13 : Langkah Pertama

998 121 10
                                    

Langkah pertama yang dilakukan Jepang setelah mendapatkan Indonesia, ialah dengan membangun Pemerintahan Militer di Indonesia dengan Jepang sebagai pemimpinnya (lebih rinci; Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang yang mengorganisir beberapa wilayah di Indonesia).

"Militer?" Nesia bertanya setelah mendengar persetujuan beberapa pemimpin daerah.

"Ya." Jepang mengangguk, dia duduk di hadapan Nesia dengan sebuah meja sebagai pembatas. "Ini hanya bersifat sementara, Nesia-san. Aku sudah membantumu, bukannya wajar sekarang giliranmu? Dan lagi, rakyatmu harus belajar cara melindungi diri dan cara menyerang. Hal ini untuk berjaga-jaga. Aku dengar, bukan hanya Belanda saja yang memburumu?"

Nesia mengangguk. Dia menatap secangkir teh di meja. "Kau benar, Jepang. Um, aku harus membantumu apa?"

"Ini tentang Perang Pasifik. Aku ... masih harus mengalahkan Amerika. Dia ... dia kuat sekali." Jepang menatap kepalan tangannya sendiri. 

"Amerika ...." Nesia masih sedikit buta soal negara lain. Dia dekatkan cangkir dan menghirup aroma yang menguar di sekitar benda itu.

"Perang itu berlangsung di Filipina juga Morotai. Aku membutuhkan beberapa orang prajurit. Apa kau mau membantuku, Nesia-san?"

Nesia terdiam, dia menyesap teh dengan perlahan. Suaranya memenuhi ruangan. "Boleh, Jepang. Kita akan saling membantu, bukan?"

"Ya." Jepang merasa lega, dia tersenyum.  "Ini hanya sementara, kau harus tahu, ini hanya sementara. Aku hanya butuh beberapa orang sebagai cadangan di barisan belakang. Aku tidak akan membuat rakyatmu mati sia-sia!"

Nesia mengangguk. "Ya. Setelah itu, kau akan membantuku merdeka, bukan?"

"Itu tentu. Tetapi, jauh sebelum itu, kita harus menang di Perang Pasifik." Jepang dengan perlahan memberikan sugesti bahwa Perang yang ia mulai kepada Amerika itu ada sangkut pautnya dengan Nesia. Padahal nyatanya tidak sama sekali.

"Melawan Amerika itu?"

Jepang mengangguk. "Mari kita tengok bersama proses Pemerintahan Militer. Ketentuan dan persyaratan siapa saja yang pantas mendaftar mungkin kau ingin tahu?"

"Ya, aku ingin tahu!"

"Ayo."

Mereka berdua berjalan menjauhi kediaman. Dengan ini, satu poin sudah didapat Jepang; rasa simpatik Nesia. Kata bosnya, Nesia harus terus percaya padanya, tidak boleh celah kelicikan mereka terbongkar. Sebagai ganti dari misi itu, Jepang bebas berduaan dengan Nesia.

"Aku tidak sabar untuk makan malam. Boleh hari ini aku yang memasak?"

Nesia sedikit merasa terkejut, pergantian topik pembicaraan mereka terbilang cepat. Namun, Nesia terima itu dengan senang.

"Boleh! Kamu mau masak apa nanti?"

"Nantikan saja. Yang pasti, lebih enak."

"Hee!" Nesia terkekeh pelan melihat kepercayaan diri Jepang.

Hangat. Dibalik rencana-rencana licik yang ia mainkan, rasa kehangatan masih menyusup masuk.

"Nanti, kita makan cemilan, mau?"

"Kenapa tiba-tiba cemilan? Dan kapan?"

"Aku hanya ingin mengobrol. Cemilan sesudah makan siang?"

"Kamu pasti kelaparan!"

"Tidak juga." Jepang meringis bila dicurigai tukang makan.

Selama perjalanan menuju tempat pertemuan dengan orang-orang penting kedua negara itu, mereka berdua menghiasinya dengan obrolan. Akhirnya, Jepang bisa mengobrol dengan natural seperti ini. Ini kemajuan, bukan?

Selanjutnya, apa yang kau inginkan, Nihon?

°°°

To be continue...

Nesia-san (Hetalia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang