21

1.8K 226 23
                                    

Makan, itu salah satu hobbyku. Maksudku semua orang pasti makan tapi aku lebih lagi suka makan apalagi dengan suasana hati seperti ini.

Ah kalau dipikirkan lagi karena sama-sama suka makan itu yg membuatku jadi dekat dengan Jihoon Oppa, dan berjalan ke arah sekolah dengan terisak yg membuatku dekat dengan Jinyoung Sunbae.

Mengingat Jinyoung Sunbae, tadi setelah kami saling bertukar cerita Jinyoung Sunbae mengantarku pulang dengan motor besarnya yg sempat membuatku terlihat seperti orang bodoh dan ditertawakan oleh Jinyoung Sunbae. Meskipun aku ini tinggi tetap saja menggunakan rok pendek di atas lutut itu membuatku kesusahan menaiki motor Jinyoung Sunbae untung saja Jinyoung Sunbae menyampirkan jaketnya di pinggangku yg membuatku tidak harus beramal dengan menunjukkan pahaku dengan orang orang di jalan.

"Ahh pasti menyenangkan kalau Guan bersikap peka dan manis seperti Jinyoung Sunbae" Gumamku dengan tangan yg tidak henti memasukkan makanan ke mulutku.

Membayangkan gimana Guan yg memberikan jaketnya untuk aku pakai atau ah tidak perlu berpikiran jauh kesana, setidaknya membayangkan Guan datang dengan senyuman saja membuatku bahagia apalagi dengan Guan yg bersikap semanis Jinyoung Sunbae pasti bukan hanya pingsan lagi melainkan nyawaku melayang.

Aku terkekeh sendiri dengan khayalan yg aku buat sampai kekehanku terhenti karena suara bel rumah yg berbunyi, aku mengedarkan pandanganku mencari maidku yg sama sekali tidak terlihat.

"Ah apa mereka sedang istirahat?" Tanyaku pada diri sendiri, akhirnya aku menyeret kakiku dengan malas ke arah pintu.

Cklekk

"Omo!" Teriakku karena terkejut melihat siapa yg datang malam malam begini.

"Berisik" Semburnya dan masuk tanpa ijin dariku, aku mengikutinya dari belakang dengan mulut yg masih menganga tak percaya.

Memiringkan kepalaku ke kanan dan ke kiri sembari tangan yg menunjuknya heran, kepalaku menggeleng pelan dan meringis.

"Kau sedang apa?" Tanya Guan yg aku jawab dengan gelengan pelan.

"Kenapa kesini?" Tanyaku dan melangkah mendekatinya mengambil posisi duduk disampingnya dengan badanku yg menghadap Guan.

"Hanya mampir" Jawabnya cuek sibuk memainkan Handphonenya.

"Aahhh" Gumamku mengerti.

"Kau jadi pergi ke toko buku?" Tanya Guan dan meletakkan Handphonenya di meja.

"Ani, mungkin besok" Jawabku sembari tersenyum, senyum yg dipaksakan. Mengingat Guan yg tidak mengiyakan ajakanku karena harus menemani Somi.

Guan mengangguk dan mengambil Handphonenya yg berdering menunjukkan nama Somi disana lengkap dengan gambar hati di ujungnya.

Aku yg melihatnya sedikit tercenung, sejak kapan ada emoticon heart seperti itu? Padahal baru tadi siang aku mengganti nama Somi menjadi nama yg normal, dan sekarang sudah berganti lagi.

Aku menghela nafas dan memalingkan wajahku dari Guan karena dia juga masih sibuk dengan Handphonenya.

Setelah membaca pesannya dan mengetik balasan yg membuat suasana hening seketika, Guan beranjak berdiri yg aku balas dengan tatapan bingung.

"Waeyo?" Tanyaku dengan mengernyit menatap Guan, dengan terpaksa aku ikut berdiri dan berhadapan dengan Guan.

"Aku harus pergi" Jawabnya dengan santai dan beranjak dari hadapanku, tapi aku menahan tangannya membuat Guan yg akan melangkah terhenti.

"Bukannya kamu baru sampai?" Tanyaku dengan menatapnya, dan siapapun yg melihat tatapanku langsung bisa mengetahuinya kalau aku ingin Guan lebih lama disini.

"Tadi aku bilang aku hanya mampir bukan"

Aku mengangguk, dan menggigit bibirku sebelum berucap "Tidak bisakah kamu lebih lama disini?" Guan menghela nafasnya dan menggeleng.

"Sungguh saat ini aku lelah Guan, aku merindukan eomma dan appaku tapi tidak ada satupun dari mereka yg ada disisiku" Aku menunduk dan meremat tangan Guan yg dari tadi sudah kutahan.

"Wonie"

"Jebal" Pintaku dengan kepala yg semakin menunduk karena air mata yg tidak bisa lagi di tahan.

"Mianhae, aku harus menjemput Somi"

Boommm

Seperti di lempari boom, aku mengangkat kepalaku yg langsung terasa berat karena mendengar kalimat yg dilontarkan Guan. Aku menatap Guan dengan mata yg sudah berkaca-kaca lain halnya dengan Guan yg hanya menatapku datar.

Kepalaku yg tiba-tiba saja terasa pusing membuatku melepaskan tangan Guan dari genggamanku dan memilih kembali duduk di sofa.

"Pergilah" Ucapku dengan kedua tanganku yg sudah menekan kepala karena pusing yg mendera di kepalaku.

"Mianhae" Ucapnya sebelum melangkah menjauhiku dan hilang di balik pintu bersamaan dengan pandanganku yg kabur dan gelap.






°°°

Senyum Wonie, jgn di bawa hati kalo sama Guan wkwk😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum Wonie, jgn di bawa hati kalo sama Guan wkwk😅


Vommentnya yeorobunnnn💗

Permanecer (Stay) • Lai Guanlin x Jang Wonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang