"That's right, I stepped up. She's my friend and she needed help. If I had to, I'd pee on anyone of you." – Joey Tribbiani
***
Semester baru akhirnya dimulai bagi Ranti, Salsa dan Alva. Di semester ini mereka bertiga sudah mulai melakukan penjurusan. Sementara Salsa dan Ranti memilih advertising, Alva berbelok sendiri ke jalur broadcast.
"Kenapa sih, Va? Kok lo membelot?" tanya Salsa lebay.
"Biar pas kerja nanti, gue kerja di media. Lo berdua di agency. Jadi gue make sure dari sekarang kalo gue ngga bakal kehabisan klien karena nanti kalian bakal jadi klien abadi gue," jawab Alva. Luar biasa visioner memang si Alva, walaupun masih asal banget visinya.
Di semester baru ini Salsa juga punya kabar baru.
"Gue udah jadian ya by the way, jadi malem minggu gue always booked from now on," begitu pengumumannya yang cukup mengejutkan. Bukan karena malam minggunya booked, it's not like they have ritual to always meet on Saturday night. Malah mereka justru lebih sering bertemu di kampus karena kesibukan masing-masing.
Salsa biasanya mengenalkan cowo yang dia anggap cukup dekat kepada Ranti dan Alva. Cowo yang biasa dia anggap berpotensi untuk dijadikan pacar. Tapi kali ini tidak, tahu-tahu sudah pacaran saja. Saat Ranti dan Alva heboh mengkonfirmasi Salsa hanya beralasan bahwa dia belum sempat mengenalkan cowo ini. Lagipula meskipun sudah pacaran Salsa juga hanya sedang mau menjalani saja dulu.
Ranti suka memendam kebingungannya kalau Salsa mulai mengeluarkan istilah itu; 'menjalani dulu'. Menjalin hubungan tanpa tujuan yang jelas masih menjadi konsep yang terlalu berisiko bagi Ranti. Sama-sama tidak tahu mereka sudah berada di mana, tahu-tahu nyasar bersama. Satu ada di mana, satunya mau ke mana. Lalu nanti saling berdebat untuk mengajak pasangannya ke arah yang berbeda. Kalau sudah begitu apa tidak membingungkan? Tapi Ranti tidak pernah benar-benar mengatakan semua kebingungan itu pada Salsa. Ranti jelas merasa kurang kapabilitas dan pengalaman untuk bisa mengatakannya
Jadi sekarang di sinilah mereka, makan siang di takor -- sebutan kantin di FISIP -- sambil menunggu kelas berikutnya. Jadwal kuliah semester tiga sudah cukup padat sehingga mereka harus melakukan penyesuaian jadwal dengan kerjaan paruh waktu mereka masing-masing. Tapi di sisi lain, kini mereka justru memiliki waktu kosong yang tersinkronisasi, yaitu saat jam makan siang.
Mereka bertiga sedang duduk sambil mengobrol bersama saat ada yang tiba-tiba menubruk Alva dari belakang dan menumpahkan kuah sotonya ke bahu Alva.
"Eh sorry-sorry, Mas!!" kata cowo itu panik dan gelagapan. Kuah yang tumpah cukup banyak dan masih panas. Alva yang kepanasan langsung berdiri dan mengaduh. Salsa bengong sementara Ranti dengan sigap sudah ngambil tisu yang banyak dan mengelap pundak Alva sekaligus menyerap tumpahan kuah soto tersebut.
"Masih panas ya Va?" tanya Ranti khawatir.
"Ngga, ngga, udah mendingan. Takor sempit woy! Hati-hati dong ...." sahut Alva emosi.
"Iya sorry ya, Mas. Gue ngga sengaja beneran," kata cowo itu dengan wajah penuh rasa bersalah.
"Yaudah ngga usah marah-marah, mau gimana lagi, Va," kata Ranti masih sibuk membersihkan bahu Alva sekaligus menghalangi Alva dari cowo yang menumpahinya kuah soto tadi.
"Hati-hati lo lain kali," kata Alva dengan emosi yang sudah reda.
"Iya, thanks ya, Mas. Maaf ya mba, cowonya kebasahan," balas cowo itu ke Alva dan kepada Ranti juga.
"Hah, cowo gue?! hahahaa..." Ranti, Alva dan Salsa tertawa geli mendengarnya sementara cowo itu bengong tidak mengerti. Dia menatap Ranti dengan tatapan serba salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushing Curse
أدب المراهقينSejak usia 14 tahun, Ranti selalu merasa bahwa dirinya mendapat kutukan perihal percintaan. "Crushing Curse", begitu Ranti menamakan kutukan itu. Ranti gampang suka sama cowo, tapi gampang ilfil juga. Seringnya perasaan ini muncul membuat Ranti para...