Guan Pov
"Guan kau tak apa?" Tanya Somi memastikan keadaanku, sedangkan aku hanya membalasnya dengan gumaman panjang karena mataku masih terfokus ke arah Wonyoung dan kekasihnya yg mulai menjauh dari pandanganku.
Dan ah iya tangannya yg merengkuh pinggang Wonyoung dengan mesra. Dia benar-benar memperlakukan Wonyoung dengan sangat baik, pantas saja perempuan itu dapat dengan cepat melupakanku.
"Guan kamu tidak mau menjelaskannya?" Tanya Somi lagi dan kali ini nadanya terdengar sangat menuntut.
Aku menghela nafas panjang dan menatap ice cream di depanku yg sudah mulai mencair "Menjelaskan apa? Tidak ada gunanya Som" Balasku dengan pasrah.
Somi menepuk bahuku lembut "Dari awal keputusanmu sudah salah Guan, bukan begini caranya untuk membuat Wonie melupakanmu"
"Ini keputusan terbaik Som, kau lihat sendiri kan. Semuanya berhasil, dia melupakanku dan bersama pria lain" Jawabku dengan tersenyum getir, aku bahkan tidak rela untuk mengucapkan kalimat itu.
"Kamu belum mencaritahu yg sebenarnya Guan, siapa tau kamu juga salah paham seperti Wonie yg salah paham dengan hubungan kita"
Aku terkesiap dengan kalimat Somi, ya Wonyoung dan hampir semua orang salah paham dengan hubunganku bersama Somi. Mereka semua mengetahui aku berkencan dengan Somi setelah hubunganku berakhir dengan Wonyoung, padahal faktanya tidak seperti itu.
Somi yg membutuhkanku karena Daniel Hyung yg meninggalkannya dan aku yg juga membutuhkan Somi agar Wonyoung tidak lagi mencintaiku, dia harus bahagia.
Wonie tidak akan pernah bisa bahagia jika dia terus mencintaiku, dia harus melupakanku. Dan pada saat itu terjadi, saat dia mendapatkan prianya yg lain, ternyata aku yg merasakan sakit yg teramat dalam.
Aku sudah mulai mencintainya, aku sadar itu hanya saja waktunya tidak tepat. Seolah semesta tidak berpihak kepadaku, disaat aku ingin memperjuangkannya dan pada saat itu Somi membutuhkanku yg mengharuskanku kembali mengabaikan Wonyoung.
Ku pikir dia akan tetap menungguku kembali tapi nyatanya tidak, saat dia menemuiku di depan kelas kala itu, ternyata dia melepasku. Ternyata dia tidak sekuat yg aku bayangkan, atau dia yg sudah muak dengan sikapku.
Disini salahku, sepenuhnya salahku. Maka dari itu aku mencoba melepasnya dengan meminta Somi untuk ada di sampingku, dan saat dia benar-benar bisa melepasku sekarang giliranku yg tidak bisa melepasnya.
Setiap aku mencoba untuk melupakannya, semuanya terulang kembali. Memori-memori menyakitkan yg aku berikan padanya kembali berputar di otakku, membuatku semakin merasa bersalah.
Suaranya, tatapannya, tawanya, senyumannya, air matanya semuanya masih jelas terekam di kepalaku membuatku berpikir ini hukuman yg pantas untukku, aku tidak bisa melupakannya biarkan aku merasakan sakit yg dia rasakan dulu.
Tapi aku tidak sekuat dia, baru 1 bulan dia bersama pria lain sudah membuatku kacau lalu apa kabar Wonyoung yg menjalani setiap hari sampai 10 bulan seperti itu? Dan hal itu kembali membawaku masuk ke dalam rasa bersalah.
Lantunan lagu yg dia nyanyikan di Cafe kala itu membuatku yakin bahwa aku benar-benar sudah menyakitinya terlalu jauh, tatapannya benar-benar menunjukkan banyak rasa sakit dan kecewa menjadi satu. Senyuman getirnya menunjukkan banyak rindu yg ingin ia ungkap melalui senyuman.
Dia merindukanku, aku tahu. Karena aku juga merasakan yg sama, saat aku merindukannya aku hanya bisa menunjukkan senyuman getir seperti itu ketika berpapasan dengannya.
Aku selalu meminta Jihoon maupun Jinyoung untuk terus ada disisinya, menemaninya dan jangan sampai membuatnya kesepian. Aku tidak mau dia merasa kalau dia sendiri dan tidak ada yg menyayanginya, aku tidak bisa ada disampingnya lagi jadi tidak salah kan kalau aku mengirim orang lain untuk terus menemaninya. Karena kalau aku yg ada disampingnya lagi tidak menutup kemungkinan kalau nanti aku akan kembali menyakitinya lagi, entah itu secara sengaja maupun tidak disengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permanecer (Stay) • Lai Guanlin x Jang Wonyoung✔
Fanfiction"Guan apa kamu mencintaiku?" Tanyaku tiba-tiba dan memainkan jarinya yg bertautan denganku. "Menurutmu?" "Sepertinya tidak" "Kamu tau jawabannya" Jawabnya tidak perduli dengan perasaanku. Aku tersenyum miris dan menghentikan tanganku yg memainkan ja...