"I just thought he was nice, you know?"
- Monica Geller***
Sebulan sudah berlalu sejak Ranti dan Reza memenangkan kompetisi apps. Mereka pun terlihat semakin dekat setelah acara mapres dan mengisi beberapa aktivitas dan seminar di kampus.
Alva dan Mel juga semakin lengket. Seminggu setelah hari sial itu, Alva memutuskan untuk mendatangi Melisa. Alva memberikan Mel hadiah, sebuah kotak musik orgel dengan lagu "You Are My Sunshine." Tak mungkin rasanya kalau Mel tak luluh mendapatkannya, mengingat Alva bukan tipe pemberi hadiah dan lagu itu dianggap merepresentasikan perasaan Alva.
"I don't do gift, but I'll do it with you," begitu gombalannya Alva. Gombalan yang sebenarnya terlalu cheesy untuk selera Mel, tapi tetap sukses membuatnya tersenyum bahagia.
Sejak saat itu semua berjalan damai. Salsa mulai mengambil job modelling yang makin ramai berdatangan, Ranti makin dekat dengan dunia edukasi karena proyek kompetisinya membuka pintu pada dunia tersebut, Alva pun sibuk dengan musiknya. Perlahan tapi pasti, ketiga sahabat ini mengukuhkan diri di jalur mereka masing-masing. Kini mereka bukan sekadar anak-anak, mereka sebentar lagi menuju tingkat akhir dan menjalani kehidupan sebagai orang dewasa.
"Rasanya ngga nyangka ya, Ran ..." kata Salsa suatu sore saat pulang kuliah bersama.
"Ngga nyangka?" Tanya Ranti tidak paham arah pembicaraan Salsa.
"Dulu gue sama Alva ngampus karena arahan lo. Sekarang ilmu komunikasi kita terapin untuk bidang kita masing-masing. Makin jelas arah yang mau kita tempuh. Even Alva yang dulu pesimis sama musiknya, sekarang makin solid sama Aldy buat strategi marketing band mereka," kata Salsa.
"Ngga nyesel kan gue seret?" Goda Ranti.
"Ngga lah! Kita percaya sama lo, Ran, makanya kita ikut. Even kalo ternyata jalan karir kita nanti ngga kayak sekarang, gue tetep happy karena pengalaman-pengalaman kerja gue sekarang udah banyak banget. Itu semua karena networking dan pendidikan yang udah kita dapet dari kampus juga ," balas Salsa serius. Ranti terharu mendengarnya. Ada juga masa dimana sahabatnya mengerti apa yang dia coba lakukan selama ini.
"Yah ... walaupun sekarang kita jadi jarang ngumpul karena kesibukan kita, gue juga happy, Sa."
"Yeeeh!! Elu mah ngga heran kalo happy. Orang pacaran mulu, kayak Alva!!" Dan suasana syahdu tadi pun seketika sirna terlahap nada ngapak Salsa.
"Berisik aaahh ... udah bagus-bagus juga tadi ngomongin prospek masa depan," balas Ranti risih.
"Ecieee ... udah sejauh apa emang bahasan masa depan lo sama Kak Reza?" goda Salsa.
"Ngga ada!" balas Ranti ketus.
"Masa ngga adaaa? nyaris tiap hari main bareng Kak Rezaaa? Hahaha ... Modus banget lo, Ran, manggil-manggil Kak. Beda umur ngga nyampe setahun juga sama kita," Salsa makin panas menggoda Ranti.
" ... kan gue respect sama dia ..." Ranti malah menjawab lemah, seperti tak ada selera. Salsa mengernyit. Tumben, biasanya sudah senyum malu-malu kalau Salsa sudah menggoda Ranti dengan Reza.
"Kenapa lo? Sedih amat ..." tanya Salsa sambil sibuk menyetir.
"Sa, menurut lo ... dia suka ngga sih sama gue?" tanya Ranti malu-malu. Keinginan menggoda Salsa surut mendengar Ranti. Salsa tahu seberapa besar perssaan Ranti pada Reza.
Beberapa bulan ini rasanya seperti mimpi bagi Ranti. Mengerjakan proyek kompetisi bersama Reza, mengikuti workshop bersama, menang kompetisi sampai mengisi seminar-seminar, semua bagai rentetan kencan ideal Ranti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushing Curse
Novela JuvenilSejak usia 14 tahun, Ranti selalu merasa bahwa dirinya mendapat kutukan perihal percintaan. "Crushing Curse", begitu Ranti menamakan kutukan itu. Ranti gampang suka sama cowo, tapi gampang ilfil juga. Seringnya perasaan ini muncul membuat Ranti para...