Jiwon berlarian, langkah kakinya cekatan, setelah mendengar percakapan anak-anak kelas soal Hanbin yang telah habis ditangan Seojoon.
“Apa menurutmu dia sudah mati?”
“Apa? Apa yang mereka maksudkan?”
“Tentu saja!”
“Seharusnya kita bersyukur ada dia, sebab Seojoon nggak menganggu kita. Tapi sekarang, dia sudah mati bagaimana nasib kita ditangan Seojoon?”
Sreett... Bruuk...
Jiwon yang sedari tadi mendengarkan dengan duduk, kini telah berdiri bersamaan dengan bangkunya yang jatuh.
Mendengar suara gemuruh dari Jiwon, mereka pun mengarah padanya.
“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Jiwon lantang.
“Ada apa dengannya?” tanya salah satu dari mereka.
“Kau nggak tahu kalau dia kekasih Hanbin?”
“Benar. Dia sudah dua kali membuat Seojoon marah karena selalu mencegah Hanbin terluka.”
“Aku bertaruh bahwa pengganti boneka Seojoon adalah dia!”
Jiwon geram. Bukan karena mereka sedang mengolok-olok dirinya. Melainkan karena mereka tak menjelaskan sesuatu tentang Hanbin dengan jelas. Karenanya ia melangkah mendekati mereka dengan tatapan tajam.
“Kau marah karena kita menyebutmu boneka Seojoon?” tanya salah satu dari mereka.
“Kau tadi bilang apa?” tanya Jiwon.
“Boneka Seojoon!”
“Bukan. Maksudku Hanbin, dia kenapa?” ralat Jiwon.
“Dia sudah dihabisi Seojoon”
“Mati di tangan Seojoon” tambah yang lain.
“Nggak mungkin, nggak mungkin..” elak Jiwon.
“Kalau nggak percaya sana liat langsung”
Pandangan Jiwon melongo ketika tak ada satu manusia pun disana. Bahkan sosok Hanbin pun tak ada. Yang menyisakan hanyalah bercak darah yang berceceran.
“Hah?”
Jiwon tercengang. Mulutnya menganga lebar, perlahan ditutup dengan tangan karena tak percaya.
“Jiwon?” panggil seseorang.
Jiwon segera menoleh, kakinya masih mematung berat untuk melangkah pergi meninggalkan tempat.
“Kau mencari Hanbin?”
Jiwon hanya mengangguk berat.
“Dia dibawa ke ruang kesehatan!”
Jiwon tak sempat mengucapkan terimakasih. Langsung berlari menemui Hanbin yang entah hidup atau mati.
Clak... Bruk..
Jiwon mendapati Hanbin yang tertutup selimut putih disekujur tubuhnya. Bak mayat yang telah ditinggal raganya. Berat Jiwon melangkah mendekat, perlahan-lahan kakinya dipaksa mendekat.
“Nggak..”
Jiwon ragu-ragu untuk membuka kain yang menutupi wajah Hanbin.
“Bukan dia. Ku mohon bukan dia.”
Jiwon dapat membuka kain itu. Tapi bolamatanya terpejam, tak berani untuk memastikan kebenarannya.
“Aku.. Aku.. Harus melihat..”
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG DIA
RomanceKeingin tahuan terhadap seseorang. Mencoba untuk tidak perduli, tapi nihil dan ingin selalu tahu akan tentang dirinya. Yah. Tentang dia. By : penulis abal-abal 😆😆