"You waited too long to make your move and now you're in The Friend Zone." – Joey Tribbiani
***
"Hai, Mel," begitu kata perempuan blasteran dengan kulit kecoklatan. Rambut yang tebal dan berombak ia warnai dengan warna cokelat gelap dan ia biarkan terurai. Matanya agak sayu, bibirnya sedikit tebal. Sekilas dia terlihat seperti orang yang galak, judes dan mudah kesal. Tapi tak lama setelah ia bersuara, Melisa ternyata adalah orang yang murah senyum dan sangat menyenangkan. Tubuh Alva yang tinggi besar dapat diimbangi dengan tingginya. Membuatnya dan Alva nampak sangat serasi."Hai Mel ..." balas Ranti dan Salsa bersamaan. Mereka terpana dengan penampilan Mel. Sepakat sudah, ini adalah cewe Alva yang paling cantik! Sofia kelaut saja kalau dibandingkan dengan cewe ini!
"Akhirnya dikenalin juga gue sama cewe-cewe Alva yang lain," kata Mel sambil menyenggol lengan Alva dengan bahunya. Alva hanya melirik sambil tersenyum malu.
"Hah? Cewe-cewenya? Sok laku lo, Va!" kata Salsa sewot. Gengsinya tidak bisa menerima dinyatakan sebagai pendamping sampingan Alva.
"Emang laku gue mah," jawab Alva cuek.
"Ya asal bukan laku karena obralan ya, Va," celetuk Ranti jahil, membuat Salsa dan Melisa tertawa. Alva hanya tersenyum dan menunduk. Melisa melihat Alva bingung, kok malu-malu sih?
Sore itu dihabiskan dengan interogasi yang cukup hangat. Melisa cepat sekali nyambung dengan Ranti dan Salsa. Mereka sibuk mengobrol meskipun Alva dan anak band-nya sedang tampil di kafe itu. Ranti dan Salsa bergantian meng-update Melisa dengan kisah-kisah memalukan Alva sejak SMA sampai saat ini, diikuti dengan cerita Melisa tentang cara Alva mendekatinya. Lalu mereka tertawa bersama, seperti tiga kawan lama.
Bagi Ranti Melisa seperti segelas cokelat hangat. Menyenangkan, menghangatkan. Benar kata Alva, Ranti menyukai pacar Alva yang sekarang. Sedikit lebih kalem dari Salsa, tapi mungkin itu karena mereka baru kenal. Bercandaan mereka nyambung dan dia tidak membangun tembok dengan Ranti dan Salsa. Di samping itu semua, Melisa nampak sangat mencintai Alva. Ranti bisa melihatnya di binar mata Melisa ketika perempuan itu menyebut naman Alva. Sewaktu mengobrol dengan Mel, tiba-tiba keinginan Alva yang mau memacari cewe cantik dan humble itu jadi terasa masuk akal bagi Ranti.
"Good job, Va!" bisik Ranti sambil mengangkat jempolnya diam-diam pada Alva di belakang Melisa saat dia dan Salsa pulang duluan setelah Alva manggung malam itu. Alva tentu ingin menghabiskan malam minggu itu berdua saja dengan pacarnya sehingga kedua sahabatnya itu menyingkir. Alva membalas dengan senyum, tapi ada yang ganjil terasa di dadanya. Padahal cewe pilihannya lolos dari penilaian Ranti dan Salsa. Biasanya hal tersebut membuatnya lega, malah sedikit bangga karena sudah dianggap lolos standard kedua perempuan yang selalu dianggapnya hebat itu.
"Ranti sama Salsa tuh baik banget ya, Va," kata Melisa sambil menyantap makanannya saat sedang makan malam berdua dengan Alva malam itu.
"Itu karena kamu yang baik, Sayang," jawab Alva sambil menatap pacarnya. Kini perasaan bangga itu muncul, seperti seharusnya.
"Dasar kamu, bisa aja," kata Melisa menjawab manja.
"Mereka berdua ngga akan baik kalo kamunya ngga baik duluan. Percaya deh," kata Alva meyakinkan. Ia ingat betul reaksi Ranti dan Salsa pada Sofia dulu.
"Kalian bertiga tuh deket banget ya?" tanya Melisa santai sebelum menyuap sesendok makanan ke mulutnya.
"Lumayan. Sama lah kayak anak-anak. Kita semua deket dari SMA," Alva menunjuk ringan teman-teman band-nya yang duduk bersama selang beberapa meja dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushing Curse
Ficção AdolescenteSejak usia 14 tahun, Ranti selalu merasa bahwa dirinya mendapat kutukan perihal percintaan. "Crushing Curse", begitu Ranti menamakan kutukan itu. Ranti gampang suka sama cowo, tapi gampang ilfil juga. Seringnya perasaan ini muncul membuat Ranti para...