Persiapan untuk perlombaan fashion sudah semakin dekat, Hyuuga Hinata sadar kalau sebentar lagi kesempatannya untuk memilih tema, mendesain, dan mencocokkan bahan-bahan akan semakin menipis–waktu kian berputar cepat. Sebelumnya Yamanaka Ino mengatakan bahwa ia tidak akan main-main dan berusaha dengan sungguh-sungguh agar menang–cukup mengesankan ternyata, bila seperti ini Hinata jadi ikut tertantang. Berarti Ino menghargai dirinya sebagai lawan yang seimbang, ketimbang Uzumaki Karin yang sejak kemarin hanya menyulut emosi Hinata saja, Karin benar-benar tidak memiliki aktivitas lain yang bermanfaat.
Sejujurnya Hinata sudah mempersiapkan segalanya, tetapi sekarang dirinya malah sedang belajar di Puri Kiku–tempat pendidikan Putri Mahkota–seperti biasa. Kalau saja dirinya bisa bernegosiasi dengan pihak rumah tangga Istana, mungkin saja Hinata diberikan keringanan dan berlari dengan gesit untuk segera membuat ide perlombaan fashionnya. Sebelum itu, Hinata sebenarnya ingin meminta tolong pada Sasuke, tetapi sejak tadi dirinya tidak melihat Putra Mahkota disekitar Istana. Benar-benar aneh. Namun tepat saat Hinata pergi keluar dari Puri Kiku, mengunjungi selatan shinsiden yaitu dan-tei taman bagian dalam yang ditutupi oleh kerikil putih juga koridor yang bewarna sama, Hinata tidak mengira di antara pilar-pilar bewarna ungu terang itu–berdiri seorang lelaki tinggi dengan rambut hitamnya yang sedikit berkilau oleh cahaya matahari.
"Sa-" Ah iya. Hinata hampir terlupa. "Putra Mahkota!" Ia sedikit mengeraskan suaranya, namun pria yang ia panggil itu ternyata bukan Sasuke.
"Ah, Yang Mulia Putri Mahkota." Lelaki berkulit putih dengan obsidian hitam pekatnya kini sedang menatap Hinata kelewat lembut. "Selamat pagi, senang bisa bertemu dengan anda." Hinata masih terdiam. "Saya Uchiha Sai, adik sepupu dari Putra Mahkota." Senyuman yang begitu lembut terpancar dari wajahnya.
"U-uchiha S-sai?" Hinata terbata dan dengan gugup ikut menyambut uluran tangan Sai yang sebelumnya sudah membungkuk (memberi salam) padanya. "Ah, senang bertemu denganmu juga, apa yang Pangeran Sai lakukan disini?" Hinata kemudian tersenyum. "Apakah anda menemui Ibu Suri?"
Sai menganggukkan kepalanya, kemudian tanpa ada kecanggungan yang berarti dirinya juga sempat menceritakan bahwa ini bukan kali pertama mereka bertemu. Sai pernah bertemu dengan Hinata saat ulang tahun Sasuke dulu dan walaupun mereka tidak mengobrol banyak, tentu saja mereka tetap pernah saling bertegur sapa.
"Oy!" Suara Sasuke yang keras segera membuat Hinata maupun Sai yang tengah berjalan menyusuri taman bersama jadi menoleh. "Sai!" Senyuman yang tak pernah Hinata lihat sebelumnya, kini terukir dengan indah begitu saja di wajah lelaki itu. Ternyata Sasuke bisa tersenyum seperti ini? Si iblis ini?! Hinata cukup terkejut.
Dengan sekejap mereka (Sai dan Sasuke) saling merangkul–membuat suasana menjadi kian hangat dan indah. Hinata tersenyum ikut bahagia, tapi rasanya ada yang salah dari hal ini.
Apa?
Oke dirinya tidak dianggap sekarang.
♔♔♔
Minggu pagi ini Kise Ryouta meminta semua orang–geng F.O.R maksudnya untuk berkumpul dan sedikit mencairkan suasana setelah lama tak menghabiskan waktu bersama, alasannya karena pekerjaan Sasuke yang menjadi begitu banyak–menjadi Putra Mahkota dan memiliki istri sekarang, disini sejujurnya Sasuke tidak terima dengan tuduhan yang dilayangkan pria berambut pirang itu–Kise, berpikir bahwa bocah itu hanya mengada-ada saja. Walaupun sebenarnya mau bagaimanapun sebuah geng tanpa ketua hadir dalam perkumpulan mereka, tetap saja 'kan? Terasa hambar. Barangkali itu memang hanya pemikiran Kise karena sebenarnya Akashi tak terlalu peduli sedangkan Gaara sedang berada dalam masa pengawasan kedua kakaknya–sebab si lelaki bertato 'ai' itu harus sudah siap masuk ke perusahaan keluarga Sabaku tahun depan dan Naruto juga memiliki kesibukan perihal dirinya dalam pendidikan politik keluarganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
♔Prince And Princess♔
FanficPrince and Princess "Perjodohan ini membuatku muak, bagaimana kalau kita membuat kesepakatan saja?" "Untuk apa?" "Tentunya untuk sama-sama menguntungkan kita berdua, keluargamu yang terbebas dari para lintah darat dan aku yang memiliki kebebasan leb...