. "Ah sekarang ada ujian praktek musik," Bibir mungil itu memberenggut lucu.
Hiashi dan Hikari ikut menyusul acara sarapan pagi mereka. "Ada apa sayang?" Tanya Hikari penuh perhatian.
"Aku baru ingat kalau hari ini ada ujian praktek musik, bu." Jawabnya putus asa.
Hinata memutar bola matanya malas. Padahal tadi malam adiknya itu asik bermain handphone karena melihat postingan website keluarga kerajaan perihal kepulangan mantan Putra Mahkota dan gadis kecil itu ikut memberikan komentar juga di sana. Hinata jadi jengkel sendiri. "Kalau soal berita kerajaan ingat, tapi ada ujian praktek musik dilupakan." Ia mendengus. "Payah."
"Jahat!" Teriak Hanabi tak terima.
"Huh," Hinata kembali meledek adiknya. "Kenapa? Aku salah bicara, hm? Bukankah seharusnya kau pikirkan pangeranmu itu saja, Hanabi." Hinata memeletkan lidahnya lalu bergumam jengkel sambil menusuk-nusukkan sumpitnya di mangkok nasi, merasa kesal memikirkan perihal kemarin. Sementara Hiashi dan Hikari hanya dapat mendesahkan nafas mereka bersamaan.
Hanabi memasang wajah muramnya. "Tidak salah kok," Dengan putus asa ia mendekat pada Hikari seolah meminta perlindungan. "Apakah benar kita masih mempunyai hubungan darah dengan anggota kerajaan bu?" Matanya berubah dengan cepat. Berbinar-binar layaknya bintang di malam hari.
"Jangan bermimpi." Ucap Hinata dengan kesal. Memotong pembicaraan Hanabi yang ingin melupakan ujian praktek musiknya.
"Ada apa sih denganmu?!" Hanabi merasa tak terima.
Hinata hanya dapat terdiam-menatap kedua orang tuanya dengan tajam. Tatapan itu seperti suatu tusukan yang bermakna kenapa-aku-yang-harus-dikorbankan-perihal-wasiat-bodoh-kakek-dan-menyelamatkan-hutang-keluarga-ini? Jujur, Hikari tidak dapat menelan nasinya dengan baik begitupun dengan Hiashi. Kedua orang tua Hinata hanya dapat terdiam, merasa belum siap dengan pembicaraan yang terasa menyakitkan bagi Hinata.
Hinata hanya dapat tersenyum miring tak percaya. "Aku berangkat." Ia berdiri dan tak mengatakan suata kata apapun, tak mencoba tersenyum ceria ataupun mencium kedua tangan orang tuanya seperti biasa.
"Kak! Ada apa denganmu!" Hanabi berdiri namun segera ditarik oleh Hikari. Wanita paruh baya itu menggelengkan wajahnya-membiarkan Hinata pergi dan menyuruh Hanabi untuk diam-membiarkan kakaknya saja dan meminta Hanabi untuk meneruskan sarapannya. Hanabi hanya dapat memberunggut-gurat kesedihan hadir disana.
Ada yang salah di dada Hinata dan dirinya tak suka berlama-lama merasa baik-baik saja, barangkali memang hal seperti ini yang dapat ia lakukan agar ibu dan ayahnya mengalah. Sudah benar 'kan? Mana ada orang tua yang mau menjual anak mereka. Itu tidak mungkin.
♔♔♔

KAMU SEDANG MEMBACA
♔Prince And Princess♔
FanficPrince and Princess "Perjodohan ini membuatku muak, bagaimana kalau kita membuat kesepakatan saja?" "Untuk apa?" "Tentunya untuk sama-sama menguntungkan kita berdua, keluargamu yang terbebas dari para lintah darat dan aku yang memiliki kebebasan leb...