Baju yang pemuda itu kenakan menjadi sorot pandang masyarakat setempat. Bahkan di sisi lautan ini pun ia bisa dicurigai. Tapi, tak ada yang menyapanya selain untuk bertanya sedang apa, mas?
Pemuda bertopi segitiga itu hanya tersenyum. Senyuman ramah khas orang Asia. Dia berpindah tempat ke tempat yang lebih sepi. Dia sudah berjalan cukup jauh, membiarkan beberapa orang yang ia bawa menjelajahi pulau lain.
Pemuda itu akhirnya menemukan tempat ternyaman untuk berteduh dari sengatan matahari. Menghela napas yang dalam, tempat di sini begitu nyaman. Berupa pohon rindang yang membentangkan daun-daun hijau.
"Oh, ada orang." Ada gadis di cabang pohon.
Pemuda itu seketika berdiri dan hampir meraih senjata tersembunyi di balik karung besar yang ia bawa.
Gadis itu malah terkekeh. Tawanya manis dan teduh. Pemuda mengurungkan niat pada senjata, dia mengintip di balik topi. Gadis itu begitu cantik dibalut baju panjang dengan bawahan rok yang begitu sempit. Tidak ada lekukan tubuh yang terpampang, justru baju itu melindungi lekukan tubuh. Gadis itu manis dengan tawa yang rendah, senyum berkat tawa setelahnya tersimpan rapi di wajah.
"Baju kamu bagus. Kayak paman China. Tapi, beda juga, sih." Gadis itu dengan mudah turun. Dikatakan anggun tidak, dikatakan tidak anggun juga tadi begitu indah. "Kamu ... bukan orang sini, ya?"
Pemuda itu dapat mengerti bahasa si gadis. Jangan-jangan, gadis di depannya ini eksistensi yang sama dengan dirinya?
"Hm?" Karena tak menjawab, gadis itu melangkah maju. Pemuda itu kembali waspada.
"Eh, jangan takut. Aku cuma nanya. Karena kalau kau tamu ... mampirlah ke tempatku!" Begitu ramah, segala yang menjadi kewaspadaan si pemuda hilang.
Pemuda menyimpan karung di tanah, bahunya rileks.
"Aku ...." Kata pemuda terpotong oleh teriakan di balik pohon.
"Nesia!"
"Uh, Belanda." Gadis itu cemberut dan menarik diri ke belakang. "Dia selalu saja menemukanmu." Gadis itu berlari kecil ke tempat suara berasal.
Ah, sampai lupa, gadis itu berbalik kembali sambil melambaikan tangan.
"Sampai jumpa." Begitu ucapnya sebelum benar-benar pergi menghampiri sosok pemuda Eropa yang jauh di sana.
Pemuda itu perlahan membuka topi. Surai hitamnya bergerak mengikuti arah angin. Kecantikan gadis tadi masih terlihat, bahkan membekas dan senyuman manis tadi seolah terbingkai di dalam benak.
"Nesia-san ... desu ne?" Sudah sejak lama ia tidak merasakan sensasi ini.
°°°
"Kenapa kau pergi begitu saja tanpa memberitahukanku soal perasaan ini, Nesia-san?" -Jepang
"Aku sedang mengumpulkan teman. Pemuda tadi pasti dari Asia. Kuharap kita berjumpa lagi." -Nesia
°°°
A/n:
Gara-gara one-shoot di Hetalia Collection, aku pun jadi bikin ff ini:') semoga suka dan ditunggu saja update-an nya wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nesia-san (Hetalia)
Fanfiction[Jepang x Indonesia] [Hetalia Fanfiksi] ... Sebagai pemimpin Asia Timur Raya, Jepang memiliki ambisi untuk mempersatukan bangsa-bangsa di Asia. Awal mula rencananya, ia membidik Filipina, namun ketika waktu berjalan dan situasi di Selatan terlihat...