36

1.9K 236 46
                                    

Selesai bernyanyi di Cafe aku langsung melangkahkan kakiku ke halte bus terdekat, menggunakan earphone sembari menunggu bus mencoba menghilangkan kejenuhan dan hal yg seharusnya tidak aku pikirkan, seperti memikirkan kekasih orang misalnya? Ah maksudku memikirkan Guanlin.

Kakiku bergerak mengikuti alunan lagu dengan seirama, mencoba membawa diriku masuk ke dalam makna lagu yg ingin disampaikan karena aku ingin membawakannya di Cafe nanti.

Aku terkesiap kala seseorang menarik salah satu earphoneku, aku menoleh dan mendapati Guan yg ada disampingku tapi sama sekali tidak menatapku, matanya menatap lurus ke depan.

Aku mengerjapkan mataku, aku hanya takut salah orang tapi ternyata benar itu Guan "Eoh Guan?" Tanyaku heran dan segera melepas earphoneku dan mematikan musik yg aku putar.

Guan menoleh kearahku dengan sedikit memiringkan kepalanya, dan itu terlihat errrrrrr lucu?

Aku menahan senyumku melihat tingkah Guan yg seperti anak kecil.

Gue tersenyum kecil "Ayo aku antar" Ucapnya seraya berdiri, aku menatapnya heran dan dalam detik berikutnya aku menggeleng pelan.

"Aku akan naik bus" Jawabku berniat menolaknya dengan halus.

"Sudah malam, biar aku antar" Ucapnya lagi dan menatapku tegas sembari kembali mendudukkan dirinya di sampingku.

Aku menghela nafasku "Hhh, kau pulang saja Guan" Jawabku dan kembali memasang earphone yg sempat berada di pangkuanku dan memalingkan wajahku ke arah berlawanan dengan Guan.

Setelah memutar musik dan musik itu sudah berganti menjadi 3 lagu aku sama sekali tidak mendengar Guan berbicara lagi bahkan aku tidak merasakan pergerakan di sebelahku akhirnya aku kembali memilih menarik earphoneku dan menoleh ke arah Guan.

Aku terkesiap karena mendapati Guan yg menyenderkan kepalanya dengan mengarah ke arahku sembari matanya yg memperhatikanku.

Guan juga ikut terkesiap karena aku yg dengan tiba-tiba menoleh ke arahnya, tapi tidak dengan mengalihkan pandangannya karena dia tetap dengan yakin menatapku.

Aku meringis sembari menyentuh tengkukku "Guan kenapa menatapku seperti itu?" Tanyaku yg merasa tak nyaman dengan tatapannya.

Guan tersenyum, senyum yg mampu membuat kewarasanku hilang selama beberapa detik sebelum Guan mengucapkan kalimat yg semakin membuatku kehilangan kewarasan bukan beberapa detik melainkan dalam jangka waktu yg tidak bisa ditentukan.

"Aku merindukanmu" Ucapnya yg membuat tubuhku membeku, nafasku tercekat, tenggorokanku terasa kering dan mataku tidak mampu mengerjap.

Sadar akan perubahanku lantas Guan terkekeh dan menepuk kepalaku lembut menyadarkanku dari khayalan gilaku.

Aku berdehem canggung dan mengalihkan tatapanku secara acak.

"Kenapa masih disini?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

Guan mengendikkan bahunya dan menegakkan tubuhnya "Hanya ingin menemanimu" Jawabnya santai, belum sempat aku menjawabnya aku merasakan sesuatu yg berat di pundak sebelah kananku.

Aku menoleh tak yakin dan mendapati Guan yg menjatuhkan kepalanya di bahuku.

Aku menggigit bibirku gugup dan menyentuh kepala Guan lembut "Ada apa?" Tanyaku sembari mengelus rambutnya, mengingatkanku akan kejadian saat dimana kepala Guan yg berada dipangkuanku sebelum Guan menghilang selama satu minggu karena seorang Jeon Somi.

Aku sungguh ingin mengutuk diriku sendiri yg selalu tidak bisa menahan diri. Bisa-bisanya aku mengelus kepalanya seperti ini.

Guan menggeliat dan menyamankan posisi kepalanya di bahuku. Nafasku tercekat kala harum Guan menyeruak ke indra penciumanku.

"Aku merindukanmu Wonie" Ulang Guan lagi.

Pergerakan tanganku terhenti karena ucapan Guan dan tersenyum miris.

