2 : Hakko Ichiu

1.7K 192 23
                                    

Tak bosan-bosannya Jepang memandang ke arah buku tebal yang bertuliskan berbagai macam misi. Salah-satu ajaran shinto yang mendorongnya untuk menjelajahi Asia ialah hakko ichiu. Di sana menjelaskan tentang kesatuan umat manusia. Bila negara-negara di Eropa bersatu untuk melaksanakan misi mereka, kini giliran Jepang untuk menyatukan Asia dan melepaskan mereka semua dari belenggu penjajah.

Jepang membuka halaman paling terakhir, ini merupakan catatan tentang rencana mereka menuju Filipina. Dia tak tahu Belanda menjajah negara Asia yang begitu elok. Sungguh tak disangka, pertemuan singkat waktu itu membekas hingga hari ini.

Senyum tak surut, Jepang membuka lembaran baru dan menuliskan rencana yang sesungguhnya.

Kedengarannya agak mustahil, tapi ... dia ingin Indonesia jatuh ke tangannya.

"Oh, maksudku ... aku akan membebaskannya dari Belanda. Kita bisa berteman, Nesia-san. Maka dari itu, tunggu sebentar saja. Untuk menjadikanmu teman, sepertinya butuh persiapan yang matang."

Jepang merupakan pemuda yang selalu berhati-hati dalam melangkah. Sikap tenangnya selalu hadir di keadaan segenting apapun. Dan kali ini, ketika ia menginginkan sesuatu, hal tersebut harus terwujud.

Suara pena beradu kertas semakin jelas terdengar tatkala perlahan mata hitam Jepang menampilkan warna merah yang samar.

°°°

Indonesia melirik ke arah Belanda, dan Belanda pun mengangguk. Ada Prancis sesungguhnya tapi Indonesia sudah tak sabar dan segera menghampiri pemuda yang telah lama menunggu di Bandara.

"A-Australia!" Begitu sapaan Nesia. Ia gembira karena kini memiliki hubungan pertemanan dengan negara lain.

"Yo, Nesia!" Australia menampilkan senyuman lebar dan tangan yang terangkat.

Indonesia selangkah lebih dekat menghampiri, dan keduanya pun berbincang mengenai hubungan jalur udara yang akhirnya mereka dapatkan.

"Apa ini hanya perasaanku atau dia benar-benar tumbuh menjadi gadis yang cantik?" Prancis berdiri di samping Belanda dengan wajah yang berseri bahagia.

"Dia memang indah, sejak awal." Belanda tak memberikan ekspresi berlebih, dia mengembuskan asap dari cerutu yang ia isap.

"Hm, begitu, kah. Kau memang seperti seorang ayah karena telah merawatnya dari kecil." Prancis menahan tawa.

"Tidak, aku bukan seperti ayahnya." Belanda memerhatikan tingkah Nesia dari kejauhan. Sebegitu bahagia kah memiliki teman?

Prancis mendiamkan sejenak, dia menghela napas dan menepuk pundak Belanda sembari mengingatkan, "Jangan terlalu baik, pergerakan dari Asia Timur mulai terlihat. Kau tahu maksudku, kan?"

Belanda tak menyahut, hingga akhirnya Prancis memilih pergi dan beristirahat di tempat lain.

"Aku tahu itu." Belanda kembali mengisap cerutu.

°°°
"Sepertinya ... akan sulit menggapaimu, Nesia." -Jepang

"Australia orang yang unik! Sayang sekali kita berbeda benua. Oh! Omong-omong, pemuda waktu itu sekarang sedang apa, ya?" -Nesia

°°°

To be continue...

A/n:

Sekedar info: aku kan kuliah jurusan Sejarah, eh tau-taunya semester sekarang masuk ke periode modern. Dan paling banyak ngomongin imperialisme barat ke asia:') Jepang emang belum dibahas, enggak tau bakal dibahas apa enggak. Yang pasti, sedikit banyaknya info sejarah di sini aku pelajari dari buku, dan beberapa fiksi di sini murni kecintaanku pada JapanIndo~

Happy Reading!

Nesia-san (Hetalia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang