"Isn't that just kick-you-in-the-crotch, spit-on-your-neck fantastic?" - Rachel Green
***
"Ran! Emang bener?!" Salsa buru-buru masuk ke kelas dan mendapati Ranti sedang duduk di barisan depan dan terkejut dengan suara Salsa. Dada Ranti berdebar dan ia menjadi agak gugup. Ranti tahu apa yang Salsa maksud.
"Ssst!! Jangan di sini. Nanti gue cerita abis kuliah ya?" kata Ranti berbisik saat Salsa sudah duduk di sebelahnya. Salsa langsung paham. Dia mengangguk dan mengelus punggung Ranti untuk memberikan dukungannya.
***
"Ya ngga ngomong sama gue juga. Tahu-tahu ngehindar, tahu-tahu udah jadian," begitulah Ranti mengakhiri ceritanya tentang Refal. Jam dua siang di Kancil (Kantin Psikologi) merupakan waktu yang cukup tepat untuk makan sambil bercakap-cakap. Suasana yang tidak terlalu ramai dan tempat yang cukup luas membuat Ranti, Salsa dan Alva bebas memilih tempat duduk dan leluasa mengobrol.
"Brengsek!" sahut Salsa panas saat Ranti selesai menceritakannya. Refal yang sudah sebulanan ini dekat dengan Ranti tiba-tiba menjauh. Tidak membalas pesan Ranti dan bertukar kabar seperti biasa. Lalu secara mengejutkan Refal mengepost foto di sosial medianya bersama seorang perempuan, dengan caption mesra ala orang baru pacaran.
"Udahlah, Sa ..." kata Ranti pasrah. Wajahnya nampak malu.
"Lo ngga nanya dia apa itu maksudnya apa?! Kenapa tiba-tiba jadian, ngga sopan dasar!" Lanjut Salsa emosi. Alva memilih diam dulu seperti biasa.
"Emang gue siapanya, Sa? Ngga mau gue, kesannya ngarep ditembak banget," jawab Ranti.
"Yaelah, Ran. Pedekate tuh juga ada kode etiknya kali. Lo berhak minta penjelasan, ngga pasrah gini," kata Salsa gerah.
"Bukan pasrah, Sa. Tapi ..."
"Tapi apa, Ran?"
"Gue tau kenapa dia gitu. Gue kan sering kayak dia, ilfil di tengah-tengah pedekate. Gue ngerti rasanya, jadi ngga usah dipanjang-panjangin lah urusannya," kata Ranti meyakinkan Salsa kalau ceritanya dan Refal sudah selesai. Ranti sudah tidak ingin berurusan lagi dengan cowo itu.
"Lo ngga apa-apa, Ran?" tanya Alva pelan.
"It sucks, gue akuin ... tapi gue kena karma juga sih kayaknya. Satu hal yang gue sadarin, ternyata diginiin tuh ngga enak banget. Jadi kali ini gue anggep aja pelajaran, mungkin gue harus belajar perlakuin orang lain dengan baik dulu. Masih untung gue belom suka-suka banget, jadi cuma jatoh mood aja. Sama sedikit malu, soalnya yaa ... gitu lah. Huhuhu ..." begitu penjelasan Ranti setelah ditanya bagaimana keadaannya.
Salsa dan Alva tidak pernah melihat Ranti seperti saat ini. Merasa bodoh dan malu. Mana pernah anak pintar dan penuh persiapan seperti Ranti berlaku hal yang bodoh dan memalukan? Kali ini pun bukan salah Ranti dan Ranti tahu itu. Tetap saja hal itu tidak bisa menyelamatkannya dari rasa malu karena sudah sempat berpikir kalau waktunya untuk merasakan pacaran sudah dekat. Terlepas dari itu semua, bagaimana Ranti menghadapi hal tentang Refal ini membuat kedua sahabatnya menyadari kedewasaan Ranti.
"Gue bangga deh sama elo, Ran," kata Salsa.
"Lah, bangga kenapa? Aneh deh lo, hahahaa ..." Ranti tertawa geli mendengar komentar yang baginya tidak pada tempatnya itu.
"Ya soalnya lo mikirnya udah dewasa banget. Kalo gue pasti udah labrak langsung si Refal," kata Salsa.
"Ah, daripada ngurusin Refal kan mending gue ngurusin diri sendiri aja, Sa " kata Ranti.
"Tapi menurut lo ada yang salah ngga dari pedekate lo sama Refal kemaren?" tanya Alva penasaran.
"Humm ... itu juga sih yang sempet gue pikirin. Gue ngerasa kita ngobrolnya asik-asik aja, gue sama dia bahkan udah sempet jalan bareng. Apa pas jalan itu ya dia ngerasa ngga sreg?" kata Ranti berpikir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crushing Curse
Teen FictionSejak usia 14 tahun, Ranti selalu merasa bahwa dirinya mendapat kutukan perihal percintaan. "Crushing Curse", begitu Ranti menamakan kutukan itu. Ranti gampang suka sama cowo, tapi gampang ilfil juga. Seringnya perasaan ini muncul membuat Ranti para...