Aku menghela nafas berat sebelum berucap "Berhenti bermain-main denganku Guan, aku sudah bersusah payah menyembuhkan luka yg sebelumnya kamu buat, jangan lagi menambahnya"

Guan menegakkan tubuhnya dan menarik tubuhku untuk menghadapnya, Guan menatapku sendu begitupun denganku "Aku tau ini salah, tapi Wonie aku sungguh merindukanmu tidak bisakah kamu meninggalkannya dan kembali denganku?" Tanyanya, yg tadinya aku menatapnya dengan sendu kini berubah dengan tatapan yg membelalak terkejut karena ucapannya.

"Meninggalkannya?" Tanyaku tak habis pikir.

Guan mengangguk "Tinggalkan Haruto Wonie, aku tidak suka melihatmu bersamanya" Ucapnya.

Aku tertawa sumbang "Kau siapa? Siapa kau berani-beraninya memintaku meninggalkan pria yg sudah bersusah payah membangkitkan aku kembali dari rasa sakit yg sudah kamu berikan!"

"Wonie aku serius"

"Kamu pikir aku tidak? Ada apa denganmu Guan?"

"Kamu tidak mengerti, aku tidak suka melihatmu bersamanya" Ulangnya dan kali ini terdengar lebih tegas dari sebelumnya.

Aku menggeleng pelan "Kau gila? Aku bahkan diam saat kau bersama Somi dan saat itu aku berstatus sebagai kekasihmu Guan! Lalu sekarang apa?! Sekarang kau siapa?! Kau punya hak apa melarangku?!"

Guan menatapku datar "Aku berhak, dan masih berhak" Ucapnya dengan suaranya yg sedatar wajahnya saat ini.

"Guan jangan bercanda! Kau pikir aku semudah itu?!" Pekikku, aku kesal entah karena apa. Mungkin kesal karena merasa dia mempermainkanku.

Setelah dia menerimaku menjadi kekasihnya karena Somi berkencan dengan orang lain, lalu sekarang apa? Apa Somi kembali meninggalkannya?

"Wonie aku serius" Ucapnya dengan yakin dan menatapku dengan memintaku percaya dengan ucapannya.

Aku menggeleng pelan dan terkekeh sinis "Sekarang apalagi?" Tanyaku yg mendapat tatapan bingung dari Guan.

Guan mengernyitkan dahinya "Apa?" Tanyanya yg tidak paham.

Aku melepaskan tangan Guan dari bahuku dan berucap "Kemarin kau menerimaku karena Somi berkencan dengan Daniel, dan sekarang apalagi? Apa yg terjadi? Apa Somimu itu kembali memilih kembali dengan Daniel, sampai kamu juga memintaku kembali?" Tanyaku sarkas, tangan Guan mengepal dengan kuat bisa aku liat kilatan emosi terpancar di matanya.

Guan berdiri dan menatapku yg masih terduduk di bangku halte "Aku tidak tau kalau aku seburuk itu di matamu" Ucapnya yg membuatku merasa bersalah dengan ucapanku sebelumnya.

Tapi yg keluar dari mulutku malah sebaliknya, aku kembali mengucapkan kalimat yg sama sekali tidak ingin aku ucapkan.

"Bahkan kamu tidak akan menyangka kalau aku memandangmu lebih buruk dari apa yg kamu bayangkan!" Ucapku dan detik berikutnya aku mengatupkan bibirku dengan kuat, menyesali ucapanku.

Guan tertawa yg terdengar sangat miris dan kemudian Guan maju selangkah untuk mengelus rambutku dengan lembut "Mungkin tidak malam ini Wonie, aku rasa suasana hatimu sedang buruk. Maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang malam ini" Ucapnya tanpa menunggu jawabanku melangkah menjauhi tempat dimana aku duduk menunggu bus datang.

Aku memperhatikannya sampai dia masuk ke dalam mobilnya, mesin mobilnya berderu dengan sangat keras yg membuatku meringis.

Aku menghela nafas berat dan mengusap wajahku kasar dan kembali menatap mobil Guan yg sudah mulai menghilang dari pandanganku.

"Dia harus menyetir dengan hati-hati" Gumamku dan mengalihkan tatapanku setelah melihat bus yg mengarah ke arah rumahku sudah berhenti di depanku.

Aku melangkahkan kakiku dengan pikiran yg berkecamuk, mengambil tempat duduk paling belakang dan menyenderkan kepalaku di jendela.

Membukanya sedikit sampai udaranya mampu membuat rambutku berantakan tapi aku sama sekali tidak memperdulikannya.

Dipikiranku saat ini, apa maksud Guan mengucapkan hal seperti itu? Tidak mungkin dia serius dengan ucapannya, dia tidak akan pernah mencintaiku lalu apa tujuannya berucap seperti itu?
















•••
Jual mahal dulu dong🤣

Permanecer (Stay) • Lai Guanlin x Jang Wonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang