"The show must go wrong. Everything always goes wrong, and you just have to deal with it." - Andy Dwyer
***
Hari ke-1
"Mel ... kasih aku kesempatan ya?"
"Let's stop this, shall we?"
"Stop from what? Trying??"
"Fooling ourselves."
"Mel ..."
"Jangan membodohi diri kamu sendiri untuk bersama cewe yang ngga kamu mau ya, Va. Aku bisa kok dapet cowo yang mau sama aku karena dia sayang, bukan karena aku baik doang ..."
"Tapi aku say-"
"Sementara aku, aku juga akan belajar untuk ngga membodohi diri aku dengan terus mikir kalo kamu milik aku. Kita sama-sama tahu kenyatannya ngga gitu." Mel mengucapkan semuanya dengan tegar. Berbeda dengan ekspresi Alva yang berantakan. Sedikit yang Alva tahu kalau sebenarnya hati Melisa tak kalah berantakan.
Alva terlalu keras kepala. Entah karena harga diri atau memang dia terlalu baik, Alva tidak pernah berhenti membujuk Melisa kembali. Melisa merasa Alva sudah terlalu lama membohongi dirinya sendiri atas nama komitmen.
Dengan percakapan terakhir yang lebih didominasi oleh bulatnya keputusan Melisa ini, Melisa harap mereka berdua bisa sama-sama bebas.
"Udah ya, Va? Jangan ganggu aku lagi. I beg you for this ..."
Hari ke-3
Ranti mengetuk pintu rumah Salsa. Tumben, kali itu bukan Bi Miyem yang membukakan, melainkan Salsa-nya langsung. Belum sempat Ranti berkata apa-apa, Salsa langsung memeluknya.
"Sorry, Ran ..." ucap Salsa dengan suara bergetar.
"Lo ... udah tau soal Reza?" Tanya Ranti. Jantungnya masih berdebar kencang saat dia mengucapkan nama itu.
"Alva yang kasih tau ..." pelukan Salsa makin kuat. Ranti memejamkan matanya dan membalas pelukan sahabatnya itu. Dia pikir dia akan menghadapi Salsa dengan penuh kemarahan. Tapi ternyata semua emosi itu luntur seiring dengan pelukan mereka.
"Masuk dulu yuk, Sa," ajak Ranti setelah beberapa saat mereka berpelukan.
Mereka berdua duduk di sofa ruang tamu Salsa. Tak lama, salah satu asisten rumah tangga Salsa membawakan minuman.
"Lo pasti marah banget ya sama gue? Mana gue kayak ngga bisa liat situasi juga kemaren tuh ..." kata Salsa.
"Iya, gue kesel banget sama lo. Bikin gue berharap, ngga taunya ... gubrak!" Balas Ranti.
"Gue beneran ngga tau kalo dia ngincer gue. Biasanya cowo yang ngincer gue kan suka ngasih kode, Ran. Nah dia tuh ngga pernah. Cool-cool aja kalo ngeliat gue."
"Pertama kalinya gue ngerasa ada cowo yang beda, pertama kali itu juga ada cowo yg ngedeketin gue gara-gara eluh!"
"Ya, itung-itung lo rasain lah perasaan gue pas SMA. Hehehee ..." Kata-kata Salsa ini membuat Ranti mengernyit.
"Kenapa emang lo pas SMA??" tanya Ranti bingung.
"Ya kan banyak yang suka sama elo, tapi ngga berani deketin, akhirnya jadi ngedeketin gue. Sial!"
"Ngarang dasar!"
"Dih, beneran!! Tanya Alva sana kalo ngga percaya!!"
"Kenapa gue baru denger ini sekarang?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushing Curse
Teen FictionSejak usia 14 tahun, Ranti selalu merasa bahwa dirinya mendapat kutukan perihal percintaan. "Crushing Curse", begitu Ranti menamakan kutukan itu. Ranti gampang suka sama cowo, tapi gampang ilfil juga. Seringnya perasaan ini muncul membuat Ranti para...