.15 menit sebelum Seojoon menikam tubuh Hanbin.
.
.
.
.
.Jiwon menyarankan Hanbin untuk tetap berada dikamar, sementara dirinya langsung bergegas ke dapur dengan melewati ruang tamu tanpa menyadari sosok Seojoon yang berada disana. Tanpa ragu Seojoon langsung menuju kamar Hanbin, setelah melihat Jiwon berjalan melewatinya.
“Kau kembali begitu cepat?” tanya Hanbin ketika mengira yang datang adalah Jiwon, namun ternyata Seojoon.
Kini bolamata Hanbin membulat kaget atas kedatangannya.
“Kenapa? Kau mengira aku nggak akan datang mencarimu?” sinis Seojoon memicing senyum.
Hanbin segera berdiri mendekat kepadanya, “Apa yang membuatmu datang kesini?” tanya Hanbin.
“Nggak lupa dengan janjimu, bukan? Apakah memang benar-benar untuk sekian kalinya aku ditipu olehmu?”
“Aku nggak menipumu. Aku hanya gak ingin Jiwon melihat kau ada disini!” kata Hanbin.
“Percuma.. Dia sudah tahu semuanya!” ungkap Seojoon.
“Maksudmu?”
“Aku menceritakan semuanya dan mengatakan bahwa kau akan mati ditanganku.” jelas Seojoon.
“Jadi karena itu, hari ini Jiwon meminta untuk nggak masuk sekolah”
“Kenapa kau melakukan itu?” cetus Hanbin kecewa.
“Aku bermaksud hanya mempermudah saja. Lagi pula dia akan segera tahu bahwa kau sudah mati, jadi apa salahnya?”
“Aku mohon pergilah dari sini. Aku janji aku akan menghubungimu!” pinta Hanbin.
“Kau ingin aku memberi waktu lagi?” pekik Seojoon, “Sampai kapan kau meminta waktu? Tapi, kali ini aku nggak akan memberikan waktu lagi kepadamu.” Seojoon menolak.
“Ku mohon, sekali lagi beri aku kesempatan, untuk hari ini!” Hanbin bersimpuh dihadapannya.
Seojoon tidak mengindahkan sikap Hanbin yang begitu mengharapkan belas kasih darinya. Bahkan Hanbin sampai rela berlutut, tetapi Seojoon masih menolak permintaannya.
“Kau sudah terlalu banyak mengulur waktu, aku sudah muak padamu”
“Aku tau kau sangat membenciku. Tapi bila kau biarkan aku hidup, aku berjanji akan melakukan apa pun untuk membalas rasa bersalahku kepadamu!” Hanbin penuh harap.
“Kau pikir dengan semua itu dendamku akan musnah, hah? Hanya dengan melihatmu saja kebencianku semakin dalam kepadamu dan ibumu juga, yang telah menghancurkan kedua orang tuaku.” cerca Seojoon.
“Tapi bukan salah ibuku. Orang tuamu berpisah secara baik-baik, bahkan sebelum ibuku masuk kehidupan ayahmu, Seojoon.” sangkal Hanbin.
Seojoon tak terima dengan bantahan Hanbin dan meyakinkan bahwa selama ini hanya kesalah pahaman saja, ia terus meyakini ibu Hanbin adalah penghancur keluarganya.
“Itu hanya karanganmu saja.” tegas Seojoon. “Bahkan aku selalu melihat senyuman diwajah ibuku dulu, kini wajahnya hanya ada kesediaan. Itu semua karena ulah ibumu yang menggoda ayahku.” lanjutnya.
“Nggak. Ibuku bukan wanita perebut suami orang. Nggak. Itu nggak mungkin.” elak Hanbin.
“Ayah memaksa ibuku untuk bercerai. Bahkan dia melukai ibuku karena sempat menolak perpisahan.” tambah Seojoon yang makin mengudutkan Hanbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG DIA
RomanceKeingin tahuan terhadap seseorang. Mencoba untuk tidak perduli, tapi nihil dan ingin selalu tahu akan tentang dirinya. Yah. Tentang dia. By : penulis abal-abal 😆😆