29

1.7K 234 53
                                    

Istirahat, yah aku perlu itu. Hatiku apalagi, dia yg paling lelah karena aku yg terus memaksanya untuk bertahan.

Aku ingin meminta maaf untuk hatiku, karena terus menerus menyakitinya.

Benar kata Minjoo eonni, setelah kita beristirahat sebentar kita pasti bisa memutuskan untuk memperjuangkannya kembali atau berhenti.

Tapi apa yg bisa kita perjuangkan saat apa yg kita tinggalkan sudah dimiliki orang lain, bukankah berhenti adalah pilihan lainnya?

Berbalik mengingat semua yg sudah terjadi selama ini dan ternyata hanya luka yg ada disana, membuatku semakin bersalah pada hatiku.

Kenapa aku mempercayakanmu kepada orang seperti Guan? Setiap kau menderita sepanjang hari karena sikapnya dia tanpa beban tetap tertawa, saat hari yg kau jalani terasa begitu berat tetapi ternyata dia baik baik saja. Aku minta maaf, sekarang aku akan membuatmu berhenti merasakan sakit dan menjagamu untuk tidak lagi menyerahkanmu ke orang yg salah yg tapi pada faktanya tetap menetap di orang yg sama.

"Semuanya akan baik-baik saja" Gumamku seraya menatap ke arah meja yg terisi 2 orang disana dengan tawa bahagianya.

"Kau yakin? Sudah berjalan 2 bulan dan kau masih seperti ini" Ucap Jihoon Oppa menyindir keadaanku yg jauh dari kata I'm fine.

"Sayangnya hatiku terlalu baik untuk orang sepertinya" Ucapku dan terkekeh.

"Yah dan sayangnya lagi hatimu itu masih mau memperjuangkannya, padahal sudah ada dia"

Aku tersenyum mendengar ucapan Jihoon Oppa yg mengingatkanku bahwa sudah 'ada dia'.

Sembari menyesap minuman di depanku dan menoleh untuk menatap Jihoon Oppa "Oppa apa aku jahat kalau aku meminta Tuhan untuk memberikan Guan rasa sakit lebih dari yg aku rasakan saat ini?" Ucapku meminta pendapat.

Jihoon Oppa terkekeh dan menggeleng kecil, terlihat heran dengan pertanyaan yg aku berikan "Ya, kau jahat"

Aku mengerucutkan bibirku "Dia benar-benar tidak mencintaiku rupanya, kupikir dia akan menyesal setelah aku meninggalkannya" Ucapku dengan kesal.

Jihoon Oppa tertawa sangat keras mendengar ucapanku "Oh astaga Wonie kau ini yg benar saja! Buktinya dia langsung berkencan dengan Somi HAHAHA- Jihoon Oppa terus tertawa membuatku menatapnya kesal, sebelum dia mengaduh kesakitan -Astaga perutku" Awalnya aku kesal melihat Jihoon Oppa menertawakanku tapi setelah melihat dia merintih kesakitan karena perutnya yg kram aku balik menertawakannya.

2 bulan yg lalu setelah aku memutuskan untuk meninggalkan Guan, aku benar benar merasa berantakan dan hancur dalam waktu yg sama. Membuat orang di sekitarku khawatir, apalagi saat kabar itu menyebar luas. Guanlin dan Somi berkencan. Mereka berkencan setelah seminggu aku melepas Guan, tentu kabar itu membuatku semakin hancur dan sempat menyesali keputusanku saat itu.

Pikiran-pikiran yg tidak seharusnya muncul kembali berputar dikepalaku dan kalimat 'Seandainya' selalu saja terselip disana.

'Seandainya aku sedikit bersabar menghadapi Guan'

'Seandainya saat itu aku tidak terbawa emosi'

'Seandainya aku tidak mengikuti saran Minjoo eonni'

Dan kalimat 'Seandainya' yg lain, yg tidak ada hentinya membuatku menyesal.

Tapi lambat laun aku mulai baik-baik saja, seperti apa yg di katakan Minjoo eonni Jalani dan semuanya akan baik baik saja.

Aku sungguh baik-baik saja meskipun hatiku tetap mencintai pria jahat yg dulunya milikku tetapi sekarang milik orang lain. Meskipun apa yg dikatakan Jihoon Oppa itu benar 'Yah dan sayangnya lagi hatimu itu masih mau memperjuangkannya, padahal sudah ada dia' Iya sudah ada dia yg sebulan belakangan ini hadir menemaniku.

Saat ini Jihoon Oppa menemaniku di Cafe yg di sambangi Guanlin dan Somi. Ah atau lebih tepatnya Jihoon Oppa menghampiri Cafe tempatku bekerja, tidak bukan menjadi pelayan atau yg lainnya. Aku hanya datang 3x seminggu untuk bernyanyi di Cafe ini, aku melakukannya semenjak aku putus dengan Guan. Aku berpikir daripada aku mengurung diri di kamar lebih baik aku menghibur diriku dengan cara bernyanyi dan bukankah dengan begitu aku juga menghibur orang lain.

Aku tidak pernah menghindari Guan, aku tersenyum saat berpapasan dengannya untuk meyakinkan kalau aku baik baik saja. Lagipula kalau aku menghindarinya maka aku yg akan tersiksa sendiri, karena aku akan sangat merindukannya.

Satu yg membuatku bahagia, teman Guanlin tetap memihakku, mereka semua menguatkanku sama seperti Yujin dan Yuri.

Aku menoleh karena merasa ada yg memanggil namaku dan ternyata itu kakak sepupuku, Jang Gyuri. Dia yg telah mengajakku untuk bernyanyi di Cafe ini.

"Eoh eonni wae?" Tanyaku dan menatapnya yg perlahan menghampiriku.

"Sebentar lagi kau harus bernyanyi" Ucapnya yg aku balas dengan anggukan.

"Oppa, aku harus siap siap" Ucapku seraya meminta ijin untuk meninggalkan Jihoon Oppa.

"Eung, bernyanyilah sebagus mungkin"

"Wae?" Tanyaku heran.

"Karena ada Guanlin disini" Jawabnya yg membuatku terkesiap dan melirik Guan yg masih sibuk berbincang dengan Somi.

Mengehela nafas dengan berat dan tersenyum kaku "Suaraku sudah bagus" Ucapku kesal dan Jihoon Oppa menarik tanganku mengisyaratkanku untuk lebih mendekat.

"Apa?" Tanyaku, Jihoon Oppa berbisik "Aku tau suaramu itu bagus, tapi biar ku beritahu. Somi juga memiliki suara yg bagus, jadi kau harus bekerja lebih keras lagi untuk merebutnya kembali" Ucapnya yg langsung aku hadiahi dengan tendangan keras di tulang keringnya dan meninggalkan Jihoon Oppa yg mengaduh kesakitan dengan tangannya yg sudah melayang di udara ingin memukulku.

Aku berjalan melewati Guan, melirik melalui ujung mataku dan menunduk. Dia benar-benar tidak menyadari keberadaanku disini.











•••

Double up jangan?


Permanecer (Stay) • Lai Guanlin x Jang Wonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang